NLP Indi Dharmayanti

Berawal dari Rasa Ingin Tahu, Kini Jadi Peneliti

Kata riset dan penelitian memiliki kesan menyeramkan dan rumit bagi sebagian orang. Pun dengan laboratorium  yang masih asing di telinga masyarakat. Namun, hal itu tidak berlaku bagi DR.drh.NLP Indi Dharmayanti. Sejak berada di sekolah menengah atas, wanita kelahiran Banyuwangi ini sudah memiliki ketertarikan besar pada penelitian. 

Ketertarikan Indi muncul karena adanya rasa ingin tahu yang muncul dalam benaknya.  ‘Mengapa hal itu terjadi?’, ‘Siapa yang terlibat dan di mana kejadiannya?’, pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang mendorongnya untuk mulai terjun ke dunia riset. 

“Saya menyukai pekerjaan riset, baik yang terkait dengan pekerjaan laboratoriumnya ataupun penelitian lapang. Maka saat SMA ekstrakurikuler saya adalah yang berkaitan dengan karya ilmiah,” kisahnya.

Meski memiliki tekad yang besar, kecintaan Indi pada dunia riset sempat sedikit terhambat, Kurangnya fasilitas yang tersedia di daerah menjadi alasan di baliknya. Kondisi tersebut tidak memungkinkan Indi untuk melakukan aktivitas penelitian secara maksimal. 

Beruntungnya, Indi mendapatkan banyak kesempatan yang lebih besar ketika berkuliah di UNAIR. Menjadi seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR, membuka jalan untuk Indi menyelami dunia riset dan ilmu pengetahuan lebih jauh. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan fokus mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

“Selama kuliah saya tidak pernah terlambat dan sering duduk di depan. Saya juga suka membaca lebih, misalkan dosen memberikan materi X pada hari itu, saya tidak hanya membaca dari diktat atau materi kuliah yang diberikan dosen, saya akan mengeksplorasi lebih jauh dan mencari di buku atau referensi lainnya,” ungkap Indi. 

“Bagi saya belajar bukan untuk mendapat nilai bagus namun lebih ke bagaimana saya mendapat pengetahuan tersebut, dan saya puas jika saya sangat paham secara lebih lengkap dan detail. Apabila mendapat nilai bagus, bagi saya itu adalah bonus,” tegasnya. 

Di sela kesibukannya yang luar biasa sebagai mahasiswa FKH, Indi menyempatkan diri untuk mengikuti berbagai lomba, khususnya di bidang Karya Tulis Ilmiah (KTI). Salah satu yang berkesan adalah saat ia dan timnya mewakili UNAIR dalam ajang Lomba Karya Inovatif produktif (LKIP) Mahasiswa Tingkat Nasional. 

“Saat itu, usia kami masih sangat muda. Kami benar-benar belajar me-manage suatu penelitian, mulai dari membuat proposal, membuat anggaran sebuah penelitian, menyajikannya, melakukan penelitian, hingga membuktikan hipotesis dan melakukan presentasi,” papar Indi.

Usaha dan konsistensi Indi tak sia-sia. Ia dan rekan-rekannya berhasil menjadi juara LKIP Nasional dua kali berturut-turut yaitu pada 1996 dan 1997. Pengalaman ini memberikan dampak yang begitu besar bagi Indi, termasuk meningkatkan kepercayaan dirinya. 

“Pada waktu itu, belum ada handphone seperti saat ini. Menjadi peserta LKIP membuka kesempatan pada kita untuk membangun koneksi, menambah teman, dan pengalaman bekerja dalam tim. Pengalaman ini menjadi salah satu bekal saya untuk memasuki dunia kerja,” kenangnya. 

Di tengah kesibukannya menjalani perkuliahan dan melakukan penelitian, Indi menyempatkan waktu untuk melakukan hobinya yaitu membaca. Mulai dari buku pengetahuan, novel, hingga komik jepang menjadi bacaannya sehari-hari. Bagi Indi, membaca menjadi salah satu caranya untuk menyegarkan pikiran. Ia juga senang menghabiskan waktu dengan menulis, baik berupa karya tulis ilmiah maupun cerpen. 

“Ada rental buku di dekat kampus waktu itu, saya biasa meminjam setelah ujian atau kuis di kampus karena membeli novel saat itu masih cukup mahal untuk ukuran kantong mahasiswa,” kenangnya. 

Sampai saat ini pun Indi masih mengoleksi berbagai buku dari penulis Indonesia maupun mancanegara. Ia juga mengumpulkan pernik dari tiap Negara yang ia kunjungi. Baginya, pernik tersebut seolah dapat bercerita terkait kenangan dan tugas yang ia lakoni saat bertandang kesana. 

Fokus Lakukan Riset Zoonosis Emerging

Selepas menempuh pendidikan di UNAIR, Indi berniat untuk melanjutkan kariernya di dunia pendidikan dengan menjadi seorang dosen. Takdir berkata lain, Indi berhasil diterima bekerja di suatu lembaga penelitian, sesuai dengan minat dan keinginannya. 

“Mungkin keberuntungan bagi saya, karena saya mendapat peluang dan kesempatan untuk training di luar negeri, melanjutkan studi dan menjadi doktor di usia yang masih cukup muda,” ujarnya. 

Menjadi bagian dari sebuah lembaga penelitian menjadi tantangan sekaligus kesempatan baru bagi Indi. Ia bahkan melakukan kolaborasi dengan peneliti luar negeri dan menjadi koordinator riset. Aktif di berbagai konferensi internasional sebagai delegasi Indonesia pun menjadi bagian dari pekerjaannya sebagai peneliti. 

Kini Indi menjabat sebagai Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner-Badan Litbang Pertanian / Peneliti Utama Bidang Virologi dan Biologi Molekuler di bawah naungan Kementrian Pertanian. Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Obat Hewan yang merupakan bagian dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Indi menuturkan bahwa mengelola sebuah lembaga penelitian menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya. 

“Kita harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif namun tetap memberikan tantangan kepada peneliti,  sehingga ide ide riset, ide ide kreatif dan pekerjaan riset dapat mengalir dengan sangat baik. Hal tersebut dapat membuahkan hasil riset, invensi dan inovasi yang berguna untuk masyarakat banyak,” jelas wanita yang hobi membaca ini. 

Dari sekian banyak topik yang menjadi proyek penelitiannya, Indi memilih Zoonosis emerging dan re-emerging diseases sebagai ketertarikannya. Menurutnya, pengetahuan terkait dinamika patogen zoonosis pada hewan atau reservoir satwa liar dapat membantu dalam menciptakan sistem peringatan dini untuk memperingatkan pihak berwenang tentang  risiko wabah yang mungkin terjadi pada ternak atau manusia

 “Seperti yang kita tahu, penyebab penyakit baru lebih dari 70% nya adalah berasal dari Zoonosis, bahkan diantaranya bisa menjadi pandemi baru. Sebagai dokter hewan peneliti saya bisa mengeksplorasi lebih jauh bagaimana mendeteksi dini, mengembangkan riset untuk mengetahui penyebab penyakit lebih awal sebagai early warning, mengkarakterisasi pathogen, membuat metode diagnosanya dan bagaimana cara pengendaliannya,” ungkap Indi. 

Hasil penelitian ini, selanjutnya akan menjadi sebuah rekomendasi untuk pemerintah. Dengan melakukan tindak pencegahan, kemungkinan terjadinya penyakit dapat ditekan secara signifikan. Keberhasilan ini, menurut Indi, adalah sebuah pencapaian yang sangat besar bagi seorang dokter hewan peneliti.

“Apabila rekomendasi kami diterapkan dan dapat mengurangi kejadian tersebut, hal itu menjadi sebuah pencapaian tersendiri yang sangat berkesan,” pungkasnya.(*)

Riwayat Pekerjaan

  • Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner

    Badan Litbang Pertanian / Peneliti Utama Bidang Virologi dan Biologi Molekuler

    2016 - now

  • Wakil ketua Komisi Obat Hewan

    Ditjen PKH

    2016 - now

  • Anggota Komisi Keamanan Hayati, TTKH, Narasumber bidang Rekayasa genetika Jasad Renik Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup

    2013 - now

  • Anggota Penyusun Agenda Riset Nasional Bidang Food Energy dan Water Badan Litbang Pertanian

    2013 - 2014

Riwayat Pendidikan

  • S3 Biomedis

    Universitas Indonesia

    2009

  • S2 Bioteknologi

    Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta

    2003

  • S1 Profesi Kedokteran Hewan

    Universitas Airlangga, Surabaya

    1997

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga