Dwi Eko Lokononto

Stori Jatuh Bangun dalam Ikhtiar Penyajian Kreasi Jurnalisme Bernas nan Berkualitas

Dalam era dimana peran media sosial meningkat sebagai penyedia dan penyebar warta terkini dalam waktu sekejap, tentunya masyarakat sangat membutuhkan peran dari jurnalisme. Hal ini dikarenakan bahwa informasi media sosial dapat simpang siur dengan minimnya seleksi, sehingga kualitas dan keabsahan narasi warta tersebut sukar untuk dikontrol. Hadirnya jurnalisme di tanah air pasca reformasi sebagai penyebar warta yang dapat menjamin keabsahan faktanya serta kualitasnya tentu merupakan jawaban untuk dahaga masyarakat akan berita yang akurat dan bernas. Itulah re leksi kilat yang diliarkan oleh Dwi Eko Lokononto, Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi (Pemred) beritajatim.com saat berbagi kisahnya tentang pengalamannya menyelami semesta jurnalisme selama lebih dari 30 tahun.

Sebagai seseorang yang telah banyak makan asam garam dalam jurnalisme serta alumni prodi Ilmu Politik UNAIR angkatan tahun 1983, pria yang akrab disapa Lucky itu telah merealisasikan passion jurnalistiknya sejak duduk di bangku kuliah. Beserta rekan-rekan sejawatnya, ia mendirikan cikal bakal lembaga pers mahasiswa (LPM) di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNAIR yang kini dikenal sebagai LPM Retorika.

“Disinilah saya mengembangkan tradisi penulis yang mengedepankan kualitas dan aktualitas. Sebuah karakteristik yang krusial dimiliki untuk pekerjaan apa saja, terutama seorang jurnalis. Bahkan saya sampai lulus 7 tahun demi merampungkan skripsi saya yang sekitar 600 halaman karena tradisi penulis itu tadi,” guraunya.

Ancaman Karamnya Kapal Surabaya Post Akibat Pailit serta 

Solidaritas Para Wartawan

Setelah mengemban gelar sarjana, Lucky menjadi wartawan di Surabaya Post di bidang politik dan pemerintahan, serta bidang kriminal. Ia menceritakan bahwa keaktifannya sebagai pemburu berita di perusahaan koran sore tersebut memberikan julukannya sebagai ‘Lucky Surabaya Post’, seakan-akan ia sebagai representasi atau wajah dari Surabaya Post sendiri, sekalipun posisinya hanya sebatas wartawan belaka.

Lalu pada pertengahan tahun 2002, karier Lucky sebagai wartawan terancam untuk tutup buku. Pada suatu rapat yang melibatkan hampir seluruh karyawan Surabaya Post, diberitakan bahwa perusahaan koran yang didirikan oleh pasutri Abdul Aziz dan Tuti Aziz itu memutuskan untuk gulung tikar setelah digugat pailit oleh para kreditur dengan nominal milyaran rupiah. Bagai menabur garam di atas luka, Surabaya Post dinyatakan akan tutup 4 hari setelah rampungnya rapat tersebut.

“Keputusan tersebut seakan menggerakkan hati saya untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan eksistensi Surabaya Post ini. Setidak-tidaknya, koran ini bisa bernafas sampai rekan-rekan wartawan ini dapat mencari pekerjaan baru, sehingga statusnya tidak dilihat sebagai wartawan dari media yang pailit melainkan dari media besar,” kenangnya.

Bersama pegawai-pegawai lainnya, Lucky naik menjadi Ketua dari Penyelamat Surabaya Post dan mulai mengurus juga segi manajemen dari perintisan bisnis media itu sendiri. Singkat cerita, para wartawan meminta kepada pemegang saham Surabaya Post untuk menyerahkan hak paten dari media koran ini kepada mereka, demi memperpanjang nafas koran yang telah menjadi ikon Kota Pahlawan itu. 

“Singkat cerita setelah melewati beberapa krisis inansial, temanteman wartawan berhasil memperpanjang nafas dari koran ini. Saya awalnya tetap mengurusi dalam bidang redaksional dengan mengemban posisi Pemimpin Redaksi, lalu kemudian saya juga mengurus bidang bisnisnya menjadi Direktur Niaga. Namun, sayangnya karena masuknya manajemen baru dan kon lik internal, saya akhirnya memutuskan untuk hengkang dari Surabaya Post,” ujar jurnalis itu.

Meneruskan Tradisi Penulis dengan Merintis beritajatim.com

Pengalaman menyelamatkan koran sore tersebut yang sarat akan hiruk pikuk tersebut memberikan banyak sekali pengetahuan kepada seorang Lucky terkait bagaimana membangun suatu bisnis media yang berkompeten. Bersama Reporter detik.com Budi Sugiharto, Kepala Biro Suara Merdeka Semarang Ainur Rohim, serta beberapa orang lainnya, Lucky mendirikan sebuah laman berita online yakni beritajatim.com.

“Resmi launching dari beritajatim.com itu pada 1 April 2006 dan saya mengemban posisi sebagai Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi setelah mas Budi tidak dapat melanjutkan karena keterikatannya di detik.com,” jelasnya

Lucky menuturkan bahwa merintis laman berita daring itu susah karena pada saat itu keterbatasan audiens dan beritajatim.com merupakan satu-satunya media massa di Jawa Timur yang tidak tergabung di grup, layaknya Jawa Pos dan Suara Surabaya. Ia menambahkan bahwa beritajatim.com itu berdiri di waktu yang tepat karena mindset pembaca berita sedang mengalami perubahan dari yang berorientasi pada media cetak menjadi media daring. Alhasil, mulai banyak investor yang melirik ke media daring, tidak terkecuali di beritajatim.com.

“Ditambah kami juga mendapatkan “spotlight” ketika kami menjadi secara konstan melaporkan musibah Lumpur Lapindo. Pembaca kami semakin meningkat ketika eksistensi kami sebagai berita regional di Jawa Timur itu ketika kami meliput Konvensi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk Pemilihan Gubernur Jawa Timur yang sarat akan kon lik penentuan kandidat. Untuk berita-berita olahraga terutama terkait rivalitas antara Persebaya dan Arema itu juga meramaikan kolom komentar berita kami karena kami memberikan itur kolom komentar,” ujar alumni Ilmu Politik UNAIR itu.

Lucky menjelaskan bahwa berjalannya beritajatim.com juga didukung oleh penghasilan CV. Portal Jatim Media, sebuah usaha yang juga dibentuk oleh para pendiri media daring tersebut. Usaha ini bergerak di bidang konsultan kehumasan dan biro iklan, seperti billboard.

“Kami sangat bergantung dengan usaha ini untuk menjalankan beritajatim.com, karena media daring susah sekali mengais penghasilannya. Namun sejak kami bersama teman-teman yang merintis media daring di Indonesia mendirikan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), kami mulai belajar untuk transisi sumber penghasilan kita dari hanya sekadar dari CV. Portal Jatim Media, menjadi bersama dengan media,” tegasnya.

Terakhir, Lucky mere leksikan perkembangan jurnalisme di masa kini melalui pengalaman hidupnya yang jatuh bangun. Pengalamannya menyelamatkan karamnya kapal Surabaya Post dan merintis beritajatim. com menurutnya selalu dimaknai oleh Lucky dari keinginan dan kepedulian akan nasib orang banyak dalam suatu keadaan yang sarat akan ketidakpastian. 

“Perjalanan karier saya bukan karena saya besar, melainkan karena kepercayaan orang lain terhadap saya. Saya ditolong oleh banyak orang karena kepentingan banyak orang dan kesamaan pikiran,” kenangnya.

Ia juga menuturkan bahwa jurnalisme merupakan sebuah ilmu yang menentang hegemoni kebenaran tunggal dengan memberikan fakta melalui berbagai perspektif. Jurnalis itu menambahkan bahwa keprofesian jurnalis di masa sekarang merupakan lebih ke panggilan, karena kesempatan untuk mendapatkan narasumber dan menyebarkan informasi itu lebih terbuka dengan adanya hak atas kebebasan berpendapat. Alhasil, rentan sekali narasi berita itu tidak ada bedanya, antara satu sama lain.

“Disitulah peran kreativitas muncul. Media massa harus dapat memenangkan kepercayaan pembaca melalui karakteristik dan kreativitas dari berita tersebut. Kecepatan dalam era dunia dalam genggaman ini mungkin segalanya, tapi media massa hendaknya tak han ya menjadi re leksi dari media sosial. Media yang seperti itu hanyalah akan menggali kuburnya sendiri,” tutupnya.

Riwayat Pekerjaan

  • Badan Pertimbangan dan Pengawas

    Asosiasi Media Siber Indonesia

    2017 - now

  • Pimpinan Umum dan Pemimpin Redaksi

    beritajatim.com

    2006 - now

  • Koordinator Tim Penyelamat

    Surabaya Post

    2002 - 2003

  • Reporter

    Surabaya Post

    1990 - 2002

Riwayat Pendidikan

  • S1 Ilmu Politik

    Universitas Airlangga

    1983 - 1990

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga