Ray Muhammad

Rela ‘Gap Year’ Demi Menjadi Apoteker Tingkat Global

‘’Being a good leader is easy, but being a good and consistent leader is another thing’’

Berlatar belakang dari keluarga sederhana, Ray Muhammad, S.Si, Apt., mempunyai cita-cita yang besar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan bidang farmasi sebagai pilihannya. Perjuangannya tidaklah mudah, setelah lulus SMA di Jakarta tahun 1991, Ray gagal masuk ke perguruan tinggi negeri sehingga memutuskan ‘gap year’ selama setahun di bimbingan belajar Siky Mulyono, Jakarta. Dia kemudian mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mencoba Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) ditahun berikutnya.

“Walaupun saat itu saya gagal masuk universitas negeri, orang tua sebenarnya menyetujui saya untuk melanjutkan studi di universitas swasta, namun tidak saya teruskan mengingat biaya pendaftaran masuk kampus swasta yang saat itu sangat besar. Saya malah memutuskan untuk bergabung dengan bimbingan belajar,” kenangnya.

Setelah belajar selama setahun penuh, pada akhirnya Ray lulus UMPTN tahun 1992 dan berhasil diterima di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Hal itu merupakan suatu pencapaian yang sangat membanggakan, karena dirinya berhasil membuktikan kepada orang tuanya mampu masuk ke Perguruan Tinggi Negeri dan bisa mengurangi beban keluarga dari sisi ekonomi bila dibandingkan berkuliah di swasta. Selain itu, dirinya merasa sangat bersyukur sekaligus beruntung, mengingat tidak banyak teman seusianya yang mampu bersekolah lebih tinggi dikarenakan terhambat dari sisi ekonomi dan dukungan keluarga.

Ditanyai ketertarikannya dengan dunia farmasi, Ray menjawab jika keinginannya mulai tertaut dengan dunia apoteker ketika bertemu saudara-saudaranya yang bekerja di industri farmasi. Saat berkumpul dengan keluarga besar, Ray melihat mereka punya kehidupan yang baik serta bahagia dengan profesinya. Dari situ Ray mulai membulatkan tekad jika menjadi apoteker adalah jalan hidup yang ingin dia gapai. 

“Dan berkuliah di Fakultas Farmasi UNAIR merupakan pilihan yang tepat,” ungkapnya.

Kehidupan Kampus

Meski dicitakan dengan baik, Ray kembali menemui jalan terjal. Pada tahun pertama hingga ketiga, Ray kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan kampus. Namun dengan segala keterbatasannya, dia mampu mendapat nilai yang memuaskan. Hal ini semakin diperbaiki di tahun keempat hingga terakhir, dimana Ray mulai bisa menyelami, memahami dan menikmati belajar Ilmu Farmasi hingga dapat menyelesaikan kuliah dengan baik diwaktu yang tepat. 

Dengan pribadi yang bersahabat dan mudah bergaul, Ray tak kesulitan untuk berbaur dengan teman-temannya. Dibuktikan dengan masih terjalinnya hubungan mereka hingga saat ini. Terdapat sekitar 15 – 20 teman seperjuangannya yang masih aktif berkomunikasi. Apabila berkesempatan pergi ke Surabaya, Ray biasanya akan menemui mereka untuk sekedar berbagi canda atau mengenang kembali masa-masa mahasiswa.

Kenangan Ray yang tidak terlupakan lainnya adalah saat mengambil skripsi di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Farmasi. Saat itu Ray mempelajari bagaimana membuat kultur jaringan tanaman yang selanjutnya akan diinduksi dengan bahan tertentu supaya bisa menghasilkan active pharmaceutical ingredient baru. Begitu intensifnya, Ray bahkan sampai diminta membantu menjadi ‘temporary laborant’ yang salah tugasnya adalah jika listrik PLN mati saat akhir pekan, Ray akan diminta datang ke Laboratorium untuk memeriksa dan memberi treatment semua kultur sel tanaman yang ada supaya tidak mati.

“Karena semua kenangan-kenangan itu yang tak akan terlupakan untuk hidup saya,” ucapnya.

Kehidupan Pasca Kampus

Setelah lulus program profesi Apoteker, Ray mendapatkan endorsement dari profesornya. Ray mulai berkarir di Industri Farmasi lokal, tepatnya di Sidoarjo, Jawa Timur. Perannya saat itu terbilang di tingkat bawah, Ray menjadi Lab Analyst dengan salah satu tugas pokoknya melakukan tes kualitas dan kuantitas untuk bahan baku serta bahan aktif obat sebelum dipakai untuk proses produksi. Misalnya dengan menggunakan beberapa instrumen cukup canggih seperti; DID - HPLC dan IR Spectrophotometer.

Seiring peningkatan kemampuannya, Ray diminta untuk melakukan proses testing terhadap bulk/ produk intermediate sebelum dikemas, termasuk melakukan validasi metode analisis yang digunakan. Setahun kemudian, Ray memilih untuk berkarir di Jakarta dengan pertimbangan untuk mendapatkan tantangan yang lebih serta untuk mendekatkan dengan orang tua di Jakarta.

Langkah Menjadi Global Pharmacist

Dengan informasi dan referensi dari sesama alumni Universitas Airlangga, Ray berhasil diterima di Industri Farmasi Multinasional di Jalan Raya Bogor. Saat itu tugas dan tanggung jawab Ray mulai meningkat, dia ditunjuk sebagai Supervisor Produksi yang membawahi puluhan operator yang sudah lama bekerja dan usianya rata-rata jauh diatasnya. Ini tentunya menjadi waktu yang tepat untuk mengasah kemampuan leadership technical skill-nya. Setelah beberapa rotasi kerja, memimpin hampir seluruh production value stream selama tiga tahun, ‘Ray memutuskan untuk berfokus menjadi Professional Pharmacist di Industri Farmasi berskala global’.

Di tahun 2001, Ray bergabung dengan salah satu perusahaan farmasi global yang cukup besar. Memulai karir sebagai Production Pharmacist yang membawahi beberapa supervisor, dan selanjutnya menjadi Production Manager yang membawahi beberapa stream produksi. Pada akhirnya dia bisa mencapai karir tertinggi sebagai Site Director setelah bekerja hampir 15 tahun diperusahaan tersebut. 

“Enam tahun belakangan ini saya lebih banyak mengelola resources yang ada untuk menunjang bisnis perusahaan di level lokal maupun regional,” ujarnya.

Jika dihitung sejak awal bekerja, saat ini Ray sudah berada di Industri Farmasi selama hampir 25 tahun. Tentunya tidak mudah untuk menjalani karir sepanjang itu, yang terpenting adalah mempunyai satu ambisi yang kuat untuk konsisten mengerjakannya. Sebagai informasi, perusahaan tempat Ray bekerja saat ini adalah perusahaan farmasi multinasional berskala global yang berbasis di London, UK dengan jumlah karyawan mencapai lebih dari 70,000 orang yang beroperasi di hampir 80 negara di dunia. 

Perusahaan ini berdedikasi untuk memasok produk Biofarma dan pengembangan transformasional produk vaksin dan obat obatan. Di Indonesia sendiri, perusahaan ini sudah beroperasi sejak tahun 1970 dan saat ini mempunyai kurang lebih dari 400 karyawan yang bekerja di bagian sales, marketing, manufacturing dan support function lainnya seperti finance, legal, techs, compliance, communication, dan sebagainya.

“Dengan sales turnover sampai dengan 1 triliun rupiah tahun 2022, perusahaan ini terus berkomitmen untuk mensupply produk obat dan vaksin ke pasien atau masyarakat Indonesia yang membutuhkan,” ungkapnya.

Harapan

Menurut Ray, Apoteker yang bekerja di Industri Farmasi mempunyai peran sangat penting untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan, memastikan karyawan yang bekerja selalu dalam kondisi aman dan secara bersamaan membawa kemajuan perusahaan terus menerus. Dengan apa yang telah didapat selama belajar di kampus; pengetahuan, disiplin, jujur, berintegritas, berorientasi pada pasien dan pelanggan serta transparansi, Ray berharap mampu membantu banyak Apoteker untuk sukses berkarir di Industri Farmasi yang makin menantang kedepannya. 

“Selain itu juga, saat ini saya juga merasa bangga dan senang karena anak saya diterima di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga tahun 2023 melalui jalur UTBK. Saya berharap anak saya bisa mempunyai jiwa dan semangat Apoteker yang kuat yang bisa meneruskan cita-cita seperti ayahnya,” ucapnya di akhir wawancara dengan penuh bangga. 

Riwayat Pekerjaan

  • Site Director

    GlaxoSmithKline Indonesia

    2001 - now

  • Actavis Indonesia - Pharmaceutical Company

    1999 - 2001

  • Bernofarm Indonesia - Pharmaceutical Company

    1998 - 1999

Riwayat Pendidikan

  • Profesi Apoteker

    Universitas Airlangga

  • S1 – Farmasi

    Universitas Airlangga

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga