Putut Sri Muljanto

Bermodal Rp 25 Miliar, Kini Aset Rp 3 Triliun 

Kantor di Jalan perak Barat itu tampak asri. Halamannya cukup luas dengan lapangan parkir di bagian tengah dan belakang. tak kurang dari dua petugas security berjaga mengatur lalu lintas di depan portal. itulah kantor pt Berlian Jasa terminal indonesia (BJti), anak perusahaan pt pelabuhan indonesia (pelindo) iii. Inisiator pendirian BJti adalah putut sri Muljanto, s.e., M.M., alumnus Fakultas ekonomi (s-1-s-2) unair, yang kini menjabat sebagai direktur utama. 

Pria kelahiran Magetan itu sebelumnya bekerja di pelindo sebagai staf pengembangan usaha. pengalaman bisnis yang diperoleh dari orang tuanya serta latar belakang pekerjaaan sebelumnya, mengilhami putut untuk betul-betul mengembangkan usaha. 

Melihat kenyataan tentang banyaknya pekerjaan yang ditangani pelindo, dia mengajukan ide cemerlang kepada pimpinannya. Yaitu, membentuk anak perusahaan yang khusus menangani bongkar muat. Proposal diajukan pada 2001. Baru disetujui satu tahun kemudian. akhirnya, pada 2002 berdirilah anak perusahaan pt pelindo iii (persero) yang diberi nama pt Berlian Jasa terminal indonesia (BJti).

Di awal berdiri itu BJti bermodal Rp 25 miliar, termasuk aset. sebesar 95 persen modal dari induk perusahaan, sedangkan lima persen sisanya dari koperasi. Kinerja BJti ekselen. Kini asetnya berlipat menjadi sekitar Rp 3 triliun.

Lolos rekrutmen terbuka perdana

Putut masuk pelindo pada 1998 melalui rekrutmen pegawai. itulah kali pertama pelindo iii menerapkan pola rekrutmen tenaga kerja secara terbuka. peminatnya membeludak. Mereka dari berbagai daerah dan disiplin ilmu.  Sebelum masuk pelindo, putut sempat menjadi asisten dosen dan staf peneliti di Fe unair selama tiga tahun, 1993–1996. Di sela-sela kesibukannya di Fe, sejak 1995 dia juga bekerja di pt pepsi cola indobeverages sebagai marketing. Tampaknya bidang marketing lebih menarik minat putut dibanding menjadi akademisi. Dia pun meninggalkan kampus dan tetap di pepsi sampai 1998.

Putut akhirnya pindah ke Jakarta. Dia bergabung dengan perusahaan baru, pt Herlina indah. Jabatannya asisten manajer pemasaran. salah satu produksinya, adem sari. namun, dia hanya bertahan sembilan bulan di perusahaan itu. putut yang juga wakil sekretaris iKaFe unair 2014–2016 itu tertarik masuk pelindo iii. 

Takdir Membawanya ke Unair

Unair bukanlah pilihan utama bagi putut. Dalam seleksi masuk ptn pada 1987, pilihan utamanya its surabaya. unair pilihan kedua. ternyata, takdir membawanya ke unair. Dia memilih jurusan ekonomi karena dinilai universal. apalagi, orang tuanya di Magetan juga pebisnis. Mulai hotel, hasil bumi, garmen khususnya batik, hingga angkutan pedesaan. pola pikir putut berubah ketika kuliah di surabaya. Dia tak bisa lagi menerapkan pola hidup seperti di Magetan yang santai. Dia harus bisa menyesuaikan dengan ritme kota yang dinamis. setiap prbadi sibuk dengan urusan masing-masing.

Karakter mahasiswa juga bermacam-macam. ada yang ingin cepat lulus dan bisa langsung bekerja. Konsekuensinya harus giat belajar. ada juga kelompok yang lebih suka nongkrong. nah, putut termasuk mahasiswa yang suka nongkrong. Namun, tak sekadar nongkrong. Dia aktif di organisasi kemahasiswaan. Dia pernah menjadi ketua senat Mahasiswa Fakultas ekonomi (1990–1991). Dari situlah dia banyak belajar berorganisasi, bernegosiasi, dan cara pendekatan personal yang baik. 

Di antara banyak kegiatan kemahasiswaan tersebut, komisaris utama pt Berlian Manyar sejahtera itu pernah menggelar pelatihan ”khusus”. semacam outbond dengan sasaran mahasiswa baru. tujuannya menumbuhkan dan memotivasi rasa kebersamaan mahasiwa antarfakultas. Latar belakang kegiatan itu didasari pertimbangan minimnya kebersamaan antarmahasiswa. Karena kesibukan, tak jarang mahasiswa tak kenal dengan mahasiswa lain yang tak sefakultas.

Dalam pandangan putut, pola ini bisa dikembangkan unair. tak hanya di lingkungan kampus, tapi juga dalam menyatukan para alumni. Potensi unair sangat besar. alumninya tersebar di berbagai tempat. tak sedikit yang punya jabatan strategis. potensi inilah yang harus dimanfaatkan sebagai sebuah kekuatan besar. *

Copyright © Universitas Airlangga