Kuswiyoto

Anggota Geng Rembol Berprinsip Kho Ping Hoo

Direktur BRi Kuswiyoto adalah contoh sukses seorang karyawan. Merintis karir di Bank Rakyat indonesia (BRi) dari level terbawah, dia kini menduduki posisi top level management. Apa rahasianya? lulusan Jurusan akuntansi, Fakultas ekonomi dan Bisnis (FeB), unair angkatan 1982 tersebut mengungkapkan, sejak kuliah hingga sekarang dia punya prinsip yang selalu dipegang teguh. 

Kuswiyoto menyebut ada empat prinsip. semua prinsip tersebut dilakukan seperti seorang siswa yang menjalani sekolah kehidupan. Prinsip pertama, pandai memilih teman ia mendapatkan filosofi tersebut dari komik serial silat tulisan Kho ping Hoo. Dalam bukunya dia mengatakan, burung hong akan berkumpul dengan burung hong. Burung gagak dengan burung gagak. Kutipan tersebut, kata Kuswiyoto, adalah tamsil dari manusia. Manusia yang baik akan berkumpul dengan orang baik. Orang pintar akan berkumpul dengan orang pintar. Begitu pun dengan penjahat. Mereka akan berkumpul dengan sesama penjahat. Karena itu, saat berkarir di BRi, Kuswiyoto mengaku selalu menata pergaulannya. ”saya selalu berkumpul dengan orang-orang yang punya masa depan bagus di BRi,” ujar Kuswiyoto di kantornya di BRi. Dia banyak belajar dari karyawan yang rajin dan berintegritas. 

Jangan Membenci Pekerjaan

Menurut Kuswiyoto, sejak masih menjabat sebagai staf, dia kenal baik seluruh kepala divisi dan direktur. Karena pergaulannya itulah, Kuswiyoto mampu menyerap ilmu mereka. Prinsip tersebut sudah dia pegang lama. Bahkan, sejak masih berkuliah. Saat masih belajar di bangku kampus, dia punya ”geng”. anggotanya sembilan orang. Geng ini bukan untuk bertindak kejahatan, tapi justru semacam kelompok belajar. Mereka menamakan diri Rembol, singkatan dari kere gerombol (orang miskin yang berkumpul). Istilah tersebut dipakai bukan karena sembilan orang itu adalah warga tidak mampu. tapi, mereka memang hobi mencari makanan gratis. sama seperti kere. perkumpulan para mahasiswa dari luar kota itu justru sangat positif. Hampir semuanya kini memegang posisi top di perusahaan besar. Selain pintar memilih teman, prinsip kedua Kuswiyoto berbunyi, jangan pernah membenci pekerjaan. pelajaran ini juga dia dapatkan dari bangku sekolah. Biasanya, seorang murid yang membenci pelajaran bakal mendapat nilai buruk di pelajaran tersebut. Karena itu, dia selalu berusaha untuk tidak membenci pekerjaannya. apa pun pekerjaannya. 

Kuswiyoto mencontohkan dirinya sendiri. saat masih berkuliah di unair, dia kerap enggan dengan mata kuliah hukum. Menurut dia, mata kuliah tersebut tidak terlalu penting bagi seorang ekonom. ternyata dia salah. Di BRi dia juga harus paham dengan ketentuan hukum untuk melakukan pekerjaannya. Nasihat untuk tidak membenci pekerjaan juga diterapkan saat ditempatkan di divisi penelitian dan pengembangan (litbang). Bagi sebagian besar orang, bekerja di divisi litbang bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Justru menjemukan, apalagi, pekerjaan tersebut tidak berkaitan langsung dengan bisnis perusahaan. Namun, Kuswiyoto tidak pernah membencinya. Dia justru memberikan yang terbaik selama berada di divisi tersebut. Hasilnya, lelaki kelahiran Kediri itu justru kerap berdiskusi dengan direktur utama. pengetahuannya tentang bisnis perusahaan jadi sangat luas. Prinsip yang sama dia terapkan ketika berinteraksi dengan pimpinan. Kuswiyoto tidak pernah membenci atasannya. seperti seorang murid yang hampir pasti akan mendapat nilai jelek jika membenci gurunya, Kuswiyoto percaya bahwa membenci atasan adalah pekerjaan sia-sia. sebab, diri sendiri yang akan menerima akibatnya. Kebencian tersebut hanya akan membuat pekerjaannya berantakan dan terjebak dari satu keluhan ke keluhan yang lain. 

Prinsip keempat untuk sukses adalah seseorang harus bangga dengan perusahaannya. Hal ini sama saat dirinya diterima di unair. Kuswiyoto bahagia bukan kepalang. tak terhitung berapa kali dia menggelar bancakan alias syukuran untuk merayakan prestasi tersebut. 

Begitu juga di dunia kerja. seorang karyawan harus bangga dengan tempat dia bekerja. Kuswiyoto menilai, kecenderungan generasi muda saat ini justru nyinyir dengan perusahaannya sendiri. Mereka akhirnya lebih banyak mengeluh karena selalu membandingkan BRi dengan bank-bank lain. padahal, lama kelamaan hal itu hanya akan jadi racun yang mengganggu kinerja mereka. empat jurus itulah yang mengantarkan Kuswiyoto menjadi seperti sekarang. padahal, dia dulu hanyalah staf biasa. setelah lulus dari unair pada 1986, dia sempat bekerja di Kedawung setia Group. Di salah satu perusahaan mapan di surabaya itu, dia hanya bertahan setahun. Dia lantas melamar ke BRi dan diterima beberapa bulan kemudian.

Kantor pertama tempat Kuswiyoto bertugas adalah di Kendari, sulawesi tenggara. Dari sana karirnya terus meningkat hingga pada 1995 dia mendapat beasiswa dari BRi untuk belajar di Washington university di saint louis, amerika serikat. Dari sana dia mendapatkan MBa alias Master of Business Administration.  Pendidikan di negeri paman sam tersebut dia tempuh selama 2 tahun. pulang dari amerika serikat, dia ditempatkan di divisi perencanaan strategis. sejak saat itu Kuswiyoto terus berpindah-pindah ke unit kerja BRi. Mulai kantor cabang, kantor wilayah, hingga kantor pusat. ”sejak 2015, saya diangkat menjadi direktur BRi,” ujar Kuswiyoto *

Copyright © Universitas Airlangga