Gowinda Sibit

Mengubah Masa Sulit Menjadi Peluang

Gowinda sibit merupakan seorang dokter hewan yang kini menjadi seorang pengusaha sukses. Dengan jaringannya dan kemampuan manajerial yang sangat mumpuni, ia mampu mengubah kesulitan menjadi sebuah peluang emas. Ketika itu, sebenarnya ia lebih memilih jurusan teknik elektro untuk pendidikan tingginya. Tidak disangka, pada akhirnya justru Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga lah yang menjadi tempatnya berlabuh. 

“Kebetulan, masa kecil saya itu suka piara. Saya piara ayam, piara bebek, piara burung, gitu. Nah itu juga yang mendorong dan tanpa saya sadari menginspirasi untuk masuk ke kedokteran hewan,” ungkap pria yang biasa dipanggil Erwin tersebut.

Bekerja sejak kuliah

Mampu berkuliah di universitas favorit kala itu, merupakan sebuah prestasi luar biasa. Akses yang dimiliki untuk menimba ilmu sampai jenjang lanjut tidak banyak dimiliki oleh masyarakat. Namun demikian, Erwin menyadari, ia bukan berasal dari keluarga berlebih. Berbekal sepeda, ia jalani kuliahnya setiap hari. Hal tersebut tidak membuat Erwin menyerah. Sejak kuliah, ia sudah mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Kala itu, ia mencoba berdagang hal-hal sederhana. Sebagai orang yang ulet, berkuliah dan diselingi dengan bekerja, tentu bukanlah hal yang mudah, terutama untuk membagi waktu. Erwin mencoba peruntungan untuk menjajal aneka barang, seperti berjualan eceran arloji merek Seiko 5, karpet, kipas angin, celana blue jeans, dan barang lainnya. 

Dirinya menyadari, dari keterbatasan yang dimiliki, justru ia mendapatkan banyak pelajaran penting yang tidak didapatkan di bangku kelas. Ia dituntut bertemu banyak orang, memperbaiki komunikasi, hingga belajar tentang manajerial. Kelak, hal tersebutlah yang menjadi bekal utamanya. 

“Saya memang kecenderungan itu kalau belajar mesti mepet, di penghujung kalau mau ujian, mungkin sekian hari. Untuk mengatur agar saya punya speed yang baik, saya punya komunitas teman-teman yang berprestasi,” ungkapnya.

Melekatnya Jiwa Pengusaha

Usai lulus dan menjalani program profesi, ia justru tidak memilih menjadi praktisi kedokteran hewan seperti kawannya yang lain. Erwin merasa jiwa entrepreneurship-nya selalu tumbuh dan itulah hal yang membuat dirinya nyaman. Lantas, ia memilih menjadi seorang profesional hingga menjadi seorang pengusaha. Perjalanannya cukup panjang,  Erwin pernah menjajal sebagai penyuplai bahan bangunan dan peralatan pertanian untuk perusahaan kontraktor di Ternate, pernah mengelola taxi service, hingga beternak ayam broiler. Namun  semuanya tidak berjalan dengan baik karena tidak dilakukan secara maksimal.

“Saya mulai meniti sebagai Technical Service Obat Hewan di PT Sanbe Farma di Bandung 1986 sampai 1995, dengan jabatan terakhir sebagai Sales Manager,” tambah ayah tiga anak tersebut.

Menurutnya, sebagai lulusan kedokteran hewan, tidaklah harus menjadi praktisi yang membuka praktek atau bekerja dirumah sakit, melainkan banyak hal yang bisa di jangkau lebih luas. Dalam berbisnis, justru ilmu yang dapat semasa kuliah menjadi bekal yang amat penting. Wajar saja, Erwin merupakan salah satu pebisnis yang bergerak dalam bidang obat hewan. Selain itu, ia juga aktif dalam di Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI).

Krisis yang Membawa Berkah

Setelah tuntas bekerja di PT Sanbe Farma, ia berkesempatan memperluas jaringannya menjadi marketing manager di PT Bernofarm pada 1995. Untung tak dapat diraih, tiga tahun kemudian terjadilah krisis moneter yang menghantam asia, tak terkecuali di Indonesia. Ketika itu, tidak hanya ekonomi yang buruk, suasana politik Indonesia pun sedang ketir, banyak perusahaan yang harus gulung tikar dan dinyatakan pailit. 

“Saya dan beberapa teman kerja dipaksakan oleh situasi untuk survive, maka selanjutnya sejak tahun 2000 kami mulai merintis PT Tekad Mandiri Citra (TMC),” ucapnya.

Hal tersebut terlihat tidak wajar, disaat banyak perusahaan terancam bangkrut, Erwin bersama beberapa temannya justru mendirikan sebuah perusahaan. Momen tersebut bermula justru karena krisis tersebut. Dengan relasi luas serta kepercayaan yang dimiliki, ia mulai menghubungi para pemasok obat hewan yang kehilangan pasar karena krisis. Erwin mengajak kolaborasi untuk mendistribusikan di Indonesia, ia memulai dengan ranah kecil yang kemudian mulai membesar seiring berjalannya waktu.

“Saya beli dikit, saya jual, ketika itu obat cacing, karena kita sudah mampu membuat itu. Terus saya jual ke customer yang saya kenal. Saat krismon harga obat itu luar biasa mahalnya, disitu saya mendapatkan keuntungan besar, saya bersyukur,” ujarnya.

Krisis Moneter memang menjadi batu loncatan yang diberi tuhan untuknya. Di tahun 2001, PT Tekad Mandiri Citra (TMC), perusahaan yang ia bangun, sudah mendapatkan izin menjadi produsen dan distributor obat hewan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Obat Hewan Kementan RI, bahkan pada 2002, satu tahun kemudian, ia sudah mampu membeli pabrik yang masih digunakan hingga saat ini. Seperti anugerah, tahun 2003, TMC mendapat izin importir dan dipercaya sebagai agen tunggal oleh sebuah produsen Obat Hewan dari Belanda, yaitu Interchemie Werken “de Adelaar” BV.

“Oleh pihak belanda, semangat kita inilah yang dilihat, bukan besar kecilnya perusahaan kita. Saya dengan berbagai macam keterbatasan tapi saya bisa bicara kalau background saya ini kuat di marketing,” tambah mantan ketua ASOHI Jawa Barat tersebut.

Flu Burung yang Mematikan

Dalam perjalanan bisnis, memang tak selalu diliputi kata “untung”, dibaliknya juga terdapat kata “rugi”. Ketika itu, perusahaan Erwin berkembang pesat melebihi perusahaan besar lainnya. Hingga pada awal 2004, pemerintah resmi mengumumkan wabah flu buruh telah melanda Indonesia. Peristiwa tersebut mengakibatkan kematian hingga 16 juta unggas di seluruh indonesia serta diperkirakan mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp4,3 triliun.

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang obat hewan, ketika itu, TMC cukup gelagapan. Munculnya wabah tersebut, akhirnya membuat banyak peternak terpaksa memusnahkan unggasnya, tentu saja, dengan berkurangnya unggas secara drastis, pasar obat hewan yang dimiliki TMC pun anjlok dalam sekejap. Sayangnya, hal tersebut luput dari perhitungan manajemen TMC.

“Di Blitar itu, ayam petelur di jualin cuman 3000-an waktu itu, lebih baik dijual dari pada mati, kan. Ketika itu saya baru sadar, saya tidak bisa jual (produk), saya tidak punya uang,” kisahnya.

Namun, ia bersyukur karena memiliki tim yang solid dan bersedia ditunda untuk upahnya membangun perusahaan kembali. Hal tersebut terpaksa dilakukan untuk menekan biaya, sambil terus meningkatkan pemasaran dan upaya penagihan yang sempat terganggu. Setelah itu, Erwin pun mulai berbenah untuk melewati masa sulit. Ia kembali membangun branding TMC, bahwa perusahaan tersebut masih hidup dan siap melayani masyarakat. 

“Sejak 2007, TMC sudah meraih pertumbuhan dan kembali sehat, tahun 2011 TMC sudah berhasil mendapat sertifikasi CPOHB, resertifikasi setiap 5 tahun, sampai dengan 2022 sudah yang ketiga kalinya,” ujarnya.

Mimpi Besar Erwin

Sebagai seorang pengusaha, mimpi Erwin tentu tidak sederhana. Target besarnya, ingin membawa TMC menjadi perusahaan tingkat internasional pada tahun 2030. Selain itu, TMC pun sudah mengarah sebagai perusahaan yang berbasis penelitian, dan sudah menjalin Kerjasama dengan berbagai perguruan Tinggi, seperti, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Selain itu, ia ingin, produksi dalam negeri semakin berkembang diminati.

Tidak hanya itu, harapan besarnya juga ia sampaikan kepada almamater tercinta. Doanya, semoga Unair bisa memberi lulusan yang siap pakai, dengan mental attitude yang terukur, sehingga, lulusan UNAIR dapat bersaing dengan lulusan lainnya di tengah masyarakat.

“Sehingga kalau bekerja bisa mempertimbangkan perusahaan mana yang cocok untuk mereka, jadi jangan sampai masuk keluar karena hanya ingin mencari pengalaman,” tutupnya.

Riwayat Pekerjaan

  • Direktur Utama

    PT Tekad Mandiri Citra

    2000 - now

  • Marketing Manager

    PT Bernofarm Jakarta

    1995 - 2000

  • Sales Manager

    Sanbe Farma Bandung

    1986 - 1995

Riwayat Pendidikan

  • S1 Kedokteran Hewan

    Universitas Airlangga

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga