Lahir di Kota Minyak, Sukses Berkarir di Pertamina
Tajudin Noor tidak pernah bermimpi bahwa dirinya mampu menapaki karir sebagai SVP Human Capital Development dari PT. Pertamina (Persero). Sebuah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) terbesar yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Ternyata, posisi tersebut jauh berbeda dari bidang akuntansi yang dahulu kerap dia geluti. Namun pria kelahiran 30 September 1966 tersebut menerangkan bahwa dirinya telah akrab dengan dunia perminyakan sejak kecil karena lingkungan kampung halamannya di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kota Balikpapan sendiri sejak dahulu memang dikenal sebagai Kota Minyak.
“Sejak kecil sudah terbiasa melihat kilang minyak dan pengolahannya. Secara nggak sadar jadi ingin kerja di perminyakan usai lulus kuliah,” tuturnya mengenang masa lalu.
Maka dari itu alumni Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) tersebut mengungkapkan bahwa Pertamina menjadi salah satu tujuan pertamanya dalam mencari pekerjaan. Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak jauh dari peran Tuhan, takdir, kerja keras, serta ilmu yang dia dapat semasa berkuliah di Universitas Airlangga (UNAIR).
Bekerja di LBH dan Rintis HIMA Manajemen UNAIR
Kerja keras pria yang akrab disapa Pak TJ tersebut dimulai sejak bangku kuliah. Keaktifannya terlihat saat dirinya menjadi kepala bidang Senat hingga wakil ketua Himpunan Manajemen (HIMA) FEB UNAIR. Uniknya, Tajudin mulai aktif dalam keorganisasian bukan sejak semester awal, melainkan di masa-masa semester akhir. Hal itu terjadi karena sejak lulus SMA Tajudin telah aktif bekerja di sebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) bernama Yayasan Persada Indonesia. Bertugas di bagian administrasi, Tajudin menganggap bahwa pengalamannya di LBH tersebut membantunya untuk lebih mengenal keorganisasian sebelum terjun di Senat dan HIMA.
“Makanya saat semester akhir, banyak waktu luang, aku mulai ikut Senat. Jadi ketua bidang pelatihan. Terus angkatan kita saat itu juga ingin merintis HIMA Manajemen. Saat berhasil terbentuk, Alhamdulillah diamanahi untuk menjadi wakil ketua,” ungkap alumni FEB angkatan 1985 tersebut.
Bangku perkuliahan membuat Tajudin lebih mengenal dirinya sendiri. Jika dahulu dia masuk prodi Manajemen hanya karena anjuran orang tua, perjalanannya selama kuliah membuat Tajudin menyadari bahwa ia memiliki minat yang begitu besar dalam bidang akuntansi. Hal tersebut yang mengantarkannya untuk mendalami bidang tersebut hingga karirnya di Pertamina.
“Selama lima tahun, bangku perkuliahan membentuk pola pikirku. Bagaimana kita memecahkan masalah dengan apa yang udah kita dapat bersama dosen maupun teman-teman mahasiswa lain,” ungkapnya.
Kerja Lintas Sektoral hingga Dipanggil Menteri
Ketertarikan Tajudin terhadap Pertamina muncul saat dirinya menyadari bahwa BUMN tersebut menjadi tempat yang tepat baginya untuk mengimplementasikan keahlian dan ilmunya. Pertamina memiliki lingkup operasi kerja yang begitu luas di seluruh Indonesia serta menyentuh berbagai lapisan aspek kehidupan. Karir awal Tajudin sendiri dimulai saat ia tergabung dalam Unit Pengolahan IV – Cilacap Pertamina tahun 1993. Hingga tahun 2002, dirinya diangkat sebagai Kepala Bagian Unit Pengolahan VI Balongan.
Meski memiliki spesialisasi keahlian dalam akuntansi, ternyata hal tersebut tidak membatasi Tajudin untuk berkelana ke berbagai sektor lain. Selama di Pertamina, Tajudin terhitung sering ditugaskan antar satu direktorat ke direktorat lain yang seringkali non-keuangan. Hingga pada tahun 2008, Tajudin ditugaskan untuk bekerja di kantor pusat Jakarta setelah beberapa tahun bekerja di daerah. Saat itu dia ditempatkan sebagai manajer bagian strategi dan perencanaan perusahaan.
