Shahabuddin bin Ibrahim

Siapkan Rumah Sakit Darurat Covid dalam Waktu 3 Hari

Dr. Shahabuddin bin Ibrahim lahir di Johor, 27 September 1973. Pria yang pernah menempuh studi profesi Pendidikan Dokter di Universitas Airlangga tahun 2000 itu kini menjabat sebagai Direktur Pusat Kuarantin dan Rawatan Covid (PKRC) Bersepadu Malaysia Agro Exposition Park Serdang (MAEPS) 2.0 Serdang, Malaysia. Sebagai seorang tenaga kesehatan (nakes), Shahabuddin berbagi cerita perihal tanggung jawab serta pengalamannya selama menangani pandemi Covid-19 di Malaysia dua tahun terakhir. Bermula pada Desember tahun lalu, Shahabuddin ditunjuk menjadi direktur atau pengarah rumah sakit lapangan PKRC MAEPS 2.0.

“Pada waktu tersebut, sememangnya Hospital Sungai Buloh telah menjadi hospital utama dalam menguruskan kasus COVID di Malaysia sebagai centre of excellence for infectious disease.  Jadi sememangnya agak kaget juga,” ungkap Shahabuddin.

Shahabuddin tak menyangka jika kemudian ia juga ditugasi untuk mengendalikan keseluruhan operasi dari 19 agensi dan departemen pemerintah yang juga terlibat dalam pendirian PKRC. Meski tak mudah, Shahabuddin bersyukur memiliki tim yang kompak dan mau bekerja sama dengan baik dalam mengoperasikan PKRC sebagai rumah sakit darurat penanganan Covid-19 di Malaysia. Bahkan, field hospital terbesar di Malaysia tersebut berhasil disiapkan dalam waktu tiga hari saja.

“Alhamdulillah kami dapat menyiapkan  dalam waktu 3 hari dan terus beroperasi menerima pasien. Ini merupakan rekor dunia dalam Guiness Book World of Record Malaysia sebagai the fastest field hospital yang  dapat beroperasi dalam waktu 3 hari,” terang dia.

Penyiapan PKRC yang relatif amat cepat didasari oleh kekhawatiran Shahabuddin dan para nakes lain melihat kondisi di rumah sakit yang makin penuh oleh pasien Covid-19. Sementara masih banyak pasien non-Covid yang juga butuh perawatan di rumah sakit. 

“Sememangnya sebagai sebuah field hospital yang terbesar di Malaysia, kami harus siap dalam mendukung operasi pelayanan kesihatan agar hospital lain dapat terus merawat pasien bagi kasus non covid lain,” imbuh laki-laki yang menyelesaikan studi magister di London South Bank University tersebut.

Lonjakan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di Malaysia di tahun 2021 kembali membuat Shahabuddin merasa getir. Sebab, rumah sakit sempat mengalami krisis tabung oksigen untuk kebutuhan pasien. Ia dan para nakes lain pun terus berupaya agar pasien dapat terselamatkan dan angka kematian akibat Covid-19 di Malaysia dapat ditekan.

“Tapi alhamdulillah dengan kerjasama pemerintah, kami dapat menyediakan sebuah fasilitas pengisian oksigen di PKRC dan hospital lain sekitar Selangor, Kuala Lumpur dan Putrajaya. Fasilitas seperti ini juga adalah pertama kali seumpamanya di bangunkan di dunia bagi sebuah field hospital seperti PKRC MAEPS,” jelas ayah lima anak tersebut.

Kenang Masa Jadi Anak Rantau 

Diakui Shahabuddin, pengalaman selama menempuh studi di UNAIR adalah salah satu memori indah dan tak terlupakan baginya. Kemiripan budaya antara Indonesia dan Malaysia membuatnya cepat beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan baru. Hal yang paling mengesankan baginya adalah kekompakan ia bersama teman-temannya semasa di kampus. Shahabuddin diterima dengan sangat baik oleh rekan-rekannya di Fakultas Kedokteran UNAIR. 

“Hal yang paling terkesan adalah bagaimana kompaknya teman-teman juga kakak-kakak kelas sama saya dan menerima saya sebagai saudara mereka walaupun saya bukan dari Indonesia. Memang semangat setiakawan serumpun itu amat akrab sekali saya rasakan alhamdulillah. Dosen-dosen juga baik-baik dan alhamdulillah sentiasa mendukung dan memahami kami yang datang daripada Malaysia,” terang Shahabuddin.

Meski cukup disibukkan dengan perkuliahan yang padat, Shahabuddin senantiasa meluangkan waktunya untuk berkumpul, mengikuti pengajian atau sekadar makan-makan bersama teman-temannya. Ia mengaku jatuh cinta dengan makanan Indonesia. 

“Memang, makanan Indonesia enak banget,” tambahnya.

Seusai lulus, Shahabuddin kembali ke Malaysia, dan bertugas di Kuala Lumpur Hospital selama setahun lebih. Ia lalu pindah dan bertugas di dua rumah sakit selama beberapa tahun sebelum kemudian melanjutkan studi S2 di London, Inggris. Setelah meraih gelar masternya, Shahabuddin kembali ke Malaysia dan mengemban tugas sebagai wakil direktur di Hospital Tengku Ampuan Rahimah Klang lalu menjadi wakil direktur Hospital Sungai Buloh pada 2019 lalu. Kesuksesan karir Shahabuddin tak serta merta dapat ia capai dengan mudah. Berbagai masa sulit sempat menguji kesabarannya.

“Sememangnya dalam apa jua yang dilakukan, pastinya ada masa-masa sulit, saya diuji Allah dengan meninggalnya ayah saya sewaktu saya dokter muda di UNAIR dan ibu saya meninggal dunia sewaktu saya kuliah S2 di London,” ungkap Shahabuddin.

Namun demikian, Shahabuddin tetap bersabar dan menjalaninya dengan ikhlas. Prinsip yang  ia pegang yaitu tekun, sabar, dan selalu mengutamakan ibadah. Dukungan dari keluarga kecilnya memiliki peran penting dalam mengantar Shahabuddin menapaki tangga kesuksesan.

“Selalu go to the ground, dapatkan pandangan daripada semua karyawan terutama yang bawahan juga. Ikhlas bersama mereka  sebagai teman dan jangan ada jurang atau gap agar mereka lebih terbuka kepada kita dalam menyampaikan permasalahan dan ide-ide,” papar penerima penghargaan Anugerah Perkhidmatan Cemerlang tahun 2016 dan 2019 itu.

Shahabuddin juga berpesan, dalam memimpin suatu organisasi atau tim, seorang pemimpin harus dapat mengelola emosi dengan baik, serta terbuka dengan segala kritik, saran, serta ide dari siapapun tanpa memandang jabatan atau strata sosial.

“Emosi kita harus sentiasa stabil dan terkendalikan agar segala keputusan dapat dirumuskan dalam keadaan emosi yang baik. Always build bridges, facilitate and don’t frustrate yourself, your family and your colleagues. Itu adalah antara kunci towards self-leadership and leadership di dalam organisasi anda,” sebut Shahabuddin.

Sebagai alumnus UNAIR, Shahabuddin memandang bahwa UNAIR memiliki potensi besar menjadi sebuah institusi yang unggul di berbagai bidang, terutama di bidang kesehatan.

”Secara pribadi, saya ingin bersama-sama dengan Universitas Airlangga dalam membangun kapasitas sebuah universitas yang berupaya menghasilkan pemimpin unggul di bidang kesehatan dan manajemen rumah sakit di Asia. Hal ini penting seiring dengan kemajuan serta tantangan di bidang pelayanan kesehatan pada masa kini dan masa mendatang,” pungkas Shahabuddin.

Riwayat Pekerjaan

  • Director

    Pusat Kuarantin dan Rawatan Covid (PKRC) Bersepadu MAEPS 2.0 Serdang

    2020

  • Deputy Director

    Pusat Kuarantin dan Rawatan COVID (PKRC) ILKKM Sungai Buloh

    2020

  • Deputy Director 1 (Medical)

    Sungai Buloh Hospital

    2019 - now

  • Deputy Director 3 (Clinical Support) HTAR

    2018 - 2019

  • Head of Public Health

    Occupational Health and Safety Unit HTAR

    2016 - 2017

Riwayat Pendidikan

  • Master of Science Bidang International Health Services and Health Management (MScIHSM)

    London South Bank University, London

    2013 - 2015

  • Studi Profesi Pendidikan Dokter/Doctor of Medicine (MD)

    Universitas Airlangga

    1993 - 2000

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga