April Hari Wardhana

Anak Laki-Laki Penjual Ladrang itu Kini Jadi Peneliti Ahli Utama di BRIN

“Baik menjadi orang penting, tapi jauh lebih penting menjadi orang baik,”

April Hari Wardhana lahir di Banyuwangi, 24 April 1974. Pribadinya supel dan optimistis. Semasa kecil, ia akrab disapa Teddy oleh para sahabatnya. Nama itu adalah pemberian kakak perempuan yang selalu mendukungnya. Teddy kecil berasal dari keluarga sederhana. Ia kerap membantu ekonomi keluarga dengan berjualan Ladrang dan Mie Goreng saat duduk di bangku SMP. Untuk meringankan beban orang tuanya, dia harus merantau ke Surabaya dan tinggal bersama sang kakak. Rebusan daun kubis ditemani sambal terasi adalah santapan wajib sehari-hari sampai dia lulus SMA. 

Singkat cerita, April melanjutkan jenjang sarjana Kedokteran Hewan di Universitas Airlangga dan lulus pada tahun 1998. Saat ini ia berada di puncak karir peneliti, dengan jabatan sebagai Peneliti Ahli Utama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Tinggalkan Koas Demi Balitvet

Semangat April dalam menjalani studi di Universitas Airlangga sangat tinggi. Tercatat, dia seringkali mencetak prestasi gemilang. Misalnya saja Juara 3 Nasional Bidang Pertanian dan Juara 2 Nasional Bidang Kedokteran PIMNAS tahun 1998, Juara 2 Nasional Bidang Pertanian PIMNAS tahun 1997, serta Juara 2 Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 1997. 

April mulai tertarik ke dunia riset sejak tahun 1996. Kala itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tengah mengadakan Lomba Karya Inovatif Produktif yang diseleksi secara nasional. Ia terkesima dengan para peserta yang melakukan presentasi pada kompetisi itu. Keren menurutnya. Sejak itu, dia mulai mengikuti sejumlah kompetisi. Dia dan tiga orang temannya membentuk tim untuk ikut serta dalam PIMNAS tahun 1997 di Udayana, Bali. Proposalnya diterima. Dia ikut seleksi dan lolos sebagai finalis mewakili Universitas Airlangga. Tak diduga, inovasi yang mereka garap memenangkan Medali Perak. 

Tahun berikutnya, dengan tim yang sama, April mencoba ikut PIMNAS kembali. Kali ini di Semarang. Ia dan tim mengajukan dua proposal sekaligus. Satu di bidang kedokteran, satu lagi di bidang pertanian. Mereka menjadi satu-satunya tim di kontingen yang melakukan presentasi di dua bidang berbeda. Tak disangka, kedua proposalnya berhasil meraih juara 2 dan 3. April sangat senang dan bersyukur. 

“Untungnya jadwal presentasi saat itu tidak bentrok. Bisa jadi masalah, semua pada khawatir itu. Akhirnya jadwal keluar dan ternyata tidak bentrok karena beda hari. Lega sekali,” kenangnya sedikit tertawa. 

Berkat prestasinya yang gemilang, April dan seluruh timnya mendapatkan pembebasan skripsi. Dia pun lulus lebih cepat saat itu dan mendapatkan predikat sebagai lulusan terbaik Universitas Airlangga. 

Tahun 1998, bertepatan dengan kelulusannya, Indonesia mengalami masa sulit akibat krisis moneter. Saat itu April masih disibukkan dengan kegiatan koas. Lantaran ia melanjutkan Program Profesi Kedokteran Hewan di Universitas Airlangga tepat setelah ia mendapatkan gelar sarjana. Di pertengahan program profesi, ia diberitahu temannya, ada lowongan pekerjaan di Lembaga Balai Besar Penelitian Veteriner (Balitvet). Tak berpikir lama, ia langsung mengirimkan lamaran. Beberapa waktu kemudian, April mendapatkan telepon dari Balitvet, mengumumkan tahapan seleksi yang harus dia ikuti. “Itu sebenarnya saya sudah telat mendaftar katanya. Sudah ditutup, tapi karena Kepala Balitvet tertarik dengan CV saya, jadi akan coba diusulkan,” pungkasnya. 

April diminta ke Bogor untuk mengirimkan berkas lamaran. Saat itu Bulan September. Dia diberitahu bahwa jika lamarannya diterima, Ia harus mengikuti ujian pada bulan Oktober nanti. Memasuki Oktober awal tidak ada surat yang ia terima. April mulai curiga. Dia pun menelepon pihak Balitvet. Ternyata Balitvet telah mengirimkan surat, yang hingga sekarang entah tersasar kemana surat itu. Beruntungnya April menelepon saat itu. 

Dia mendapatkan kabar bahwa ujian akan dilaksanakan pada 13 Oktober, sedangkan tanggal 10 Oktober dia dijadwalkan wisuda. Akhirnya prosesi wisuda ia jalani seadanya, tidak banyak foto-foto kenangan. Ia buru-buru ke terminal untuk menuju Bogor, sebab perjalanannya memakan waktu dua hari. 

Singkat cerita, pada Februari tahun berikutnya, April mendapat kabar bahwa ia diterima di Balitvet. Padahal saat itu, program profesinya belum tuntas. Hanya tinggal 3 bulan. Ia bimbang harus melanjutkan profesi atau bekerja di Balitvet. Atas saran dari dosen pembimbingnya, ia memutuskan untuk memilih Balitvet.

London Jadi Rumah Kedua

Di Balitvet, April bekerjasama dengan peneliti dari Australia untuk mengerjakan vaksin Myiasis. Beberapa tahun berkarir, April mendapatkan beasiswa S2 dari Balitvet. Saat itu ia memutuskan untuk mengambil S2 Bioteknologi di UGM. Berkat proyek penelitian yang ia lakukan dengan International Atomic Energy Agency, April berkesempatan mengerjakan risetnya di London, UK selama hampir satu bulan. Ia mengandalkan Beasiswa Sandwich Program saat itu. “Jadi teori saya pelajari di UGM, tapi risetnya dikerjakan di London,” jelasnya. 

Di UGM, April lagi-lagi lulus dengan membanggakan meraih predikat Cum Laude. Tak lama setelah lulus, dia mendapatkan tawaran Beasiswa S3 dari Ford Foundation, sebuah yayasan swasta Amerika yang bertujuan memajukan kesejahteraan manusia. April menjadi satu-satunya yang mewakili Jawa Barat karena saat itu dia tinggal di Bogor bersama sang istri dan anaknya. Saat itu, ada 10.000 pendaftar dan hanya 42 orang yang akan dinyatakan lolos. Lagi-lagi April ketiban rezeki, ia lolos hingga ke tahap tiga seleksi dan berangkat ke London School of Hygiene and Tropical Medicine, University of London untuk S3 pada tahun 2007. 

April sebetulnya belum pandai berbahasa inggris kala itu. Namun, Ford Foundation memberinya kursus selama enam bulan di Universitas Indonesia sebelum berangkat ke London. April amat sangat bersyukur. Baginya, Ford memberikan dampak yang sangat luar biasa dalam hidupnya. 

“Waktu itu Ford mencari orang yang berasal dari kategori marjinal, tetapi memiliki kontribusi yang signifikan ke masyarakat. Kebetulan kegiatan di FKH UNAIR juga sering pengmas, mungkin itu yang menjadi pertimbangan panelis memilih saya,” ungkapnya. 

April berkuliah selama empat tahun dan resmi menyandang gelar doktoral pada tahun 2011. Ia lalu kembali ke Indonesia dan diberikan amanah sebagai Ketua Kelompok Peneliti oleh Balitvet dan telah berjalan selama tujuh tahun lebih. Empat tahun setelah mendapatkan gelar terbarunya dari London, April kembali lagi ke London mengambil Program Post Doctoral. Tampaknya ia dan London memiliki ikatan yang sangat kuat. Bagi April, London memang memiliki kenangan tersendiri. Dari sana dia mampu membuka jejaring internasional, seperti World Organisation for Animal Health (WOAH) dan Office International des Epizooties (OIE). Tak sedikit pula ia kenal dengan ahli-ahli parasit di dunia. Ia sangat bersyukur atas semua ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan. 

“London sudah seperti rumah kedua, bertahun-tahun saya studi di sana, hingga dipertemukan dengan banyak relasi dan teman. Bahkan setelah lulus juga sering bolak-balik Indonesia-London untuk bertemu dengan supervisor saya,” cerita April. 

Berada di Puncak Karir

April menghabiskan 22 tahun berkarir di Balitvet. Jabatan terakhirnya sebagai Ketua Kelompok Peneliti di Bidang Parasitologi. Hingga pada tahun 2021, April akhirnya pindah ke BRIN. Disana ia menjabat sebagai Peneliti Ahli Utama membawahi Kelompok Riset di Bidang Pengembangan Deteksi Pengendalian Penyakit Hewan dan Vektor di BRIN. April bertugas melakukan koordinasi pada staf untuk melakukan penelitian-penelitian terkait tupoksi di kelompok risetnya. Dia juga dituntut untuk membagikan ilmunya dengan mengajar. Dia kerap menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi, misalnya di Program Studi S2 Kedokteran Tropis dan Program Studi S2 Biomedis UGM, SIKIA UNAIR, hingga Udayana. 

“Kegiatan saya sekarang di BRIN cukup  kompleks. Mulai dari mengajar, research, di samping itu juga rutin pengembangkan jejaring internasional,” ungkapnya. 

Sebagai anggota WOAH, April saat ini tergabung dalam proyek penelitian Penyakit Tripanozoma. Dia beberapa kali diminta mempresentasikan hasil risetnya ke headquarters WOAH yang berlokasi di Paris. Dia juga ditunjuk sebagai ahli eksternal untuk penyakit Myiasis. 

April tercatat sebagai anggota WOAH sejak 2016, namun ia sudah aktif melakukan riset sejak tahun 2001. Artikelnya kerap kali dimuat dalam jurnal-jurnal internasional bergengsi setingkat Scopus. Jika ditotal, entah sudah berapa deret penghargaan, penelitian, dan partisipasi April dalam konferensi internasional. Dia telah menjelajah ke berbagai negara untuk mengikuti konferensi dan pelatihan internasional. Sedikitnya ia pernah diundang sebagai pembicara di Filipina, Jepang, Australia, Italia, Turki, Kamboja, Jerman, London, Malaysia, Paris, China, Korea Selatan, Perancis, Afrika, Meksiko, dan berbagai kota di Indonesia. April bahkan dianugerahi tanda kehormatan berupa Penghargaan Satya Lencana dari Presiden RI pada tahun 2015. 

Bisa dibilang, April telah berada di puncak karir seorang peneliti. Pekerjaannya sangat menyenangkan dan ilmunya terus bertambah. Namun, bagi April saat ini yang terpenting adalah bagaimana ilmu dan pengalamannya dapat bermanfaat bagi orang lain di sekitarnya. 

Selama karirnya, April selalu berusaha membukakan jalan bagi siapapun. Misalnya bagi para pegawai baru agar memiliki koneksi internasional untuk kerjasama riset. Atau bagi almamaternya sendiri. Beberapa waktu lalu April menjembatani kerjasama antara Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga dengan University of Mindanao yang ada di Filipina. “Tidak hanya UNAIR, kemarin misalnya, saya punya kenalan profesor dari Jepang. Saya ajak ke IPB ke UGM untuk membangun kolaborasi. Akhirnya ada student exchange dan banyak kerjasama. Saya senang membantu seperti ini, menghubungkan orang. Ada rasa kepuasan sendiri bagi saya,” ujarnya. 

April percaya kondisi ekonomi bukan keterbatasan untuk berkembang. Meski berasal dari desa dan lahir di keluarga yang sangat sederhana, ia mampu membuktikan diri hingga berada di puncak karirnya. Begitu pula ia berpesan kepada para juniornya di FKH Universitas Airlangga saat ia beberapa kali menjadi pembicara dalam kuliah tamu. Seperti pesan ayahnya yang selalu dia ingat, “Baik menjadi orang penting, tapi jauh lebih penting menjadi orang baik,” ucapnya menirukan almarhum sang ayah. 

Riwayat Pekerjaan

  • Head of Research Group for the development of animal diseases detection and vector control. Research Center for Veterinary Science

    The National Research and Innovation Agency, BRIN

  • Member of Non Tsetse Transmitted Animal Trypanosomosis Network

    WOAH – PARIS

    2016 - now

  • External Expert

    WOAH for Screwworm Fly (Old World Screwworm Fly)

    2023 - now

  • Biosafety Officer

    Member of Institutional Biorisk Committee – BRIN

    2023 - now

  • Accessor of Indonesian Scientists at the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development

    Ministry of Agriculture

    2019 - now

  • Evaluator of Scientists Performances at the Indonesian Center for Animal Research and Development

    2019 - now

  • Member of Commission for Disease

    Carrying Animals and Vector Experts. Ministry of Health, Republic of Indonesia

    2016

  • Head of Parasitology Department

    Indonesia Research Centre for Veterinary Science (IRCVS)

    2011 - 2018

  • Lecture

    Faculty of Veterinary Medicine, University of Airlangga

    2018 - now

  • Lecture

    Magister Program of Tropical Medical Science, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, University of Gadjah Mada

    2019 - now

  • Lecture

    Faculty of Veterinary Medicine, University of Central Mindanao, Philippine (2019)

    2019

  • Lecture

    Graduate School of Life and Environmental Sciences, Laboratory of International Prevention of Epidemics, Osaka Prefecture University

    2019

  • Reviewer papers of some National journals, International journals and research proposals

    2011

  • Manager of Provider for Proficiency Test (ISO 17043: 2010)

    RCVS

    2018 - now

  • Member of Commission of Quality Control (ISO 17025: 2008)

    IRCVS

    2013 - now

  • Scientific Exchange to Friedrich Loeffler Institute (FLI), Germany. 2011

    2011

  • Coordinator of Liaison officer (LO)

    Ministerial Conference on Biodiversity, Food Security and Climate Change

    2013

  • Ministerial Conference on Biodiversity, Food Security and Climate Change. LO for Agricultural Ministry of Zimbabwe

    2011

  • Commission of Biosafety and Biosecurity at IRCVS (SK Ka Balai No. 1212/OT.210/I.5.1/05/11).

Riwayat Pendidikan

  • Post Doctorate Program at the Natural History Museum, London, UK, 2015 – 2016.

    2015 - 2016

  • Doctorate Program. Faculty of Infectious and Tropical Disease

    London School of Hygiene and Tropical Medicine, University of London

    2011

  • Master Program Biotechnology

    Gadjah Mada University

    2003

  • Undergradute at Faculty of Veterinary Medicine

    Airlangga University

    1993 - 1998

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga