Partisipasi Perempuan dalam Peningkatan Kesehatan Hewan
“Kompetensi, kesabaran dan ketelitian dalam pekerjaan, yang akan menghasilkan watak sabar dalam diri”
Representasi setara laki-laki dan perempuan di sektor publik sangat penting untuk melahirkan kebijakan yang responsif gender. Partisipasi aparatur sipil negara (ASN) perempuan dalam pembangunan nasional membawa berbagai dampak positif. Salah satu dampak positifnya adalah keberagaman perwakilan sehingga muncul perspektif yang lebih luas, ide yang beragam, serta meningkatnya inovasi dalam pencapaian tujuan pemerintah.
Seiring berjalannya waktu, jumlah ASN perempuan terus meningkat terlebih sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 5/2014 yang mengatur tentang ASN. Pada UU No. 5/2014 pasal 60 tertulis bahwa setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PNS setelah memenuhi persyaratan.
Profil Anis Kurniawati
Salah satu Ksatria Airlangga perempuan yang memilih jalan karir sebagai ASN adalah drh. Anis Kurniawati. Perempuan kelahiran Bumi Reog Ponorogo itu adalah alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga angkatan tahun 1995. Dari yang awalnya belum memiliki minat terhadap dunia kesehatan hewan hingga akhirnya Anis memantapkan diri untuk mendalami keilmuan itu.
“Sebenarnya awalnya tidak berminat, karena waktu itu bingung milih jurusan IPA karena ikut UMPTN yang IPC dengan tiga pilihan jurusan untuk ujian tersebut, bisa dua jurusan IPA, satu IPS atau sebaliknya, namun akhirnya menyukai profesi ini,” ujar Anis.
Semasa kuliah Anis sangat tertarik pada bidang reproduksi veteriner. Selain mudah dipahami olehnya, dosen yang mengajar salah satunya Prof. Dr. Imam Mustofa, drh. M.Kes menjadi dosen idolanya, karena keramahan dosen tersebut.
Perjalanan Karir
Berhasil lulus dari FKH UNAIR pada tahun 2002, Anis lantas memulai karirnya dengan mengikuti magang di salah satu klinik hewan di Surabaya selama enam bulan. Pada tahun 2003, Anis bekerja di Farm yang berlokasi di Singkawang, Kalimantan Barat. Berjalan dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, Anis kemudian mencoba peruntungannya dengan bekerja di UPTD Laboratorium Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur. Terhitung dari tahun 2005 sampai dengan sekarang, ia masih bekerja di tempat yang sama.
Menurut Anis, sebagai perempuan yang bekerja sebagai ASN adalah dambaan bagi hampir kebanyakan perempuan diluar sana. Selain dapat menunjang jenjang karir yang jelas, untuk membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan rasanya sangat dimudahkan.
Kerja Laboran Membosankan, Kata Siapa?
Pekerjaan di laboratorium ternyata membuat Anis betah, selain melayani masyarakat dalam bidang uji laboratorium, ternyata ilmu yang ia miliki terus berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu penyakit hewan. Anis bercerita bahwa pengalaman paling berharga selama sebagai laboran adalah pekerjaan ini membutuhkan kompetensi, kesabaran dan ketelitian dalam pekerjaan.
“Hal itu yang akan menghasilkan watak sabar dalam diri,” jelas Anis.
Bekerja sebagai laboran tentunya memiliki ketakutan akan efek samping yang berbahaya dalam pengujian sampel seperti terpaparnya bahan-bahan kimia yang karsinogenik ataupun tertularnya kuman atau virus yang bersifat zoonosis.
Pengagum sosok Pangeran Diponegoro itu berharap agar perempuan harus penuh percaya diri dan mandiri untuk bisa mencapai apa yang diharapkannya, yakni karir dalam bidang apapun. Seperti halnya Pangeran Diponegoro yang dengan perjuangannya tidak pernah lelah menghadapi penjajah. Perempuan harus mampu kuat dan tangguh.