Semangat untuk Terus Belajar dan Aktualisasikan Diri Hingga Tingkat Internasional
Arie Ratna Agustien, S.Sos., MSc., MBA (Arie) merupakan pribadi dengan semangat belajar yang tinggi. Semangatnya dalam menuntut ilmu tersebut tercermin dalam beberapa keputusan-keputusan besar di hidupnya. Keputusan besar pertama yang Arie ambil adalah melepaskan pendidikannya di program studi S1 Akuntansi UNAIR yang telah berjalan satu tahun untuk belajar di program studi S1 Sosiologi UNAIR. Keputusan tersebut sempat ditentang oleh orang terdekat Arie, termasuk orang tua.
“Saat itu, beberapa orang terdekat berpendapat bahwa akuntansi memiliki prospek kerja yang jauh lebih baik dibanding sosiologi. Tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta berat dengan sosiologi dan bisa bertahan hingga lulus,” jelasnya.
Sebenarnya, tidak hanya ‘bisa bertahan hingga lulus’, Arie juga mematahkan mitos bahwa kuliah di Sosiologi sulit memperoleh pekerjaan. Ia telah bekerja sejak semester 2 masa perkuliahan di Sosiologi. IPK yang diraihnya pun tinggi, sehingga Arie memperoleh berbagai beasiswa hingga lulus dan predikat ‘Mahasiswi Berprestasi’.
Rasa Cinta pada Sosiologi
Bagi Arie, proses perkuliahan yang dia jalani di Sosiologi sangat menyenangkan. Hubungan antara mahasiswa dengan dosen lebih egaliter. Dosen Sosiologi meskipun sibuk, selalu menyempatkan diri membalas pesan mahasiswa, mudah untuk diminta jadwal bertemu, dan terbuka dalam diskusi.
Kegiatan pembelajaran di Sosiologi tidak hanya dilakukan di dalam kelas, namun juga terdapat kuliah lapangan, dan diskusi secara aktif. Pada kuliah lapangan, mahasiswa diarahkan untuk mengorganisir sendiri mulai dari lokasi, pendanaan, transportasi, akomodasi, hingga konsumsi.
“Jadi, kami membentuk kepanitiaan sendiri. Mulai dari siapa ketua kelompok, siapa ketua kuliah lapngan, dan itu yang membuat angkatan kami solid,” lanjutnya.
Semangat Menuntut Ilmu
Arie sudah bersemangat untuk lanjut studi ke jenjang yang lebih tinggi sejak masih kuliah di Sosiologi. Namun, semangat itu sempat redup setelah menikah dan melahirkan, dimana rasa ingin selalu dekat dengan anak masih begitu kuat.
Empat tahun setelah menyelesaikan S1, Arie melanjutkan studi S2 di Asian Institute of Technology (AIT) Thailand dengan beasiswa selama dua tahun (2010 – 2012). Program yang ditempuh adalah Master of Science in Disaster Preparedness, Mitigation, and Management. Meski sepintas tidak terlihat linear dengan sosiologi, namun justru sangat berkaitan.
“Disaster (bencana, red) berkaitan dengan kerentanan. Kerentanan fisik, kerentanan sosial, ekonomi, dan itu berkaitan erat dengan sosiologi,” terang Arie.
Pada tahun 2017, saat sedang menemani suaminya yang sedang studi doktoral di kota Bristol, United Kingdom, Arie mendaftar dan memperoleh beasiswa studi program Master of Business Administration (MBA) di Bristol Business School, University of the West of England. Program tersebut juga memiliki kaitan dengan sosiologi. Di MBA ia belajar bisnis dan hubungannya dengan politik ekonomi, sosial, teknologi, dan human resource and development.
“… jadi kalau kita adalah HR di sebuah perusahaan, bagaimana cara kita mengatasi konflik di industri, itu termasuk sosiologi industri juga,” ucap Arie memberikan contoh.
Menempuh program magister di luar negeri tentu bukan hal yang mudah, terlebih bagi Arie yang merupakan seorang ibu dan seorang istri. Arie bersyukur memiliki support system yang begitu kuat sehingga cita-citanya untuk melanjutkan studi dapat terwujud.
Karir Sebagai Bentuk Aktualisasi Diri
Sejak tahun 2018, Arie menjadi independent konsultan dengan spesialisasi monitoring, evaluation, and reporting. Karir ini dipilihnya karena memiliki waktu yang lebih fleksibel dan berorientasi pada hasil serta kualitas pekerjaan. Sebelumnya, Arie telah memiliki pengalaman profesional yang relevan di berbagai organisasi internasional, antara lain:
- Monitoring and Evaluation Project Officer di CARE International program recovery (pemulihan) pasca Tsunami 2004 di pulau Simeulu, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2007.
- Monitoring, Evaluation, and Reporting Officer untuk unit Disaster Management di American Red Cross - Tsunami Recovery Programme, Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
- Earthquake and Tsunami Watchstander (pemantau gempa dan tsunami) di Regional Integrated Multi-hazards Early Warning System for Afica and Asia (RIMES – Sistem Peringatan Dini Multi-Hazard Terpadu Regional untuk Afrika dan Asia), di Pathum Thani, Thailand, tahun 2010 – 2012.
Arie bekerja paruh waktu di RIMES sebagai syarat beasiswa studi S2 nya dari AIT dan RIMES. Ia bertugas memantau dan memberikan informasi gempa dan tsunami secara tepat waktu kepada negara-negara anggota RIMES di sekitar Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan.
- Monitoring and Reporting Associate for People Centered Development Program (PCDP) tahap 2 di UNDP Papua, tahun 2013.
- Project Cycle Monitoring Specialist of Poverty Reduction Support Facility (PRSF) di The Palladium Group Jakarta, tahun 2014 – 2015).
Sepanjang karirnya menjadi independent konsultan, Arie telah dipercaya memimpin beberapa evaluasi proyek pembangunan yang melibatkan banyak negara. Meski demikian, menurut Arie, pekerjaan dan karir adalah bentuk aktualisasi diri, bukan hal yang dia kejar. Capaian terbesar bukanlah jabatan atau seberapa besar proyek yang dia pimpin. Melainkan, bagaimana proyek yang dikerjakan dan produk yang dihasilkan dapat bermanfaat, tepat sasaran, dan menjadi solusi untuk permasalahan masyarakat.
Pesan untuk UNAIR
Kepada mahasiswa yang masih duduk di bangku perkuliahan, Arie berpesan agar mereka mengeksplorasi potensi diri sebanyak mungkin, tidak membatasi dalam mencoba sesuatu. Dengan begitu, mahasiswa akan kaya pengalaman serta keterampilan yang sangat bermanfaat. Misalnya, bagaimana menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara bersikap, serta manajemen waktu.
Kepada mahasiswa yang baru lulus, Arie sangat menganjurkan untuk mencoba merantau, keluar dari zona nyaman. Sehingga, tahu bagaimana dunia luar dan mendapatkan pengalaman hidup baru. Hal ini bisa dijadikan pertimbangan dan pengalaman ketika menetap di suatu daerah nantinya.
Kepada almamater tercinta, Arie berharap UNAIR bisa semakin baik lagi dalam hal kualitas. Menghasilkan lulusan yang tidak hanya hebat di Jawa Timur, tetapi juga berkarya di seluruh negeri, bahkan internasional.