Achmad Sujanto

Bakti Sang Abdi Negara

“Ayo sekolah, ora susah biaya. Pendidikan adalah hak semua anak, majulah Indonesiaku”

Dokter Achmad Sujanto yang juga anggota kepolisian dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi. Lahir dan tumbuh dalam keluarga sangat sederhana, Achmad melalui masa kecilnya dengan penuh perjuangan. Untuk membiayai pendidikan sekolahnya, Achmad harus berjualan pisang goreng mulai dari SMP hingga kuliah tingkat II. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Achmad berhasil meraih gelar dokter gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (UNAIR) yang kemudian diterima juga menjadi anggota kepolisian.

Bagi Achmad, pendidikan adalah kunci yang sangat penting untuk merubah nasib. Itu sebabnya ia sangat prihatin melihat anak-anak di desanya di daerah Banyumas, Jawa Tengah yang putus sekolah karena kendala biaya. Ia dan istri pun berinisiatif mendirikan sekolah gratis. Sekolah yang diberi nama SMP Ma’arif NU ini mulai berjalan sejak tahun 2003. Awalnya hanya 15 orang siswa saja bergabung di sekolah ini. Namun kini sudah lebih dari 800 siswa yang belajar di SMP Ma’arif NU dan sudah meluluskan lebih dari 10 generasi.

Di sekolah ini Achmad membebaskan siswanya dari segala biaya. Bagi siswa yang tinggal di pelosok desa, Achmad menyediakan asrama serta makanan gratis. Sementara bagi siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan tidak memiliki uang transport, Achmad menyediakan bus untuk antar jemput yang juga gratis. Setelah sukses mendirikan SMP gratis, kini Achmad sedang dalam proses mendirikan Madrasah Aliyah (setara SMA) yang juga akan gratis bagi siswanya.

Masa Kuliah

Achmad berhasil masuk di FKG UNAIR pada tahun 1980. Untuk berkuliah, disamping Achmad menerima beasiswa, Achmad juga tetap melanjutkan usahanya berjualan aneka jajanan basah yang dibuat oleh orang tuanya. Dengan tambahan penghasilan itulah, Achmad membiyai akomodasi dan transportasinya pulang dan pergi ke kampus. 

“Tidak jarang saya juga menginap rumah teman untuk belajar. Hal itu saya lakukan karena keterbatasan buku yang saya miliki. Seringkali saya bergantian buku dengan teman. Saat teman saya tidur jam sepuluh atau sebelas malam, saya justru bangun untuk belajar dari bukunya,” ujar Achmad.

Masih jelas dalam ingatan Achmad saat tahun-tahun awal berkuliah, pada umumnya rumpun kesehatan FK, FKG, FKH dan Farmasi belajar dalam ruang dan waktu yang sama mengenai basic natural science dan basic medical science. Tidak jarang materinya pun hampir sama. 

“Terkadang ingin rasanya saya mengulang ujian masuk kampus untuk dapat diterima di FK, namun mengingat kondisi perekonomian keluarga yang terbatas, niat itu harus yang urungkan dan bertekad untuk lulus secepatnya dan bisa bekerja,” jelas Achmad.

Berkarir di Kepolisian

Lulus dari FKG UNAIR, tahun 1987 Achmad mengikuti pendidikan perwira karir SEPA MILSUK. Achmad dilantik pada Mei 1988 dan ditempatkan di Polres Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Disana Achmad diangkat sebagai kepala rumah sakit perawatan sementara.

“Tujuh tahun berkarir di Polres Buton saya lalui dengan berbagai pendidikan tambahan seperti kedokteran forensik, kedokteran lalu lintas dan kedokteran gigi militer, khusus untuk menangani korban perang,” ucap Achmad.

Oktober 1993, Achmad dimutasi ke Polda Jawa tengah dan ditempatkan di Seksi Kedokteran dan Kesehatan Polri. Tahun 2003 Achmad dikirim ke Aceh untuk membantu penanganan korban akibat pergolakkan yang terjadi pada saat itu.

“Tahun 2005 saya ditempatkan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Tengah yang berada di Purwokerto sebagai tenaga pendidik militer hingga purna tugas tahun 2018,” jelas Achmad.

Mendirikan Sekolah Gratis

Indonesia merupakan negara dengan kekhasan demografi yang luar biasa beragam. Masyarakatnya ada yang tinggal di tengah hiruk pikuk perkotaan, ada juga yang tinggal di desa dan pedalaman. Satu yang pasti, negara ini melalui konstitusi telah berjanji untuk memberi pendidikan yang layak bagi warganya.

Saat Achmad dipindahtugaskan ke Purwokerto, ia melihat banyak anak-anak usia sekolah tidak bersekolah karena tidak sanggup membayar biaya sekolah. Mobilitas dan jarak pun turut menjadi hambatan. Di Kabupaten Banyumas ada 301 desa. Sebagian besar masyarakatnya bermukim di desa dan mengakibatkan anak-anaknya harus menggunakan transportasi umum yang biayanya cukup mahal untuk menuju ke sekolah.

“Minat anak bersekolah cukup tinggi, tetapi terhalang karena biaya,” ujar Achmad.

Atas dasar itulah, Achmad mendirikan yayasannya. Pada awal berdiri yayasan masih berupa pondok pesantren temporer dengan murid yang tidak pernah lebih dari 20 orang. Berawal dari pembangunan Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Usia Dini (PAUD) yang dimulai tahun 2000, yayasan Ar-Rochmad kemudian mendirikan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Aliyah atau setara SMA pada tahun 2003.

“Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagian besar kami alokasikan untuk alat-alat penunjang kegiatan belajar-mengajar. Biaya pembangunan gedung sekolah hingga gaji guru dan karyawan diperoleh dari urunan tabungan saya dan istri,” jelas Achmad.

Perjuangan Achmad Sujanto merintis yayasannya lebih dari 20 tahun terakhir tidak lepas dari dukungan istrinya. Memiliki ketertarikan yang sama di dunia pendidikan, Achmad dan istrinya sangat paham akan kebutuhan anak-anak.

“Panggilan untuk mengabdi pada masyarakat itu hadir setiap kali teringat betapa sulitnya mencari uang untuk bersekolah semasa sekolah dulu,” ujarnya.

Atas dedikasinya dalam memperjuangkan pendidikan di wilayah sekitarnya, di tahun 2014, Achmad memperoleh penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam perhelatan “Anugerah Peduli Pendidikan”. Pencapaian itu berlanjut dengan perhargaan dari Polda Jawa Tengah sebagai Polisi Berprestasi tahun 2015. Achmad juga mendapat penghargaan dari organisasi profesi kedokteran sebagai sosok yang memiliki ide luar biasa dalam berkontribusi menggunakan keahliannya.

Kedepannya, Achmad berharap dapat membangun fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar seperti buku, laboratorium dan komputer.

Riwayat Pekerjaan

  • Penugasan khusus ops Ka evakuasi NAD Polda Aceh di Aceh Timur

  • Gadik Madya SPN Polda Jawa Tengah

  • PJS Kasi Dokkes Polwil Banyumas

  • Kanit Samapta Disdokkes Polda Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan

  • Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Airlangga

    1986

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga