Lucia Rizka Andalusia

Layani Masyarakat Sepenuh Hati 
Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia Apt., M.Pharm., MARS., menjadi salah satu alumni Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) yang sukses berkecimpung di dunia pemerintahan. Ia kini menjabat sebagai eselon 1 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yaitu, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes).
Meskipun menempuh dunia perkuliahan yang berat, Rizka mengaku sangat senang belajar di FF UNAIR. Ia dapat mendalami berbagai bidang ilmu seperti kimia, biologi, dan fisika. Rizka menyebut, ketiga bidang ilmu tersebut mampu menjawab masalah kesehatan hingga lingkungan.

“Hal itu tentunya membuat profesi farmasi harusnya lebih punya kesempatan bekerja di berbagai bidang. Tidak hanya sector kesehatan saja, tapi pangan lingkungan, bioteknologi, dan lainnya,” tutur alumni FF Angkatan 1986 itu.

Aktif dalam Kegiatan Kampus

Praktikum yang menyita waktu hingga malam hari tidak membuat Rizka menjadi mahasiswa kupu-kupu. Mantan Direktur Registrasi Obat BPOM RI itu turut aktif dalam Senat Mahasiswa. Tidak jarang juga Rizka mengikuti kegiatan kampus, mulai dari Diesnatalis FF UNAIR hingga menjadi pembawa acara fakultas ketika sumpah apoteker dan wisuda.

Alumni FF UNAIR itu menyebut, dengan mengikuti organisasi ia dapat refreshing sejenak dari jenuhnya belajar dan praktikum. Dalam organisasi juga Rizka meningkatkan kemampuan dan melatih jiwa kepemimpinannya sebagai farmasis.

“Harus balance antara belajar, memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa, dan juga berorganisasi. Jangan hanya berkumpul dengan mahasiswa farmasi saja, tetapi juga mahasiswa bidang ilmu lain,” pesannya pada para mahasiswa.

Hingga kini, Rizka masih aktif dalam berbagai organisasi kefarmasian dan kesehatan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ia tergabung dalam Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Himpunan Farmasi Rumah Sakit Indonesia (HISFARSI), hingga menjadi Sovereign Investor Board Member dari Coalition for Epidemic Preparedness Inovation (CEPI) periode 2022-2025.

Lakukan Pelayanan Kefarmasian Sepenuh Hati

Dirjen Farmalkes itu mengaku, sejak kuliah ia telah memiliki passion dalam farmasi klinik Kala itu, ia tidak berkeinginan meniti karir di bidang industri farmasi. Farmasi klinik sendiri biasanya sering berkarir di rumah sakit. Rizka menyebutkan, dengan berkarir di rumah sakit ia mendapat ilmu farmasi, kedokteran, dan kesehatan secara umum.

Sejak tahun 1996, Rizka bekerja di RS Kanker Dharmais. Mulai dari farmasi klinis hingga manajemen farmasi rumah sakit ia geluti. Bahkan, ia juga berkesempatan menjabat sebagai Kepala R&D di RS Kanker Dharmais yang sangat jauh berbeda dari pelayanan kefarmasian. Hingga pada tahun 2016, ia menjabat sebagai Kepala Departemen Farmasi RS Kanker Dharmais.

Banyak pengalaman menarik yang Rizka dapatkan selama bekerja di RS. Salah satunya, menolong pasien dan sesama yang menderita. Ia menuturkan, masih banyak masyarakat yang mengalami kesulitan baik secara ekonomi maupun kurangnya pengetahuan, sehingga akses kesehatan kurang memadai. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan, perlu memberi pelayanan dengan hati.

“Kalau memberi pelayanan seperti robot, kita juga akan capek. Karena melelahkan sekali, waktu tersita dari pagi hingga sore. Belum lagi ada cito malam ditelpon. Kalau punya passion melayani hati akan puas,” tuturnya.

Jabat Eselon Satu Kemenkes

Pada akhir tahun 2021, Rizka mendapat kepercayaan menjabat sebagai Dirjen Farmalkes. Setelah sebelumnya ia menduduki posisi Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM RI. Dengan menjadi Dirjen Farmalkes, Rizka berharap dapat memberi sumbangsih untuk negara dan memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai di bidang farmalkes.

Selama masa jabatannya, alumni FF UNAIR itu mengharapkan Indonesia dapat lebih banyak memproduksi produk-produk farmasi secara mandiri. Hal itu pelan-pelan terwujud dengan terciptanya vaksin covid-19 hasil produksi industri farmasi Indonesia. Dirjen Farmalkes itu mengawal langsung mulai dari research vaksin tersebut hingga nantinya akan didistribusikan.

Tidak hanya itu, kini telah banyak tercipta obat-obat herbal dengan mutu yang terjamin. Hal itu menjadi salah satu kemajuan bidang kefarmasian di Indonesia. Alat kesehatan pun saat ini telah banyak diproduksi oleh Indonesia, baik teknologi rendah maupun tinggi.

“Kita dituntut untuk mandiri di obat dan alkes, tidak bergantung pada produk impor. Suatu kebanggaan tersendiri melihat inovasi anak bangsa saat ini telah banyak terwujud,” tuturnya.

Ia berpesan pada para mahasiswa, khususnya mahasiswa farmasi untuk tidak bosan belajar seumur hidup, menambah pengetahuan, dan juga menggali potensi yang dapat dikembangkan. Alumni FF UNAIR itu juga berpesan untuk tidak takut memulai hal baru. Berani mempelajari hal diluar rutinitas mungkin dapat membuat diri berkembang.
 

Riwayat Pekerjaan

  • Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    2021 - now

  • Plt. Kepala Badan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    2022 - now

  • Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif

    BPOM Direktur Registrasi Obat

  • Plt. Direktur Pengawasan Produksi Obat

    Badan Pengawas Obat dan Makanan

  • Kepala Departemen Farmasi

    RS Kanker Dharmais

  • Kepala Departemen R&D

    RS Kanker Dharmais

  • Kepala Unit Uji Klinis

    RS Kanker Dharmais

  • Oncology Pharmacist

    RS Kanker Dharmais

Riwayat Pendidikan

  • S1 Farmasi dan Keprofesian Apoteker

    Universitas Airlangga

  • S2 Administrasi Rumah Sakit

    Universitas Indonesia

  • Magister Farmasi Klinis

    Universitas Sains Malaysia

  • S3 Biomedis

    Universitas Gadjah Mada

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga