Wayan Supadno

Dari TNI Hingga Menjadi Petani Sukses

Wayan Supadno merupakan alumni Universitas Airlangga (UNAIR) angkatan 87 Program Studi D-III Fisioterapi Fakultas Non- Gelar Kesehatan (FNGK). Setelah menamatkan pendidikannya, Wayan bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan farmasi sebelum menjadi bagian dari Perwira TNI.

Pria kelahiran Banyuwangi, 20 Juni 1967, ini salah satu dari orang PSDs (porr, smart, with deep desire) to become wealthy. Sejak kecil gagap, anak pertama dari e mpat bersaudara dari pasangan petani gurem Suwarno dan Tupon ini hampir saja bisu. Di SD dua kali tidak naik kelas. Di kelas 1 SMA, nilai rapornya peringkat 47 dari 47 siswa, tapi ia gigih, akhirnya lulus peringkat 1 di kelasnya.

Menjadi Petani Adalah Panggilan Hati

Purnawirawan TNI yang terakhir bertugas di Pusat Kesehatan Markas Besar TNI berpangkat Mayor ini menceritakan awal mula mengembangkan usaha dibidang pertanian.

“Awal mula saya mengembangan jeruk chokun sekitar 5 tahun lalu, karena jeruk jenis ini cocok dikembangkan di daerah tropis, beriklim panas dan dataran rendah,” ujar Wayan.

Awal datang ke Kabupaten Kotawaringin Barat, Wayan menghadapi tantangan lahan yang akan digarap tidak subur dan kering. Kondisi itu tidak membuatnya menyerah, lahan tersebut disuburkan dengan cara menebar pupuk kandang, sehingga mikroorganisme membuat tanah menjadi subur.

“Perlu adaptasi selama 1 tahun, lahan yang sebelumnya tidak subur dan kering, kini bisa ditanami jeruk chokun,” ungkapnya.

Wayan menyebut, kini, dalam 1 tahun ia bisa panen hingga 3 kali, di lahan seluas 12 hektar dalam kurun waktu 8 bulan bisa menghasilkan sebanyak 125 ton dengan penghasilan sekitar 1,3 miliar.

Wayan menceritakan bahwa semua itu ia pelajari secara otodidak, ilmu pengembangan komoditas jeruk chokun asal Thailand ini ia pelajari hanya melalui google.

“Mbah google yang menjadi guru saya yang pertama. Setelah mencoba beberapa waktu, saya mengajak sarjana pertanian untuk membantu saya dalam mengembangkan tanaman ini. Syukurlah saat ini kebun yang dibudidayakan di Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan jadi yang terbesar dari 5 petani jeruk chokun utama di Indonesia,” tandasnya.

Tidak hanya jeruk chokun, hasil dari keuntungan penjualan jeruk tersebut ia kembangkan kembali untuk usaha peternakan sapi yang baru ia kembangkan belum lama ini.

“Jadi keuntungannya saya kembangkan lagi untuk peternakan sapi,” imbuhnya.

Integrasikan Sawit dan Sapi

Setelah pensiun dari perwira TNI, Wayan Supadno menjelma menjadi petani sawit sukses yang mempunyai profit tinggi karena menerapkan pola integrasi sawit dan sapi di lahan perkebunan sawit miliknya. Dengan menerapkan pola integrasi, biaya dalam pelaksanaan produksi dapat ditekan.

Pemanfaatan kotoran sapi yang diternakkan dapat dimanfaatkannya sebagai pupuk organik, sedangkan tumbuhan pengganggu atau gulma yang ada di perkebunan kelapa sawit dapat dijadikan sebagai pakan.

ternak sehingga biaya herbisida dapat dieliminasi dan ramah lingkungan. Tak tanggung tanggung, dari hitungan Wayan diketahui bahwa dengan pola integrasi ini, biaya pokok produksi petani yang bisa ditekan hingga 50 persen dari biaya sebelumnya.

“Keuntungan harus dinikmati oleh petani sawit. Untuk membasmi gulma itu butuh biaya, Padahal disisi lain, gulma bisa menjadi rezeki bagi kita (petani). Sangat penting menerapkan perkebunan yang terintegrasi dengan sapi kalau ingin berkelanjutan. Biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas meningkat,” papar Wayan.

Lebih lanjut, Wayan menerangkan bahwa 60 persen biaya pokok produksi itu dikontribusikan dari pemakaian pupuk dan herbisida. Hal ini tidak bisa dipungkiri jika 60-65 persen biaya tadi berkurang. Sehingga pendapatan petani dapat meningkat tajam.

Hal ini bukan sekedar teori, Wayan sudah menerapkan pola integrasi sawit-sapi di kebun sawitnya yang berlokasi di Desa Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Sampai saat ini, Wayan berhasil mengelola lebih dari 300 ekor sapi di lokasi peternakannya.

Sejauh ini, usaha perkebunan kelapa sawit milik Wayan telah tersebar di tiga lokasi, yakni di Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat) dengan aset yang dimilikinya telah mencapai 150 miliar

Prestasi Wayan

Pada peringatan HUT ke 75 RI tahun 2020, Wayan juga menjadi salah seorang yang dianugerahi gelar Icon Prestasi Pancasila.“Sebelumnya tahun 2016 saya juga mendapat penghargaan sebagai Petani Inovatif Nasional dari pemerintah RI,” tuturnya.

Selain itu, Wayan juga pernah menjadi satu dari 11 inspirator agribisnis tahun 2015. Diakhir Wayan berpesan, bahwa dalam mengembangkan pertanian seharusnya semua pihak tidak boleh menyerah dengan kendala alam.

“Sebagai contoh negara Ethiopia dan Israel tanahnya sangat tandus. Tetapi mereka tidak menyerah dengan kondisi tersebut. Tanah yang tandus disuburkan kembali dengan berbagai cara,” pungkasnya.

Riwayat Pekerjaan

  • Owner

    PT Bina Jaya Abadi

  • Perwira TNI dengan jabatan terakhir berpangkat Mayor di Puskes Mabes TNI

  • Karyawan Perusahaan Farmasi

Riwayat Pendidikan

  • D-III Fisioterapi Fakultas Non-Gelar Kesehatan

    Universitas Airlangga

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga