Supriyono

Bekerja untuk Kemanusiaan

“Hidup seperti lebah. Selalu memberikan benefit bagi tempat yang dihinggapinya dimana pun berada,”

Supriyono, SE., MSi. lahir di Probolinggo, 16 November 1970. Dia adalah Alumnus Program S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga yang lulus tahun 2000. Supriyono kini bertugas sebagai Monitoring, Evaluation, and Safeguards Lead di Konservasi Indonesia. Dia memilih bekerja di bidang community development atau pemberdayaan masyarakat.

Temukan Minat Berkat P3M

Selama kuliah dulu, Supriyono aktif di Pusat Pengembangan Prestasi Mahasiswa (P3M). Sebuah lembaga di bawah naungan Bagian Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Lembaga itu sering melakukan survei dan riset serta melakukan kegiatan pengembangan. Supriyono ingat dirinya selalu terlibat dalam program kerja P3M. 

Misalnya program pengembangan pesisir dan pulau-pulau kecil di Sumenep yang merupakan kerja sama antara P3M dengan Bappeda Jawa Timur. P3M juga pernah bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan menjalankan program community development di Karimunjawa. Dari sana, Supriyono mulai belajar seputar survei dan pengelolaan tim survei lapangan. Rupaya itu adalah awal mula dia menemukan minat karirnya. 

“Di situ sebetulnya juga ada aspek manajemen yang diterapkan. Bagaimana membangun ekonomi masyarakat yang visible bukan sekedar usaha lalu mati. Termasuk juga menganalisa pasar, peluang, dan risiko. Jadi ilmu manajemen ikut terasah,” ungkapnya. 

Pada tahun 1995, di tengah-tengah skripsi, Supriyono mengawali karirnya di bidang manajemen di JIE Capital dan bertahan selama satu tahun. Ia juga sempat bekerja di Bank Mega begitu lulus dari Universitas Airlangga. Namun ia merasa pekerjaan itu bukan dunianya. 

Supriyono lalu bergabung di Program Susu Sekolah. Sebuah program gagasan Kementerian Pendidikan Malaysia yang dijalankan ke seluruh negara, termasuk Indonesia. Ini adalah awal karir Supriyono di bidang development yang bertahan hingga sekarang. Sebagai coordinator di Program Susu Sekolah, dia bertugas merencanakan dan mengimplementasikan program-program di beberapa provinsi seperti Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa, Bali, NTB, NTT, Lampung, dan Sulawesi Selatan. 

“Sebelumnya memang terbiasa bekerja dengan P3M di bidang survei dan riset. Ilmu dari lembaga itu juga banyak berguna di bidang development. Sesuai karir sekarang,” ujarnya. 

Aksi Kemanusiaan Usai Tsunami Aceh

Pada Januari 2002, Supriyono memutuskan untuk bergabung dalam proyek baru, yaitu School Feeding Project. Pekerjaan ini mengharuskannya merantau ke Jakarta. Dia melakukan kampanye kesehatan ke siswa di sejumlah sekolah dasar. 

Tiga tahun berselang, Supriyono bergabung dengan proyek lain. Kali ini dia bekerja di sebuah organisasi internasional non-pemerintah bernama Heifer Project International. Dia menjabat sebagai manager planning, monitoring, and evaluation. Organisasi ini mendapat dana dari Amerika Serikat untuk membangun sumber kehidupan bagi petani dan keluarga petani di Sumatera. 

Dari Heifer Project International, Supriyono pindah lagi. Pada Mei 2009 ia bergabung dengan Palang Merah Amerika. Dia didapuk sebagai Deputy Monitoring and Evaluation. Itu adalah posisi paling tinggi yang mungkin dicapai oleh orang lokal. Tugasnya adalah memantau kinerja program dan indikator dampak di seluruh sektor proyek. Meliputi sektor air dan sanitasi, kesehatan, pengurangan risiko bencana, dan mata pencaharian yang dilakukan oleh Palang Merah Amerika bagi korban Tsunami Aceh. 

