Andriani

Perempuan Pertama Jabat Wakapuskes TNI

Ratusan kain batik dipamerkan di Museum Nasional di kawasan Medan Merdeka Barat, Jakarta pusat. Di antara pengunjung pameran, tampak seorang perempuan dengan baju dinas TNI yang cukup energik melihat dari satu kain ke kain yang lain.

Sesekali dia menyentuh dan mengamati batik yang dipajang. Perempuan dengan bintang satu di pundak itu adalah Laksamana Pertama Drg. Andriani, Sp.Ort, alumnus Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unair yang kini menjabat Wakil Kepala Pusat Kesehatan (Wakapuskes) TNI.

Di sela-sela istirahat dari tugasnya, dia menyempatkan diri untuk menikmati batik. Andriani tak menolak disebut gila batik. Dia bangga budaya Indonesia tersebut bisa mendunia.

Baginya batik ibarat bahan pokok yang harus dipakai saat dia tak mengenakan baju dinas. Hampir setiap tugas ke daerah, dia selalu menempatkan mencari batik khas setempat.

Dia mengoleksi batik dari Sabang sampai Merauke. Karena itu, Andriani pun menyiapkan lemari khusus untuk koleksi batiknya. Ada dua lemari untuk koleksinya. Isinya ratusan batik. Mulai kain sampai baju, mulai yang formal sampai santai.

Andriani lulus FKG Unair pada 1986. saat itu dia sudah melamar kerja di Kementerian Kesehatan. Tapi, dia keburu dipanggil wajib militer (Wamil). Padahal, perempuan berkacamata itu sebenarnya tak punya minat di kemiliteran. Dia ogah-ogahan menanggapi panggilan Wamil itu. Tiba-tiba ada provost datang ke rumahnya. Akhirnya  mau tidak mau dia mendaftar militer dan mengikuti aturan pemerintah.

Seiring berjalannya waktu dia mengikuti pendidikan dan mendapatkan berbagai penjelasan tentang kemiliteran. Andriani pun akhirnya suka bekerja di lingkungan TNI. Apalagi, setelah dia ditugaskan di lembaga pendidikan kedokteran gigi TNI AL di Surabaya.

Setelah menikah Andriani minta pindah ke Ladogi, lembaga kedokteran gigi AL di Jakarta, sampai akhirnya di Wakapuskes TNI. Dia tercatat sebagai perempuan pertama yang punya jabatan tinggi di Puskes TNI. Dia perempuan pertama yang menjabat Wakapuskes TNI.

Berkat Jiwa Pelayanan di FKG

Andriani mengaku bersyukur bisa meniti karir dengan raihan saat ini. Itu semua tak terlepas dari hasil pendidikan di FKG Unair. Jiwa pelayan yang didapatkan di Unair menjadi strong point baginya. Di kampusnya dulu dia sering melakukan kegiatan sosial, sebagai bagian dari program pelayanan kepada masyarakat.

Dari situ terbentuk jiwa kepelayanan. Sebagai dokter, dia merasa harus memiliki sifat dasar tersebut. Karena itu, saat lulus bayangan Andriani adalah bisa menembus Kemenkes agar bisa mengabdikan diri kepada masyarakat lebih intens. Dia bertekad memberikan pelayanan maksimal untuk masyarakat.

Ternyata di militer jiwa pelayanannya lebih kuat. Ketika melakukan seleksi dokter untuk TNI, Andriani merasakan alumnus Unair lebih siap dibanding kampus lain.

Namun, seiring perkembangan zaman, orientasi kehidupan pun berubah. Dia merasakan bidang kesehatan makin jauh dari kesan pelayanan. semuanya lebih ke business oriented.

Dia berharap mahasiswa Unair dididik untuk lebih pada implementasi ke masyarakat. Bukan berorientasi bisnis.

Sekolah atau pendidikan, menurut andriani, harus berorientasi kemasyarakatan, melayani masyarakat, demi kesejahteraan rakyat. Termasuk di bidang kesehatan. Dengan demikian, apa pun materi yang didapat, jiwa pelayanannya itu menjadi bonus.

Jika program pelayanan, membangun jiwa pelayan itu bisa jadi ikon bagi Unair, dia yakin status dan target Unair untuk menembus kampus terbaik dunia bisa tercapai.

Saat ini kerja sama dan promosi Puskes TNI sudah masuk ke kampus-kampus. Salah satunya Unair. Andriani berharap, Unair bisa memberikan andil besar, mengarahkan dan menempatkan mahasiswanya di ke-TNI-an.

Andriani sudah berpromosi, sudah menunjukkan fasilitas, dan ke depan bakal jadi apa. Sekarang bergantung ke kampus, mengarahkan atau tidak ke sana.

Dia menyebut, tradisi Unair di Puskes TNI cukup bagus. Banyak yang menempati posisi penting. Fasilitas kedokteran gigi di AL pun menjadi rujukan terbesar se-asia.

Copyright © Universitas Airlangga