Prasetio

Sosok Swasta di Perusahaan Plat Merah

Dr. prasetio, s.e., M.H., arek asli surabaya. Rumahnya di surabaya, di Jalan cisadane, salah satu kawasan permukiman elite lama. Karena itu, prasetio memulai pendidikan dasar di sekolah dasar (sD) tidak jauh dari rumahnya. Di sD negeri trunojoyo 1, surabaya. Bagi sebagian warga surabaya, sD di Jalan trunojoyo –termasuk sDn trunojoyo 1– adalah sekolah favorit sampai saat ini. namun, bukan karena sejak sekolah dasar belajar di sekolah pilihan kalua prasetio menyelesaikan kuliah di Fakultas ekonomi (kini Fakultas ekonomi dan Bisnis – FeB) kurang dari  mpat tahun dengan predikat cum laude. ”ayah saya waktu itu baru pensiun,” kata putra termuda dari tiga bersaudara ini. Karena itu, kata prasetio, selama kuliah di FeB unair dia lebih banyak bergaul dengan kakak-kakak angkatan.

lulus kuliah, prasetio sempat mengajar di paap dan stiesia surabaya. Babak berikutnya perjalanan karir prasetio adalah di Bank niaga. ”lima belas tahun saya di sana (Bank niaga),” katanya.

usai dari Bank niaga dia masuk Bppn (Badan penyehatan perbankan nasional) selama 2 (dua) tahun, 1999–2001. ”Jadi saya sebenarnya orang swasta di BuMn,” ujar pria yang juga mengajar di universitas al-azhar, Jakarta ini. 

”Kemudian saya jadi direktur keuangan Merpati dilanjut ke telkom,” cerita pria yang produktif menulis buku ini. 

Prasetio mengaku memiliki visi dan filofosi dalam menjalankan karir menurut dia, kunci mencapai keberhasilan ialah disiplin. Yang lebih penting lagi ialah loyal kepada perusahaan. Juga harus bisa berkomunikasi dengan baik terhadap atasan. ”Kerja itu harus menyenangkan. Harus

bisa makan enak dan tidur nyenyak,” tuturnya

Saran untuk almamater Unair 

sebagai alumnus unair, prasetio memiliki kenangan ketika masih kuliah. Di unair kuliah terasa menyenangkan. ”Dosennya disiplin. Hubungan antarangkatan baik, dan perpustakaan lengkap,” prasetio menceritakan kenangan masa kuliahnya. namun, jika unair ingin masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia, kata prasetio,harus ada terobosan yang inovatif dalam perkuliah. Misalnya, harus didatangkan dosen-dosen dari universitas kelas dunia, seperti Harvard. ”Juga membanyak keikutsertaan dosen pada short course di mancanegara,” ujarnya

Copyright © Universitas Airlangga