Haryanto Basoeni

“Komandan” Bangun Arta (BA) dengan 14 Perusahaan
Drs. ec. Haryanto Basoeni alumnus Fakultas ekonomi dan Bisnis (FeB) tahun 1982. ia masuk FeB tahun 1972.  pria kelahiran Gresik 64 tahun silam ini mengaku sejak kuliah sudah belajar bekerja mandiri. Dia, misalnya, membuka bisnis air cargo, perusahaan pengiriman barang melalui angkutan udara. setelah lulus FeB unair, Haryanto mendirikan cV Bangun arta. perusahaan yang didirikan pada 1982 itu kemudian menjadi Bangun arta (Ba) Group, miningtrading-handling –induk dari berbagai perusahaan milik Haryanto.

Kini sampai 2016 founder dan owner Ba Grup ini memiliki banyak perusahaan  yang bidang usahanya, kurang lebih mencakup mining, trading, engineering, procurement, construction, and bulk material handling.

perusahaan Grup Bangun arta (Ba), antara lain, cV Bangun arta,  pt pertama Mina sutra perkasa (1996), pt usri pulung Kencana (2006), pt Bangun arta Hutama (Bama) (2009), pt Rembang Bangun persada (2010)  di Rembang (Jawa tengah), pt pelabuhan Rembang Kencana (2011) di Rembang (Jateng), pt 

Bangun samudera indonesia (2012) di Gresik, pt Bangun arta Mineral (2013) di puger (Jember), pt seiso Bangun arta (2015), pt Bangun arta niagatama (2015). selain itu masih ada pt Kapur puger Mandiri, di puger (Jember), pt trans engineering prima, dan pt Bangun arta Kencana  
Bisnis Inti Batu Kapur 
Bisnis inti Grup Bangun arta (Ba) adalah batu kapur. Ba memiliki lahan sangat luas untuk produksi batu kapur. Misalnya, di puger, Ba memiliki 87 hektar (ha) dengan deposit kurang lebih 100 jutaan ton. 
untuk angkutan antardaerah dan antarpulau, produk batu kapur di puger menggunakan pelabuhan Bangun samudera indonesia di Gresik. pelabuhan ini juga anak perusahaan Grup Ba.
selain di puger, Grup Ba juga memiliki lahan batu kapur di Rembang dengan deposit kurang lebih 75 juta ton. untuk transportasi laut produk batu kapur di Rembang menggunakan armada kapal milik Grup Ba melalui pelabuhan tanjung Bonang –juga milik Grup Ba. 
pada tanggal 21 Oktober 2016, pt Bangun arta Mineral di Jember melakukan round breaking untuk meningkatkan produksi kapur hasil tambang. “itu memenuhi permintaan ekspor yang terus meningkat,” kata Haryanto. 
Dengan peningkatan produksi itu maka produksi kapur pt Bangun arta Mineral akan mencapai 150 caO per hari dan 2000 ton cacO3 per hari. “peningkatkan produksi itu untuk ekspor, karena banyak permintaan manca negara,” katanya.
 

Prosesing Batu Bara (BB)
tahun 1998 Grup Ba mendapatkan tawaran pek besar dari pt inda Kiat. tawaran itu menyuplai dan memeroses BB (batu bara) kurang lebih 30 ribu – 45 ribu ton per bulan. “tahun 2004 saya pernah ambil keputusan. 

ternyata setelah kurang lebih 10 tahun berjalan keputusan yang saya ambil terbukti tepat,” katanya.
Menurut Haryanto  saat itu Grup Ba ada pekerjaan besar di sumbawa (ntB). pabrik sudah berdiri. pada saat yang sama ada tawaran bisnis batubara di Kalimantan. “saya harus memilih salah satu. sebab saya belum punya banyak staf. saat itu saya pilih batubara, “ tutur pria kelahiran Gresik ini.
Menurut Haryanto, kalau ia tidak memilih batubara, ia akan tertinggal karena belum tentu tawaran lagi. sebaliknya kalau batu kapur ia tinggal sementara suatu saat bisa ambil lagi karena sudah punya lahan luas dan peralatan workshop juga cukup besar.
ternyata, kata Haryanto, keputusan yang dia ambil tepat. “saat ini pek BB di Kalimantan selatan dan Kalimantan timur kurang lebih 2 juta ton per bulan,” papar bapak dari dua anak ini.


Memperkuat Airlangga Connections
Haryanto Basoeni saat ini adalah Ketua 1 pengurus pusat ikatan alumni universitas airlangga (pp iKa ua). Menurut dia ke depan Airlangga Connections harus kuat. 
Dia membandingkan dengan solidaritas Kagama (Keluarga alumni universitas Gajah Mada). Menurut Haryanto, Kagama lebih solid. Mungkin karena ketika mahasiswa mereka sebagian besar anak-anak kos-kosan, sehingga lebih terbangun kebersamaan. “ Di unair mungkin tidak,” Haryanto membandingkan.
Airlangga Connections harus terbentuk melalui militansi mahasiswa sejak mereka kuliah. Dulu kebersamaan yang kuat terbentuk melalui posma (pekan orientasi mahasiwa). sekalipun ada unsur tekanan, tetapi setelah posma mahasiswa menjadi saling kenal akrab dengan sesama mahasiswa. Bahkan juga akrab dengan para pengajar. “sekaran banyak mahasiswa dengan dosennya saja tidak kenal,” jelasnya.
Haryanto Basoeni adalah sosok sederhana. ia tidak pernah bercerita tentang keberhasilan usahanya. Dia mengatakan apa yang dicapainya dengan usaha yang dijalankan belum apa-apa disbanding dengan pelaku usaha lai. “saya hanya berikhtiar, berusaha jujur, dan jika ada rezeki membantu siapa pun yang membutuhkan,” katanya.
Rumahnya yang asri di kawasan Ketintang surabaya sering menjadi tempat kumpul keluarga besar dan kolega alumni unair. Menurut Haryanto dalam bekerja dan menjalani kehidupan sehari-hari berusaha untuk jujur dan saling memberi/ “saya paling takut riya,” tuturnya.  (*)
 

Copyright © Universitas Airlangga