Supriyono ikut terjun di tengah-tengah para korban tsunami. Dia menjalankan salah satu programnya yaitu menyediakan perumahan dan air bersih. Saat itu Palang Merah Amerika menyediakan dana sebesar 1 Triliun Rupiah. Angka yang cukup besar. Lebih dari setahun berlangsung, perumahan yang berhasil dibangun jumlahnya mencapai ribuan dan tersebar di beberapa kota. Seperti di daerah Calang dan kota-kota lain di Aceh. Pekerjaan ini adalah salah satu yang terkenang sekaligus membahagiakan bagi Supriyono. 

“Kita punya kesempatan mewah untuk membantu membangun kehidupan masyarakat. Ini yang saya dapatkan selama bekerja di bidang development,” katanya. 

Dari proyek rehabilitasi bencana, dia pindah lagi ke program reguler bersama Plan International pada Agustus 2010. Di pekerjaan barunya kali ini dia berperan sebagai Head of Planning Monitoring and Evaluation. Tugasnya memimpin pengembangan dan penerapan sistem Perencanaan, Pemantauan dan Evaluasi Negara untuk semua sektor. Di antarnya yaitu pendidikan, kesehatan, perkembangan anak usia dini, air dan sanitasi, pengurangan risiko bencana, dan pengembangan usaha kecil dan menengah. Meski bidangnya lebih sempit, namun jangkauan kerja wilayahnya lebih luas. Meliputi seluruh Jawa hingga NTT. 

“Sangat membahagiakan melihat warga bisa menikmati air bersih dari program yang kita buat. Itu sesuatu yang positif, selain aspek gaji. Ada kepuasan bahwa kita bisa membantu orang lain. Saya melihat anak-anak gembira dengan air bersih di kampungnya. Sebelumnya harus berjalan jauh untuk mencari air,” ungkap Supriyono. 

Supriyono memutuskan keluar dari proyek Plan International pada November 2011. Setelah itu ia bergabung dengan proyek Poverty Reduction Support Facility yang dipimpin oleh GRM International. Dia bertugas sebagai Monitoring and Evaluation Specialist.

Tiga tahun kemudian, Supriyono pindah lagi ke proyek yang didanai oleh Pemerintah Australia bekerja sama dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), sebuah Badan Negara yang diketuai oleh Wakil Presiden Indonesia. Dia bertugas mendukung dan mengkoordinasikan perancangan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan, serta memastikan kualitas dalam program peningkatan kualitas program bantuan sosial melalui bantuan siswa miskin, beras miskin, bantuan sosial, dan Program Keluarga Harapan (PKH). 

Pada Januari 2016, Supriyono bergabung dengan MCA Indonesia, salah satu proyek raksasa. Bahkan yang paling besar yang pernah dilakukan oleh lembaga donor di Indonesia. Di sini, dia bekerja selama hampir dua tahun sebagai Program Compliance and Monitoring Specialist. Salah satu tugasnya adalah mengawasi pembangunan power plan. Ada 10 power plan yang saat itu dibangun di daerah-daerah yang belum tersentuh layanan listrik PLN, seperti Sulawesi Barat, Berau-Kalimantan Timur, NTT, Mentawai, hingga Sumatera Barat. 

Usai menyelesaikan proyek MCA Indonesia, Supriyono terus berkarir di bidang community development pada organisasi internasional non-pemerintahBeberapa proyek yang pernah ia jalankan diantaranya adalah pengembangan fasilitas jalan di Nusa Tenggara Barat dengan didanai oleh Pemerintah Australia. Selain itu, ia juga andil dalam program pengembangan air bersih di DKI Jakarta yang diinisiasi oleh KIAT, sebuah kemitraan Australia-Indonesia. 

Supriyono juga tergabung dalam proyek penanggulangan stunting dan parenting di 300 kabupaten/kota prioritas di seluruh Indonesia. Program itu didanai oleh The World Bank di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Dia juga sempat menjadi konsultan bagi sejumlah perusahaan kehutanan dan perkebunan terkait bagaimana mengembangkan aspek iklim keanekaragaman hayati dan komunitas dalam kegiatan perusahaan. 

Singkat cerita, sejak penghujung tahun 2022 hingga saat ini, Supriyono menduduki posisi Monitoring, Evaluation, and Safeguards Lead di Lembaga Konservasi Indonesia. Kegiatan yang dia lakukan berkaitan dengan safeguard project, mengawasi, dan mengevaluasi key performance indicator. Dia juga bertanggung jawab memberikan masukan, analisis, dan dukungan untuk mengembangkan seluruh elemen perlindungan lingkungan dan sosial termasuk kebijakan, prosedur, panduan, alat, dan pendekatan di tingkat strategis, operasional, dan negara. 

Selain itu, Supriyono juga bertugas memberikan panduan teknis kepada pimpinan Konservasi Indonesia dan tim proyek dalam persiapan dan penyerahan formulir penyaringan upaya perlindungan secara tepat waktu, mengembangkan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF), Rencana Keterlibatan Pemangku Kepentingan (SEP), Mekanisme Akuntabilitas dan Pengaduan, dan Rencana Pengarusutamaan Gender (GPM) dan dokumen proyek untuk mengatasi risiko sosial dan sosial selama pengembangan dan pelaksanaan proyek. 

Di penghujung karirnya saat ini, laki-laki berusia 53 tahun itu berencana menghabiskan masa kerjanya di Konservasi Indonesia. Menurutnya, karirnya kini lebih stabil. Selama bekerja di Konservasi Indonesia, Supriyono tinggal di Jakarta. Sementara sang istri dan empat anaknya berada di Magetan, Jawa Timur. Dua minggu sekali, Supriyono rutin pulang untuk sekedar berkumpul bersama keluarga. 

Anak pertama Supriyono telah menginjak bangku kuliah mengambil Program S1 Manajemen di Universitas Airlangga. Persis jejak sang ayah. Sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SD. Meski tak pernah memaksakan pilihan karir sang anak, Supriyono berahap anak-anaknya dapat mengikuti jejak karirnya. “Saya akan mengarahkan anak saya, tapi tergantung pada minat mereka. Dari segi ekonomi, bekerja di bidang ini lebih layak karena reward yang didapat lebih tinggi daripada privatesector,” tandasnya. 

Riwayat Pekerjaan

  • Monitoring, Evaluation, and Safeguards Lead

    Konservasi Indonesia

    2022 - now

  • Head of Monitoring and Evaluation Resiliency and Biodiversity Asia

    2022

  • Monitoring Specialist, Secretariat of the Vice President / The World Bank

    2019 - now

  • Monitoring, Evaluation, and Learning (MEL) Manager for Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), Cardno Emerging Market

    2017 - 2019

  • Program Compliance and Monitoring Specialist of CDM Smith for Green Prosperity’s MCA-Indonesia

    2016 - 2017

  • Monitoring and Evaluation Specialist of Integrated Referral System (IRS) Implemented by Poverty Reduction Support Facility with support from Bappenas, The Palladium

    2015

  • Project Cycle Management Specialist of Poverty Reduction Support Facility, The Palladium

    2014 - 2015

  • Monitoring and Evaluation Specialist of Poverty Reduction Support Facility, GRM International

    2011 - 2014

  • Head of Planning Monitoring and Evaluation at Plan International

    2010 - 2011

  • Deputy Monitoring and Evaluation Delegate of American Red Cross

    2009 - 2010

  • Planning, Monitoring, and Evaluation Manager of Heifer Project International

    2006 - 2009

  • Program Coordinator of School Feeding Program

    2002 - 2006

Riwayat Pendidikan

  • Master Program Pengembangan Sosial, Departemen Sosiologi

    Universitas Indonesia

    2011 - 2013

  • S1 - Manajemen

    Universitas Airlangga

    1991 - 2000

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga