Deby Fapyane

Selalu Tertantang Melakukan Hal Baru
“Saya ingin ilmu pengetahuan yang saya miliki dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. Bukan hanya tersimpan dalam bentuk publikasi ilmiah yang terkunci di laci, namun untuk kepentingan kemanusiaan”

Deby Fapyane merupakan salah satu contoh alumnus Universitas Airlangga yang memiliki karier moncer di negeri orang. Saat ini, ia berprofesi sebagai postdoctoral researcher di Aarhus University, Denmark. Selain menjadi seorang peneliti, ia menjadi bagian penting dari Start-Up terkemuka di Denmark, yakni Cellugy. Cellugy merupakan start-up yang bergerak dalam bidang produksi biomaterial dari proses biotransformasi.

“Saya bertanggung jawab sebagai CSO (Chief Scientiϐic Ofϐicer) di Cellugy. Pada posisi ini saya bertanggung jawab dalam organisasi bidang sains/teknologi, manajemen paten, dan transfer skala lab ke skala pilot untuk produksi,” jelas wanita yang akrab disapa Deby itu. Deby merupakan alumnus program studi S1 Pendidikan Apoteker Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga angkatan 2005. Ketika menjadi mahasiswa, ia aktif dalam organisasi AIESEC Global Volunteer.

Menurut pengakuannya, berkat pengalaman berorganisasi sembari menjadi volunteer ia memperoleh banyak ilmu baru, terutama bekerjasama dan memahami teman beda bangsa. Hal itu dapat ia terapkan selama studi Master di Korea Selatan dan Doktor di Denmark. “Sangat berkesan ketika saya menjadi volunteer untuk anak-anak difabel. Terlebih juga banyak teman dari mancanegara, Asia dan Eropa,” ungkap wanita kelahiran Surabaya, 28 September 1987 itu.

Berkarier di Eropa

Berawal dari mengenyam pendidikan di iNANO, Aarhus University bidang Nanoscience. Deby kini memiliki karier yang sangat moncer di daratan Eropa. Semasa menempuh gelar Ph.D nya, ia sering mengikuti kompetisi Nasional-Internasional. Dalam kurun waktu tiga tahun, Deby berhasil menyabet puluhan prestasi yang sangat prestisius. Pencapaian tersebut dalam bentuk penghargaan kompetisi maupun publikasi dalam jurnal ilmiah internasional.

“Saya berkompetisi dengan penuh sukacita. Bagi saya yang menantang adalah menyeimbangkan waktu antara bekerja di lab dan mempersiapkan materi lomba,” sahutnya. Saat ini, Deby bekerja sebagai peneliti (postdoctoral researcher) di Aarhus University Centre of Water Technology (WATEC), Denmark. Ia bekerja pada bidang pembuatan mikro-sensor untuk deteksi gas dan molekul kimia.

Menurutnya, proyek yang ia kerjakan di WATEC akan menggabungkan beberapa bidang dan juga bekerja sama dengan Grundfos (perusahaan pompa air terbesar di Denmark) dan UniSense (perusahaan mikrosensor di Denmark). Selain itu, Deby bersama dua temannya juga berhasil merintis start-up Cellugy. Dan saat ini start-up tersebut memperoleh bantuan pendanaan dari pemerintah dan perusahaan (Novo Nordisk Foundation) di Denmark untuk mengubah ide mereka menjadi produk.

“Saat ini, kami mendapat dana dari Uni Eropa 2.3 juta Euro (40 Milyar IDR) guna membangun skala pilot untuk teknologi kami (Green Deal EIC Grant 2020),” jelas Deby. Menurut Deby, pada tahun 2019 Cellugy terpilih sebagai ϐinalis dalam ajang Ocean Plastic Challenge 2019, yang diselenggarakan oleh National Geographic di Washington (USA). Cellugy berhasil keluar sebagai juara II dan memperoleh investasi dari Sky Ocean venture (UK).

“Saya adalah fans berat National Geographic. Akhirnya menginjakkan kaki di markas besar dan lab NatGeo yang menjadi mimpi terbesar saya telah menjadi kenyataan,” tandasnya.

Tertantang Melakukan Hal Baru

Sebagai seseorang yang menyukai tantangan, Deby sangatlah aktif dan memiliki ketekunan yang luar biasa. Tak hanya dalam berkompetisi, ia juga senantiasa mengembangkan pengetahuannya melalui organisasi maupun hal lainnya. “Saya juga aktif dalam organisasi ‘Women in Science’ yang turut aktif mempromosikan wanita dalam karier di bidang sains, baik di industri, di akademik maupun menjadi wirausahawan,” ujarnya.

Bagi Deby, menjadi seorang perempuan juga harus bisa menunjukkan kemampuan yang dimiliki, bukan hanya membendungnya. Terlebih saat ini merupakan era digital yang membuat semua orang dari belahan dunia manapun dapat berinteraksi dengan sangat mudah. Menurutnya, hal paling menantang ketika berkarier adalah ketika ia berada di lingkungan start-up. Sebagai seorang periset yang awam tentang bisnis dan ϐinansial, ia dipaksa masuk ke dalam lingkungan pebisnis.

“Ya saya harus belajar banyak hal tentang bisnis dan ϐinansial. Serta belajar bagaimana mengkomunikasikan ide sains agar dapat dimengerti banyak orang. Selain itu juga melatih seni bernegosiasi dengan banyak orang, seperti investor, collaborator dan customer,” ceritanya.

Riwayat Pekerjaan

  • Co-founder & CSO

    Cellugy

  • Peneliti pascadoktoral WATEC

    Universitas Aarhus

  • Rekan Ph.D iNANO

    Universitas Aarhus

  • Asisten peneliti IEAEC

    Institut Sains dan Teknologi Gwangju

  • Pengembang analisis farmasi

    Farmasi Bernopharm

Riwayat Pendidikan

  • Ph.D. dalam Nanoscience

    Universitas Aarhus

  • Ilmu dan teknik lingkungan Institut Sains dan Teknologi Gwangju (GIST)

  • S1 Pendidikan Apoteker dan Profesi Apoteker

    Universitas Airlangga

    2005

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga