Siti Asfijah Abdoellah

Mengatur Peredaran Obat untuk Kesehatan Masyarakat

Alasan awalnya sederhana, ia hanya ingin menempuh pendidikan tinggi pada rumpun kesehatan. Namun, sebagai lulusan SMA jurusan fisika, ia ingin studi yang diambil pada tingkat lanjut, selinier dengan kesukaannya pada fisika, akan tetapi masih dalam rumpun kesehatan. Melihat hal tersebut, akhirnya, Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menjadi tempatnya berlabuh. Ditambah, ia pun kuat dalam pelajaran kimia. 

“Karena Biologi banyak hafalannya, Kan. Saya membayangkan kalau saya masuk kedokteran dan banyak hafalannya, saya nggak berani. Jadi saya ambil jurusan yang dekat dengan kedokteran,” ungkap Asfiyah.

Menjadi Aktivis Masjid

Menurutnya, Farmasi bukanlah suatu hal yang mudah. Bahkan, dalam suatu waktu, ia harus mengulang pada praktek prescription, dimana para mahasiswa harus mampu membuat resep yang sesuai dengan gejala atau penyakit yang diderita oleh pasien. Namun, ia merasakan bahwa pertemanan yang terjalin di  FF UNAIR sangat erat. Mereka saling mendukung dan memberikan semangat satu sama lain, hal tersebutlah yang membantunya untuk tetap bertahan.

“Kadang di Lab prakteknya lama dan tinggal kita sama laborannya doang, untung mau nungguin sampai sore bahkan lebih,” lanjutnya.

Selain menuntut ilmu pada bangku kelas perkuliahan, Asfiyah juga aktif dalam kegiatan di lingkungan masjid UNAIR. Sebagai pengurus kegiatan mahasiswa yang berbasis pada kerohanian islam, membuat ia selalu terpaut dengan lingkungan yang baik. Selain itu, dengan aktivitasnya tersebut, ia belajar banyak hal yang berkaitan dengan keorganisasian. Akhirnya, kemampuan manajerial keorganisasiannya berkembang sehingga mampu mengantarnya menjadi seperti sekarang.

Sebagai pengurus, dirinya dipaksa untuk bertemu dengan banyak orang, hal tersebutlah yang membuat jejaring yang dimiliki semakin luas yang kelak akan banyak membantunya dikala sulit. Salah satu yang menjadi tugasnya ialah tentang penggalangan dana. Saat itu, ia harus mampu menjangkau banyak kalangan, baik dosen, mahasiswa, hingga masyarakat. Hampir tiap bulan, ia harus menemui para dosen, dengan harapan akan menjadi donatur pada kegiatannya di lingkungan masjid. Dengan hal tersebutlah, akhirnya banyak dosen yang mengenal dirinya, sehingga dalam perkuliahan ia dapat banyak perhatian.

“Pada saat Bulan Ramadhan, saya harus mengurus takjil, sahur. Bahkan saya harus tidur di masjid, kan ada ruang sekretariatnya gitu,” tambahnya. 

Mencoba Peruntungan di BPOM

Setelah lulus pendidikan profesi apoteker pada tahun ’96, Asfiyah mulai mencoba mengirim lamaran ke berbagai rumah sakit karena ia berfokus pada farmasi rumah sakit. Di antara banyaknya lamaran, Rumah Sakit Husni Thamrin Jakarta lah yang membalas surat yang ia kirimkan. Dalam waktu tunggunya mendapatkan pekerjaan, ia juga mencoba peruntungan mendaftarkan diri pada program penerimaan CPNS di Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM) yang pada tahun 2017, berubah menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pada Maret 1998, Surat Keputusan (SK) pengangkatannya sebagai PNS Ditjen POM diterbitkan. Kala itu, dia bertugas sebagai staf evaluator pada bagian registrasi kosmetik dan alat kesehatan. Dengan kegigihan dan ketekunannya dalam bekerja, perjalanan karier yang diperoleh cukup baik, hingga pada tahun 2004, ibu satu anak tersebut berkesempatan melanjutkan studi jenjang master pada Faculty of Health, Center of Clinical Epidemiology and Biostatistics, University of New Castle, Australia dan lulus pada 2006 dengan gelar Master in Medical Science (MMedSc).

“Saat saya kembali (dari Australia), saya kembali ke tempat awal saya ditugaskan sebelum tugas belajar yaitu di Direktorat Pengawasan Distribusi  Obat. Di sana ada satu Subdit yang menangani monitoring efek samping obat atau farmakovigilans, saya ditempatkan di situ sebagai Kepala Seksi Surveilan Keamanan Produk Terapetik,” ucap Asfiyah. 

Setelah itu perjalanan kariernya meningkat, pada tahun 2012, ia mendapatkan promosi menjadi Kepala Sub Direktorat Surveilan dan Keamanan Produk Terapetik hingga tahun 2018. Setelah itu, masih pada tahun yang sama, terdapat perubahan struktur organisasi di Badan POM, yang berdampak pada perjalanan kariernya. Asfiyah dipindahkan ke Unit Kerja Baru, yaitu Direktorat Registrasi Obat sebagai Kepala Sub Direktorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Obat Jalur Khusus.

Hingga Puncaknya, pada Januari 2022, ia dilantik menjadi Direktur Registrasi Obat BPOM. Dalam amanahnya, ia ditugasi untuk menangani proses evaluasi produk obat untuk mendapatkan izin edar. Disana, ia bertugas untuk memastikan bahwa produk obat yang didaftarkan telah sesuai dengan ketentuan dan persyaratan, yaitu aman, berkhasiat dan bermutu  dalam rangka melindungi masyarakat.

“Disini kita berproses secara ilmiah, melakukan pengkajian terhadap data-data non klinik maupun klinik yang diajukan oleh industri farmasi untuk dinilai apakah keamanan dan khasiat obat tersebut dapat diterima berdasarkan data-data yang dilampirkan tersebut,” pungkasnya.

Menerima Surat Kaleng

Dalam perjalanan kariernya, tentu ada saja tantangan dan hambatan yang dialami, apalagi, Asfiyah beririsan dengan perizinan edar produk obat. Salah satu momen tersebut ialah pada saat mendapatkan surat kaleng dari orang asing ketika melakukan MESO atau Monitoring Efek Samping Obat. Ketika itu, ia banyak melakukan proses pengkajian pada obat-obatan post-market dengan keluaran antara lain rekomendasi pencabutan izin peredaran bagi produk yang dianggap tidak sesuai kriteria keamanan dan khasiat, di mana dalam pertimbangan benefit risk, risk-nya lebih besar dari benefit. Terdapat obat yang harus ditarik dari peredaran karena efek samping yang ditimbulkan sangat berisiko bagi masyarakat.

“Dalam surat kaleng tersebut dikatakan bahwa ia mematikan rezeki karyawan, karena obat tersebut menjadi market leader dalam  perusahaan tersebut,” kisahnya.

Namun, hal tersebut tak lantas membuatnya gentar. Sebagai regulator, ia paham, bahwa sudah menjadi tanggung jawabnya dalam menjaga kesehatan masyarakat Indonesia. Menurutnya, keputusan untuk mencabut izin edar merupakan keputusan yang penuh pertimbangan dan kompleks. Hal tersebut merupakan hasil kajian dari laporan efek samping yang diterima, hasil-hasil penelitian yang sudah terpublikasi, dan juga mempertimbangkan status peredaran di Negara lain, serta hasil pembahasan dengan Tim Ahli.

Aktif pada Organisasi Internasional

Ditengah kesibukan yang dimiliki, Asfiyah juga turut berkontribusi pada kegiatan organisasi internasional. Bersama beberapa teman seminar, ia mendirikan International Society of Pharmacovigilance (ISoP) Chapter Indonesia. Dalam organisasi ini, ia diamanahi sebagai advisory board. Selain itu, WHO juga memintanya untuk menjadi Member of Advisory Committee on Safety of Medicinal Products (ACSoMP). Hal tersebut sebagai wujud pembuktian atas kapasitas yang ia miliki.

Di tengah hal-hal yang telah dicapai, ia tetap berharap bahwa amanah yang diberikan akan menjadi manfaat bagi banyak orang. Untuk keluarga, cita-citanya untuk menjadikan keluarga kecilnya tetap hangat serta dapat mengawal anak semata wayangnya hingga mencapai cita-cita yang diinginkan merupakan doa yang selalu terhaturkan dan tidak pernah putus. 

Ia pun akan selalu mendukung dan bangga dengan UNAIR, yang saat ini menjadi yang terdepan dalam pengembangan vaksin merah putih untuk COVID-19 di Dalam Negeri. Asfiyah, sebagai bagian dari regulator dalam pekerjaannya di Badan POM, menegaskan bahwa ia harus tetap independen termasuk dalam mengawal pengembangan vaksin merah putih tersebut.

“Saya bangga dengan UNAIR, diantara penelitian vaksin merah putih lainnya, UNAIR menjadi front runner yang terdepan,” tutupnya.

Riwayat Pekerjaan

  • Direktur Registrasi Obat

    Badan Pengawas Obat dan Makanan

    2022 - now

  • Koordinator Penilaian Uji Klinik Obat dan Pemasukan Obat Jalur Khusus

  • Kasubdit Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Jalur Khusus

  • Kasubdit Surveilan dan Keamanan Produk Terapetik

Riwayat Pendidikan

  • Faculty of Health, Centre of Epidemiology and Biostatistics

    University of New Castle, Australia

  • S1 Farmasi

    Universitas Airlangga

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga