Kembangkan Potensi, Bangun Bisnis Sejak Dini
“Sukses adalah milik dia yang Percaya diri,”
Krisis moneter 1998 mengingatkan pada chaosnya perekonomian. Naiknya harga bahan pokok, terjadi kerusuhan, penjarahan hingga tumbangnya berbagai perusahaan menjadi sejarah kelam yang tidak terlupakan. Berbeda dengan Edi, dirinya justru mengingat masa itu adalah tahun kejayaan. Bagaimana tidak, ditengah gempuran badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dirinya justru kebanjiran tawaran kerja.
Alih-alih menerima, alumni Fakultas Vokasi Universitas Airlangga itu malah menolak seluruh tawaran yang ada. Pria bernama lengkap Edi Yani Yusuf AMd AM SKM MM itu menilai dirinya memiliki potensi lebih dari sekadar pekerja sehingga Edi justru lebih tertarik untuk membuka usaha dan lapangan kerja.
“Kalau banyak perusahaan yang mau merekrut saya berarti saya punya kelebihan, kenapa enggak saya saja yang mendirikan perusahaan,” ucap Edi.
Rupanya keyakinan itu menjadi modal besar baginya. Keteguhan hati yang disertai dengan usaha dan doa mengantarkannya menjadi seorang pengusaha sukses. Kini Edi merupakan Direktur sekaligus CEO di PT Media Diagnostika dan PT Media Husada. Tercatat dirinya juga menduduki kursi komisaris di PT Surya Medikal Servis Surabaya.
Awal mula merintis karir
Alumni D3 Analis Medis angkatan 1985 itu memulai karirnya sebagai analis Laboratorium Pramita Surabaya pada tahun 1988. Pada saat itu dirinya memang sudah ditawari bekerja sejak semester lima perkuliahan. Namun karena beberapa pertimbangan, Edi baru menerima tawaran itu tiga bulan sebelum lulus kuliah.
Edi menikmati pekerjaan pertamanya, namun dalam tekadnya Ia tetap ingin menjadi pengusaha bukan pekerja. Selang dua tahun bekerja, Edi memutuskan untuk keluar dan mendirikan usaha Laboratorium Prospek Surabaya. Usaha pertamanya tersebut terbilang sukses dan mampu berdiri hingga tahun 2015.
“Sebenarnya tidak menduga akan secepat itu bisa membuka usaha,” cetus Edi
Pria kelahiran Jombang 30 September 1965 itu juga sempat menjadi Marketing di Bayer Diagnostics Surabaya. Hal itu bermula ketika owner dari perusahaan meminta Edi untuk mengajarkan strategi marketing, namun karena prosesnya yang sangat teknis Edi terpaksa ditarik untuk menjadi bagian dari perusahaan itu.
Enam tahun Edi bekerja di Bayer Diagnostics, banyak keuntungan yang diperoleh oleh perusahan hingga namanya tersorot. Banyak pengusaha ingin Edi bergabung di perusahaan miliknya. Dalam ingatannya, pada tahun 1998 saja terdapat tiga perusahaan yang bersedia merekrutnya menjadi pekerja. Banyaknya tawaran tersebut justru membuatnya berpikir berkali-kali. Edi tersadar akan adanya keunikan dalam diri sehingga Ia ingin membuat gebrakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni mendirikan perusahaan. Edi mengajak teman-temannya untuk mendirikan perusahaan bersama, namun nampaknya ajakan tersebut hanyalah angin lewat. Banyak diantara teman-teman Edi yang tidak yakin dengan prospek usahanya ke depan.
“Saya sudah berusaha untuk mengajak teman bergabung, tapi fakta yang ada teman-teman ini tidak ada yang percaya, saya pinjam uang pun mereka tidak percaya,” jelas Edi.
Akhirnya berbekal modal sendiri dari hasil bekerja, Edi mendirikan perusahaan pertamanya, yakni CV Media Husada. Perusahaan yang bergerak dalam bidang supplier alat kesehatan itu beroperasi hingga kini dan sejak tahun 2011 telah berganti status badan usaha menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Menjadi Seorang Pengusaha Hingga Mentor Bisnis
Selain mendirikan PT Media Husada, Alumni S1 Kesehatan Lingkungan FKM UNAIR itu juga mendirikan PT Media Diagnostika. Kedua perusahaan tersebut bergerak dalam bidang yang sama yakni supplier alat kesehatan. Perbedaannya, PT Media Husada hanya di khususkan untuk produk Human Diagnostica. Edi juga tercatat menjadi direktur dan pemilik saham di PT Tri Anugrah Rizki Gemilang. Perusahan yang bergerak dalam bidang konsultan BTS tower itu merupakan salah satu dari sekian banyaknya murid Edi yang sukses menjalankan bisnis secara mandiri.
“Saya tuh kalau ngeliat ada orang yang memiliki potensi usaha tapi tidak dimaksimalkan itu sayang, saya biasanya ngasih arahan dan motivasi untuknya,” ujar Edi.
lebih lanjut, bahkan biasanya Edi menawarkan opsi membuka usaha kepada karyawannya yang ingin resign. Tidak jarang Edi juga bersedia sebagai pemodal. Semua ilmu yang dibagikan menurutnya adalah hasil dari prosesnya bekerja maupun menjalankan dunia usaha selama bertahun-tahun.
Meski demikian, dirinya menyadari bahwa risiko usaha pastilah ada. Edi sempat merasakan pahitnya kegagalan dalam berbisnis. Dirinya mengaku pernah rugi hingga miliaran rupiah akibat dari aktivitas bisnis yang kurang terkontrol dengan baik. Semua itu, ungkapnya, merupakan sebuah pembelajaran untuk kedepannya dapat menjalankan bisnis yang lebih baik.