Satu tahun setelah berdinas di pusat, Tajudin tiba-tiba dipanggil oleh direksi. Dirinya ternyata terpilih menjadi salah satu dari beberapa orang yang ditugaskan untuk mendampingi menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam strategi dan perencanaan.
“Saat itu baru satu tahun di kantor pusat. Masih muda, levelnya baru manajer. Jadi ya sempat ketakutan karna tiba-tiba harus mendampingi dan langsung berhubungan dengan Menteri.” katanya.
Pada masa itu, Kementerian BUMN yang dikepalai oleh Mustafa Abubakar memang tengah membutuhkan advisor yang paham dan ahli dalam dunia perminyakan. Sehingga Tajudin sebagai manajer muda asal Kota Minyak terpilih sebagai salah satu advisor di Kementerian BUMN.
Kesempatan dan kerja kerasnya akhirnya membawa Tajudin untuk menapaki posisi yang lebih tinggi. Mulai dari Vice President Treasury Pertamina Geothermal Energy, Direktur Finance dan Business Support Pertamina Lubricants, hingga puncaknya terpilih sebagai Sekretaris Perseroan PT Pertamina Indonesia. Dirinya resmi dilantik pada tahun 2019, setelah sebelumnya menjabat sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan PT Pertamina Patra Niaga, salah satu anak usaha Pertamina di sektor hilir.
Tugas yang harus diemban dalam posisi baru tersebut tidaklah mudah. Mulai dari menjalin komunikasi antar stakeholder dalam negeri, NGO, perusahaan, investor; menjaga perusahaan agar berjalan sesuai koridor aturan dan undang-undang; serta berbagai tugas esensial lain.
Pada titik itu, Tajudin merasa bahwa dirinya telah mendapat terlalu banyak berkah dan nikmat. Ke depannya, dirinya hanya ingin mengemban amanah dengan baik serta mempersiapkan rencana masa depan apabila pensiun nanti.
Mimpi Kelola Yayasan dan Usaha Restoran
Hampir setahun menjabat, Tajudin mengaku bahwa pekerjaannya membutuhkan perhatian yang luar biasa. Tidak jarang hal tersebut akhirnya menyita waktu dan tenaganya dalam kegiatan lain. Akan tetapi kesibukan tersebut tidak menghentikan mimpi Tajudin untuk berbagi dan melakukan pengabdian. Di masa pensiunnya nanti Tajudin berharap dapat mengelola suatu yayasan sosial.
“Aku ingin bekerja untuk orang banyak yang membutuhkan. Aku dengan istri sudah melihat beberapa panti asuhan yang tidak terlalu terorganisir dengan baik. Ya intinya ingin berbagi rezeki serta nanti kalau diberi waktu dan kesempatan akan join dengan yayasan tersebut.” katanya.
Selain ingin bergabung mengelola yayasan, Tajudin juga bermimpi untuk membuka sebuah usaha restoran atau warung makan. Keinginan tersebut muncul karena baik dirinya maupun sang istri memiliki minat yang besar pada makanan.
“Sama-sama suka kulineran, terus ngopi. Aku juga suka ngasih advice dan berburu makanan yang enak. Jadi ya sederhana saja, ingin mengisi hari tua dengan usaha kecil-kecilan.” ujarnya dengan penuh semangat.
Tajudin sendiri berpesan bahwa untuk meraih kesuksesan, dibutuhkan usaha yang terbaik hingga kalian menemui titik batas. Jangan takut untuk mengeksplorasi keahlian, meski juga harus diingat bahwa prinsip dan kejujuran hendaknya terus dibawa dan dijaga. Dalam prosesnya jangan terlalu cepat mengharapkan hasil. Karena nantinya semua akan sepadan dengan proses dan kerja keras kita.
“Selain itu, garis takdir ada di tangan Tuhan. Apapun yang kita kerjakan tetap menjadi rahasia-Nya. Maka dari itu doa dan iman jadi aspek utama yang harus terus dibawa.” tandasnya.