Harry Bagyo

Saat Krismon, Naikkan Omzet Perusahaan 700 Persen

Minuman kesehatan Pocari Sweat sudah dikenal hampir semua orang. Minuman itu diproduksi PT Amerta Indah Otsuka, perusahaan yang tergabung dalam Otsuka Group.

Otsuka terdiri atas lima perusahaan. Yaitu, Otsuka indonesia, dengan produk infus, obat-obatan, dan makanan kesehatan. PT Widatra Bhakti bergerak di bidang farmasi dan Merapi Utama Farma di bidang distribusi alat-alat kesehatan. Kemudian, Amerta Indah Otsuka memprodukai pocari sweat dan Otsuka Jaya Indah bergerak di bidang impor ekspor dan investasi.

Selain pocari, produk Otsuka Group yang diakui dunia adalah obat infus. Widatra Bhakti merupakan produsen infus terbanyak di Asia Tenggara. Di tingkat Asia mereka hanya kalah dari China dan Jepang. Posisi kedua terbanyak ditempati Otsuka Indonesia. Baru setelah itu ada perusahaan-perusahaan luar negeri.

Tanpa menafikan peran pimpinan Otsuka yang lain dan kerja keras para karyawan, keberhasilan Otsuka tak terlepas dari tangan dingin Drs. Harry Bagyo, Apt., alumnus Farmasi, Unair. Dia kini menjabat sebagai Preskom Otsuka indonesia, Preskom Widatra Bhakti, dan Preskom Merapi utama Farma.

Dikirim ke pakistan

Di awal karirnya di Otsuka, Harry dikirim ke Pakistan selama tiga tahun, 1987–1990. Dia bertindak sebagai project leader pendirian Otsuka Pakistan bersama sembilan orang Indonesia dan tiga orang Jepang.

Semula Pakistan akan menggunakan teknologi Jepang. Tapi, ternyata itu kurang cocok karena terlalu canggih bagi Pakistan. Akhirnya digunakan Otsuka Indonesia. Dia bersama tim berada di Pakistan mulai perencanaan sampai setahun pengoperasian. Dia bersyukur karena semuanya puas dengan teknologi Indonesia.  Jepang puas, Pakistan pun puas.

Ketika terjadi badai krisis moneter (krismon) pada 1997, Harry menjabat sebagai presiden direktur Merapi utama Farma. Waktu itu banyak perusahaan bangkrut.

Untunglah teman-teman Harry dari Unair –antara lain dari Psikologi– memberinya tips. Intinya, sebaiknya pimpinan tidak memperlakukan karyawan seperti atasan-bawahan. Karyawan harus dijadikan teman, partner. Yang perlu dibangun adalah sikap saling menghargai.

Seberapa pun hasil yang dicapai harus mendapatkan penghargaan. Ketika krismon itu, Harry tetap mencanangkan target tinggi. Namun, karyawan tak perlu takut. Sebab, seberapa pun target yang dicapai, pertumbuhannya tetap dihargai.

Ternyata, dalam kurun empat tahun, 1997–2001, seluruh omzet perusahaan distribusi itu naik 700 persen. Harry betul-betul puas. Krismon bisa dimanfaatkan sebagai peluang. Hingga sekarang sikap ’’memanusiakan’’ karyawan itu tetap dilakukan. 

Harry menjadi karyawan pabrik Otsuka di Lawang, Malang, menggunakan ijazah SMA. Waktu melamar pekerjaan itu dia belum lulus kuliah, tinggal mengerjakan skripsi.

Bungsu dari lima bersaudara itu memang ingin cepat-cepat bekerja. Ketika masih kuliah pun dia nyambi bekerja sebagai medical representative, seperti detailer obat-obatan.

Namun, perusahaan tempatnya bekerja melarang pegawainya merangkap kuliah. Harry disuruh memilih, kuliah atau bekerja. Dia memilih kuliah.

Tampaknya, prestasi kerja Harry di Otsuka bagus sehingga posisinya terus naik. pada akhir 1993 dia dipindah ke Jakarta. posisinya juga digeser dari bagian produksi ke marketing. Jabatannya sebagai assistant marketing director. S

Saat itu national sales manager-nya pindah. Dengan demikian, tidak ada sales marketing di bawah Presdir. padahal, dia sama sekali tak tahu-menahu soal marketing. Namun, Harry tak kekurangan akal. Dia mengontak pakar marketing Hermawan Kertajaya untuk berkonsultasi.

Konsultasinya dilakukan sambil makan di kafe. Hermawan makan, Harry bertanya. Namun, bayarnya tetap mahal. Hermawan menyarankan agar Harry ikut perkemahan marketing di Jakarta. Di situlah Harry bertemu dengan orang-orang yang membentuk karakternya.

Tak lama kemudian Harry dipindah ke perusahaan ekpedisi dan ikut mengakuisisi Widatra Bhakti. Waktu itu Widatra –kini produsen infus terbanyak di Asia Tenggara– berada di antara hidup dan mati.

Pada 2001–2003 Harry ’’dipinjamkan’’ ke Indofarma sebagai direktur marketing. setelah itu dia pindah ke Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sampai 2005. Dia kembali ke Otsuka Group pada 2006 dan menangani Widatra sampai 2011.

Sebetulnya usia pensiun Harry sudah lewat. Tapi, dia tetap aktif. Hanya, sejak 2016 dia tak lagi memegang operasional. Maqom-nya sudah naik sebagai preskom di beberapa perusahaan itu.

Selain sebagai Preskom, Harry punya usaha sendiri di Malang. Yaitu, Angler guest house yang hampir separo tamunya orang asing.

Sesekali Jadi Motivator

Sesekali bapak empat anak itu diminta beberapa perusahaan sebagai motivator. termasuk, almamaternya, Farmasi, Unair.

Menurut dia, untuk mencapai 500 universitas top dunia, Unair harus lebih dulu menetapkan goal-nya. selain itu, seluruh warga kampus harus yakin bisa mencapainya.

Itu tidak mustahil karena Unair punya banyak orang potensial yang bisa diberdayakan. Di sisi lain, keterampilan komunikasi perlu masuk kurikulum. Juga perlu dijalin banyak kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.

Copyright © Universitas Airlangga