Abdikan Diri Jadi ASN di Kota Kelahiran
“Bekerja dengan sebaik-baiknya, promosi atau kenaikan jabatan itu mengikuti,”
Jalan karir seseorang memang tidak dapat ditebak. Misalnya saja Alumnus Universitas Airlangga Program S1 Kedokteran Hewan, Tanti Trilyunani Gina Praja. Nama yang akrab disapa Tanti itu kini menjabat sebagai Kepala Unit Pengelola Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kelurahan Melawai, Provinsi DKI Jakarta.
Tanti lahir di Jakarta pada 7 Juli 1975. Ia mengenyam pendidikan SD hingga SMA di Jakarta. Lalu merantau ke Surabaya pada tahun 1993 untuk kuliah di Program Pendidikan Dokter Hewan di Universitas Airlangga.
Kisah Pensil Warna
Ilmu kedokteran hewan adalah bidang yang disukai Tanti. Tidak seperti kebanyakan mahasiswa yang merasa salah jurusan, dia telah menargetkan untuk masuk di Fakultas Kedokteran Hewan sejak lama. Hampir setiap hari ia berkutik di laboratorium. “Kadang di lab bisa sampai malam. Kalau tidak di lab anatomi, ya lab patologi, atau lab fisiologi. Itu kesibukan anak kedokteran hewan,” ceritanya.
Yang menarik dan lucu, mahasiswa kedokteran hewan diwajibkan memiliki pensil warna. Tak terkecuali bagi Tanti. Awalnya ia sempat heran dengan kegunaan pensil warna, apalagi jurusannya tidak berhubungan dengan seni atau desain. Ternyata tujuannya untuk menggambar anatomi hewan yang mereka pelajari. “Di kuliah Histologi dan Patologi, ada tugas kita harus menggambar apa yang kita pelajari. Misalnya sel hati, usus, otak. Nah itu diwarna. Begitu juga untuk Ilmu Anatomi. Unik sekali memang,” kenangnya sembari tertawa.
Sebagai mahasiswa kedokteran hewan, Tanti tidak hanya belajar teori. Dia juga bersemangat untuk mencoba berbagai aktivitas di luar kelas. Di semester satu Tanti mulai aktif berorganisasi. Saat itu dia bergabung dengan Dewan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan atau yang kini dikenal dengan sebutan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Dia juga menjadi anggota aktif di kelompok minat Pet Animal. Tanti sempat pula wira wiri di salah satu koran lokal Surabaya sebagai penulis aktif.
Tidak berhenti sebagai mahasiswa organisasi, Tanti mencoba ikut seleksi mahasiswa prestasi utama di fakultasnya. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, dia terpilih sebagai Juara I Mahasiswa Prestasi Utama Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tahun 1996. Tak heran memang, dia dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Tanti sering dapat nilai A di hampir seluruh mata kuliah.
Prestasi Tanti sebagai mahasiswa prestasi utama menjadi semangatnya untuk mengikuti berbagai kompetisi lain. Di tahun yang sama, dia mencoba ikut ajang bergengsi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang saat itu namanya masih Lomba Karya Inovatif Produktif. Lagi-lagi Tanti lolos ke babak final. Namun kali ini ia tidak sendirian. Tanti dan tim diberangkatkan ke Universitas Udayana, Bali untuk melakukan presentasi pada ajang final PIMNAS. Ia masih ingat betul betapa bahagianya ia berkesempatan pergi ke babak final di Bali saat itu.
Singkat cerita, Tanti dan timnya berhasil memenangkan kompetisi itu. Ia meraih Juara III Nasional atas inovasi berjudul Pemanfaatan Lendir Bekicot Sebagai Pengobatan Luka Infeksi. Dalam kompetisi itu, perjuangan mereka tidak mudah. Sedikitnya ada puluhan tim mahasiswa lain dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang bersaing. Ide dan gagasannya pun tidak kalah menarik.
Tanti mengaku enjoy dan senang selama kuliah. Apalagi Ilmu Kedokteran Hewan adalah bidang yang sesuai dengan passion yang dia miliki. “Prinsip saya adalah berusaha mencapai goal selama kuliah sesuai minat saya,” katanya.
Tanti menyelesaikan studi S1 pada tahun 1998. Dalam prosesi wisudanya, dia berkesempatan mewakili seluruh teman angkatannya memberikan sambutan dengan disaksikan oleh kedua orang tua dan para tamu acara. Itu menjadi salah satu momen yang tak terlupakan baginya.
“Ada beberapa momen dimana saat saya menjadi mahasiswa, saya kagum dengan pencapaian teman-teman maupun para senior saya. Misalnya ketika senior saya memberikan sambutan pada acara sumpah dokter hewan pada saat kelulusannya. Di dalam hati saya mengaguminya. Mungkin dari situ akhirnya menjadi doa juga,” tuturnya.
Usai menamatkan Pendidikan S1, Tanti melanjutkan Pendidikan Profesi Dokter Hewan di Universitas Airlangga. Ia masuk pada tahun 1998 dan resmi mendapatkan gelar drh. Tanti Trilyunani Gina Praja pada tahun 1999.
Berkarir Sebagai ASN
Setelah lulus dari Universitas Airlangga, Tanti menikah pada tahun 2000. Awalnya ia dihimbau untuk menjadi ibu rumah tangga saja oleh sang suami. Namun berkat dorongan dari orang tua dan dukungan suaminya, Tanti akhirnya memutuskan untuk berkarir.
Pada 2002, Tanti memulai karir di RS Hewan Pendidikan di Universitas Airlangga sebagai tenaga kontrak. Genap tiga tahun di sana, dia akhirnya resign dan pindah ke Jakarta lantaran orang tuanya sakit. Awalnya, Tanti berencana resign untuk membuka usaha. Apalagi saat itu dia baru menyadari tengah hamil anak kembar. Meskipun tak lama bekerja, menurut Tanti cukup banyak ilmu yang dia dapat.
Selama empat tahun di Jakarta, Tanti fokus merawat orang tuanya. Hingga akhirnya pada tahun 2009, orang tua Tanti meninggal dunia. Sembari bangkit dari duka cita yang dialaminya, Tanti mendaftar CPNS. Singkat cerita, dia lolos CPNS sebagai Medik Veteriner di Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di sini, awal karir Tanti yang sebenarnya dimulai.
Pada tahun 2010 Tanti resmi bekerja di bawah naungan Dinas Ketahanan Pangan. Tugas Tanti adalah memastikan produk hewani aman dan sehat dikonsumsi bagi masyarakat DKI Jakarta. Dia juga membantu Pemprov DKI Jakarta menerbitkan regulasi dan kebijakan-kebijakan dalam Peraturan Gubernur.
Tanti ingat betul saat awal-awal ia menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Saat itu Indonesia tengah dilanda Kejadian Luar Biasa Flu Burung. Banyak korban berjatuhan hingga meninggal. Saat itu Tanti ikut andil dalam upaya memberantas flu burung melalui kerjasama antara Pemprov DKI Jakarta bersama sebuah organisasi internasional, Food and Agriculture Organization (FAO).
“Tingkat konsumsi unggas, khususnya ayam, di DKI Jakarta termasuk sangat tinggi. Saat itu saja ada 800.000 ekor unggas masuk DKI dalam kondisi hidup. Itu kan ditampung, nah pada saat di penampungan itu risiko penularan penyakit flu burung menjadi tinggi. Ini sangat berbahaya kalau menular ke manusia,” jelasnya.
Tanti bekerja selama 5 tahun di Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Pemprov DKI Jakarta. Selanjutnya dia ditugaskan sebagai Kepala Satuan Pelaksana PTSP Rawa Badak Selatan, Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015. Tak sampai satu tahun, Tanti didapuk sebagai Kepala Unit Pengelola PTSP di Kelurahan Selong, Provinsi DKI Jakarta. Posisinya barunya itu bertahan cukup lama dari penghujung tahun 2015 hingga 2019. Jabatan itu memang cukup jauh dari background studi Tanti. Di posisi tersebut, dia mengurus masalah investasi dan perizinan. Misalnya penerbitan izin praktik dokter umum, Surat Izin Prinsip (SIP) bagi pemilik usaha atau investor, hingga mengurus perizinan penggunaan tanah makam, dan masih banyak lagi.
Tanti menyadari bahwa dia perlu mendalami ilmu baru untuk jabatannya kini. Akhirnya pada tahun 2016, ia memutuskan untuk melanjutkan studi S2 Perencanaan dan Kebijakan Publik di Universitas Indonesia. Ia menyelesaikan studinya dan lulus pada 2019. Hingga pada tahun 2020, Tanti kembali dimutasi ke Kelurahan Melawai, DKI Jakarta sebagai Kepala Unit Pengelola Penanaman Modal dan PTSP. Jabatan tersebut bertahan hingga saat ini.
Sebagai ASN, Tanti selalu berusaha melayani masyarakat dengan baik. Menurutnya, kepuasan masyarakat adalah kebahagiaan dan pencapaian terbesar bagi Tanti. “Bisa melaksanakan tugas kita melayani masyarakat, mereka puas, dan kita bisa menjaga integritas, udah itu kepuasan tersendiri bagi saya. Ucapan terima kasih dari masyarakat itu rasanya sangat membahagiakan,” ucap tanti cukup dalam.