Arofa Idha

Langkah Farmasis Tinggalkan Jejak Kebaikan

Arofa Idha merupakan seorang farmasis yang kini sedang mengambil peran sebagai Ketua Dewan Pengawas Daerah IAI PD Jawa Timur. Tidak hanya aktif dalam organisasi profesi, Idha, panggilan akrabnya, juga aktif sebagai praktisi hingga pengajar. Tercatat ia pernah diberi amanah sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.Saiful Anwar (RSSA) serta didapuk sebagai Ketua Komite Profesi Tenaga Kesehatan Lain  pertama di RSSA. Lain sisi, ia pun aktif dalam pengendalian penggunaan obat antimikroba, sehingga ikut membangun dan mengembangkan Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba di tempat yang sama. 

Lama berkecimpung di dunia Rumah Sakit , membawanya kepada Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Nasional, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sejak tahun 2017 sebagai seorang asesor. Selain itu, ia juga aktif mengajar di  kampus ternama di Kota Malang. Seringkali ia diminta  sebagai narasumber berbagai kegiatan baik di Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Universitas, hingga kegiatan organisasi profesi baik tingkat pusat maupun daerah.

Mata Pelajaran Favorit Kimia dan Matematika

Memilih Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) sebagai tempat belajar hingga lulus pada tahun 1992 bukanlah tanpa alasan. Idha telah menggemari mata pelajaran kimia dan matematika sejak SMA, hal tersebutlah yang mengantarkannya hingga kini. Dari sanalah ia mendapatkan bekal berharga yang terus menuntunnya hingga mencapai karier.

“Saya di kuliah itu senangnya di formulasi, kemudian membawa saya ke dunia kerja, yang pertama itu di Industri. Saya diterima sebagai formulator. Disana saya merasa cocok dengan tugas sehari hari karena sesuai passion saat kuliah yang dasar ilmunya saya dapatkan di FF UNAIR,” ujarnya.

Selain kemampuan eksak, bagi ibu tiga anak tersebut, UNAIR memberikan bekal karakter serta budi luhur. Hal itu membuat UNAIR mampu menghasilkan lulusan yang memiliki integritas sangat baik. Kontribusi teman, sahabat, hingga dosen yang ikhlas mematrikan jiwa pejuang di dalam dirinya. Ia percaya, setiap langkah yang ditempuh pasti akan ada permasalahan yang harus dituntaskan.

“Yang berkesan itu adalah dosen pembimbing kami yang sabar, waktu itu Pak Bambang Wijaya, saya memfavoritkan beliau. Beliau membentuk karakter untuk survive dan juga beberapa dosen di laboratorium preskripsi, pembimbing serta penguji pada saat skripsi,” ujar Idha.

Usai lulus dan mengambil profesi apoteker, Idha mulai mencoba peruntungannya di dunia professional. Dalam jalannya, Ia selalu ingat akan pesan ayahanda untuk bekerja dengan tuntas dan maksimal dimanapun ia diberi amanah. Sehingga orang sekitar mampu menilai pribadi kita sebagai pribadi baik dan berintegritas.

Ketika bekerja pun, arahan serta didikan dari senior membantunya menjadi pribadi yang jauh berkembang. Ia banyak belajar tentang profesionalitas serta kedisiplinan sebagai seorang apoteker yang notabene menjadi pelayan bagi masyarakat. Gesit dan totalitas, mungkin menjadi dua hal spesifik yang ia dapatkan dari para seniornya.

Keputusan Menjadi PNS

Setelah tiga tahun di Industri, Idha muda mendapatkan Surat Keputusan (SK) Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ketika lulus kuliah, ia memang sudah mendaftarkan diri sebagai PNS namun pasca tiga tahun, SK tersebut barulah terbit. Bimbang pastinya, padahal ia sudah terlanjur nyaman dengan pekerjaan yang sedang dijalani. Apalagi  ketika itu kesejahteraan sebagai seorang PNS tidaklah sebanding ketika ia bekerja di industri.

“Saya agak berat saat itu memilihnya. Di SK pegawai negeri hanya bertulis, ditempatkan di rumah sakit di Jawa Timur, tidak di-mention dimana. Apakah tetap di industri yang artinya SK nya saya tolak,” tambah Koordinator Pelayanan Farmasi Klinis RSSA tersebut.

Memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di industri harus ia jalankan. Hal itu merupakan hasil diskusinya dengan keluarga, terutama ayahanda tercinta. Walaupun ia tahu, tantangan serta dunia baru harus diadaptasikan. Apalagi, kompensasi yang akan diterima pun akan berkurang. Akhir tahun 1996, Idha ditempatkan RSUD dr. Saiful Anwar, salah satu rumah sakit milik pemerintah provinsi Jawa Timur yang berada di kota Malang.

“Pindah ke Rumah Sakit memberikan pengalaman yang luar biasa. Dulu saya orang yang ngga suka berkomunikasi dengan terbuka, di rumah sakit ini saya dipaksa karena saya diminta menjadi apoteker klinis di Rawat Inap yang setiap hari berhadapan langsung dengan pasien, dan berkolaborasi dengan dokter dan tenaga Kesehatan lain,” ucapnya.

Mendapatkan Kepercayaan Pimpinan

Selama berpraktek di rumah sakit, kariernya cukup moncer. Ia tidak hanya sebagai apoteker klinis biasa, namun mulai diberi amanah lain di tingkat organisasi Rumah Sakit. Seperti menjadi sekretaris hingga wakil ketua di Komite Farmasi dan Terapi. Dengan kemampuan serta ketelitian yang dimiliki, sejak tahun 2000 pun ia dilibatkan sebagai panitia pengadaan barang dan jasa di rumah sakit dengan nilai per tahun hingga ratusan miliar.

“Tahun 2011 karena kepala Instalasi Farmasi pensiun, akhirnya saya diminta menjadi kepala Instalasi Farmasi. Tidak ada tawaran sebenarnya, jadi langsung keluar SK. Saya juga terkaget-kaget kenapa harus saya, mengingat masih ada beberapa senior. Ternyata direktur saat itu, dokter Basuki. memang menghendaki saya,” kisahnya.

Dengan amanah baru tersebut, menuntutnya untuk selalu belajar dan belajar. Ia mencoba mengetahui bagaimana pengembangan Instalasi Farmasi ditempat lain, pelayanan ke pasien maupun kepada pelanggan Instalasi Farmasi RS (IFRS) lain, hingga manajemen keuangan agar lebih baik lagi. Sebabnya, ketika itu IFRS ditetapkan sebagai Revenue center rumah sakit. Disana, Idha mulai membuat pemetaan dan target, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

Manajemen SDM pun disempurnakan dan diterapkan saat mengelola ratusan staf. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan merubah mindset staf agar lebih berkomitmen serta nyaman dalam memberikan pelayanan. Beberapa perubahan sistem pelayanan tentang SDM kefarmasian berusaha ia gerakan hingga menjadi dasar pemetaan jumlah dan kebutuhan SDM kefarmasian di RSSA hingga kini. Dengan itu, akhirnya menjadikan RSSA satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang memiliki jumlah apoteker terbanyak saat itu sesuai amanah peraturan Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit dan peraturan lainnya.

Peduli akan Organisasi Profesi

Disamping kegiatannya di Rumah Sakit, pada 2015, ia pun dipercaya sebagai Ketua PC IAI Kota Malang pertama selepas pemekarannya dari PC IAI Malang Raya. Tidak hanya tingkat daerah, Idha pun aktif dalam organisasi profesi tingkat provinsi hingga tingkat pusat. Baginya, organisasi profesi tidak hanya sebatas tempat berkumpul, melainkan juga tempat pengembangan kompetensi. Ia bersyukur mendapatkan kesempatan untuk bisa berkontribusi lebih bagi profesinya tercinta. Kini, ia pun diamanahkan menjadi Ketua Dewan Pengawas PD IAI Jawa Timur.

“Kita sebagai apoteker diberikan kewenangan secara legal untuk melakukan pengelolaan Sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan BMHP. Disisi lain kita juga wajib memastikan pasien mendapatkan pengobatan optimal untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui asuhan kefarmasian. Karena itulah saya bangga menjadi seorang apoteker,” jelasnya.

Dengan beragam kegiatan yang dijalani, Idha menjadi sosok pembelajar yang aktif. Ia bertemu dengan banyak orang dengan beragam karakter yang terkadang saling bertolak belakang. Menuntaskan dan berhadapan dengan masalah menjadi cerita sendiri baginya. Apalagi Ketika harus berhadapan dengan anggota yang memiliki pendapat berbeda. Menurutnya, sebuah seni tersendiri untuk bisa menjadi penengah.

“Kalau ada perbedaan pendapat, kadang kita berpikir kalau si A ini lebih baik, tapi kita kan ngga boleh menunjukan itu, ya. Karena bagaimanapun mereka itu orang-orang yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing,” tambah pengajar Universitas Brawijaya tersebut.

Membangun Kedekatan Emosional

Ketika aktif di IAI, cerita justru lebih pelik. Wajar saja, disana ia tidak hanya bersinggungan dengan sejawat satu kantor, melainkan dengan beragam latar belakang, baik tenaga medis, industri, apoteker, Institusi fasilitas pelayanan kesehatan hingga pemilik modal. dari perbedaan itulah yang akhirnya menciptakan cara pandang yang berbeda pula dalam menilai sesuatu.

Dari itu, Idha mencoba lebih dekat dengan semua anggota maupun rumpun terkait. Sebagai ketua PC IAI Malang, sudah menjadi kewajibannya untuk memastikan seluruh anggota dalam keadaan baik dan memahami atas apa yang harus  mereka kerjakan saat berpraktik. Pembekalan dan edukasi pun senantiasa ia berikan dengan beragam pendekatan, salah satunya dengan pendekatan personal.

“Setiap saya akan melakukan penandatanganan rekomendasi untuk penerbitan surat izin praktek, saya lakukan pengarahan dulu. Jadi mereka bertemu saya sekaligus saya ingin mengenal mereka, ya. Dan jangan sampai juga anggota IAI Malang tidak tahu siapa ketuanya,” ucap Apoteker yang juga aktif dalam IKA UNAIR Cabang Malang tersebut

Namun, sejauh mana pun ia melangkah, Idha menyadari, ia pun tetap seorang ibu dan istri yang memiliki tugas di dalam rumah. Ia bersyukur memiliki keluarga yang terus mendukung segala kegiatannya. Harapan besar, kelak, anak-anaknya mampu menjadi sosok bermanfaat bagi masyarakat dan tumbuh menjadi pribadi baik.

Selain itu, harapan besar ia curahkan bagi almamaternya tercinta, Universitas Airlangga. Ia berharap agar alumni yang ditelurkan mampu menjadi sinar di tengah masyarakat dan menjadi penggerak dalam setiap kebaikan. Serta mampu berkiprah di kancah yang lebih luas lagi, baik nasional hingga internasional.

Riwayat Pekerjaan

  • Ketua Dewan Pengawas Daerah

    Ikatan Apoteker Indonesia PD Jawa Timur

  • Pengajar Prodi profesi Apoteker

    Universitas Muhammadiyah Malang

  • Pengajar Prodi Farmasi, Prodi Profesi Apoteker dan Prodi Magister Manajemen Rumah Sakit

    Universitas Brawijaya

  • koordinator Sub Komite Pendidikan & Pelatihan

    KPRA RSSA

    2022 - now

  • Koordinator Pelayanan Farmasi Klinis

    RSSA

    2020 - now

  • Satuan Pemeriksa Internal (SPI) RSSA

    2019

  • Pengurus Barang RSSA

    2019

  • Pembimbing Akreditasi Internal RSSA

    2017 - now

  • Surveyor

    Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

    2017 - now

  • Wakil Ketua

    Komite PRA RSSA

    2017 - 2022

  • Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lain

    RSSA

    2017 - 2019

  • Kepala Instalasi Farmasi

    RSSA

    2011 - 2016

  • Wakil Ketua Komite Farmasi Terapi

    RSSA

    2011 - 2016

  • APJ apotek Bima

    2004 - 2013

  • Panitia pengadaan & Pejabat Pengadaan

    RSSA

    2000 - 2018

  • APJ apotek Dhana Arofa Farma

    1997 - 2003

  • Kepala Depo Rawat Inap 1 & Apt. Klinis

    IFRS RSSA

    1996 - 2006

  • Research Officer

    PT. Ristra Indolab Jakarta

    1993 - 1996

Riwayat Pendidikan

  • S2 Magister Farmasi Klinis

    Universitas Surabaya

    2013

  • Program Profesi Apoteker

    Universitas Airlangga

    1993

  • S1 Farmasi

    Universitas Airlangga

    1992

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga