Nesya Anggi Puspita

Geluti Bisnis Kerajinan Kayu Hingga Berhasil Jadi Eksportir

Menjadi seorang ibu dari dua anak dan menjalankan bisnis kerajinan kayu merupakan kesibukan yang sedang dijalani Nesya 

Anggi Puspita, S.KM. Anggi, panggilan akrabnya, merupakan salah satu alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) angkatan tahun 2008.

Berawal dari Rekomendasi Sang Ayah

Sebelum memilih FKM UNAIR sebagai tempat menempuh pendidikan, Anggi mengungkapkan bahwa dia ingin bersekolah di jurusan teknik. Namun, karena kedua orang tua Anggi bekerja pada sektor kesehatan, maka dari itu saat seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dia memilih Fakultas Kedokteran (FK) sebagai pilihan pertama dan FKM sebagai pilihan kedua.

“Jadi, ibu saya adalah seorang perawat dan ayah saya seorang sanitarian. Pilihan FKM juga berawal dari rekomendasi ayah saya, menurut beliau terdapat peluang untuk bisa diterima pada fakultas tersebut dan ternyata memang rezekinya disitu,” ujar Anggi.

Anggi sempat berkeinginan untuk mencoba kembali tes penerimaan mahasiswa baru pada tahun berikutnya, namun ayah Anggi tetap berharap dia mau mencoba memberikan yang terbaik selama menjadi mahasiswa baru di FKM. Pada kegiatan orientasi jurusan, Anggi berhasil menjadi peserta terbaik. Sejak saat itu, dia mulai merasa nyaman dan mulai mencintai keberadaannya di FKM.

“Orientasi jurusan FKM atau yang biasa disebut Basic Training of Public Health (BToPH) menjadi titik balik bagi saya untuk mulai mencintai FKM dan pada saat itu pula saya tidak memiliki keinginan untuk pindah jurusan,” jelasnya. 

Semasa kuliah, Anggi aktif mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKM dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Mata Angin. Padahal, tambahnya, ketika sekolah menengah atas (SMA) dia tergolong anak yang hanya mementingkan belajar. Namun, dengan mengikuti BEM, Anggi seperti menemukan sesuatu hal baru yang belum pernah dia coba sebelumnya.

“Saya sangat senang dapat mengikuti kegiatan di BEM, namun kesibukan tersebut menyebabkan saya jarang pulang ke rumah,” ucapnya.

Lebih lanjut, Anggi bercerita bahwa kedua orang tuanya akan lebih senang jika dia jarang pulang ke rumah dengan alasan membuat sebuah prestasi bukan karena kesibukan organisasi. Berawal dari itu, Anggi mulai mengikuti lomba mahasiswa berprestasi (Mawapres) tingkat fakultas. Hasilnya dia juga sukses meraih juara pada ajang tersebut. 

“Kemudian, untuk hari-hari berikutnya saya menjalani kuliah seperti biasa dengan mengikuti praktik kerja lapangan (PKL), kuliah kerja nyata (KKN) hingga kegiatan magang,” tuturnya.

Mulai Merintis Usaha Setelah Memiliki Anak

Setelah yudisium, Anggi bertekad untuk tidak lagi meminta uang kepada orang tuanya. Dia mulai mengikuti kegiatan penelitian dosen dan mulai mencari pekerjaan melalui berbagai job fair baik yang diselenggarakan oleh UNAIR maupun universitas lain. 

“Saya ingat dulu saya mengikuti psikotes hingga 20 kali tetapi masih belum mendapatkan hasil. Sebenarnya terdapat tawaran pekerjaan di bank dan saya sudah lolos hingga tahap wawancara, akan tetapi saya tidak memiliki ketertarikan disana karena keinginan saya adalah bekerja di lapangan,” ucap alumnus peminatan kesehatan lingkungan itu.

Dua minggu setelah wisuda, Anggi mendapat panggilan kerja di Tuban menjadi subkontraktor pada perusahaan ExxonMobil Cepu, Ltd (EMCL). Satu tahun bekerja, Anggi mendapatkan rekomendasi dan menjadi Site Industrial Hygienist Assistant di EMCL. Dua tahun bekerja disana, Anggi memutuskan untuk berhenti dan mulai merintis usaha setelah anak pertamanya lahir. 

“Saya mulai serius merintis usaha ketika anak saya berusia empat bulan, sebelumnya saya juga pernah menjalani usaha berjualan jilbab, produk perawatan tubuh dan lain-lain. Namun, usaha-usaha tersebut tidak berhasil karena saya tidak serius menjalankannya,” jelas Anggi.

Anggi membuat usaha dengan memanfaatkan potensi perajin kayu di sekitar lingkungannya. Kerajinan kayu tersebut dikemas dengan warna pastel yang sedang naik daun pada tahun 2015. Awalnya, Anggi mengerjakan sendiri usaha tersebut namun seiring berjalannya waktu dia bisa memiliki karyawan hingga 15 orang.

“Awal membuat usaha cukup bagus perjalanannya karena saya juga menjual produk saya melalui instagram,” ujarnya.

Berhasil Melakukan Ekspor Perdana Tahun 2019

Menginjak tahun kedua hingga ketiga, sambung Anggi, tren sudah mulai berubah. Kondisi tersebut menyebabkan produk yang dijual Anggi mulai tertinggal. Terlebih pada tahun 2017, Anggi juga disibukkan dengan anak keduanya.

Pada akhirnya, Anggi memutuskan untuk mulai mencari target pasar baru. Tahun 2019 merupakan awal produk-produk Anggi berhasil di ekspor ke luar negeri. Adapun produk yang dia ekspor berupa mangkok, kotak tisu, nampan, cermin dan lain-lain.

“Hingga saat ini, saya masih berada pada fase-fase perjuangan meskipun saya telah mengekspor produk ke Belanda dan Korea Selatan. Menurut saya, eksportir dikatakan berhasil apabila telah mendapat pesanan secara rutin setiap bulannya,” tutur Anggi.

Melalui usaha yang bernama CV. Grandis Home tersebut Anggi juga berhasil meraih berbagai prestasi. Di antaranya adalah mendapat reward sebagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berprestasi dari Bupati Bojonegoro tahun 2018, meraih Juara Pertama UKM berprestasi milenial preneurship kategori handicraft tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2020 serta memperoleh gelar sebagai perempuan inspirator pembangunan Jawa Timur bidang ekonomi pada tahun 2020.

Ketika ditanya mengenai tips dan trik menjalankan usaha, Anggi hanya berpesan agar para mahasiswa dapat mencari kegiatan sebanyakbanyaknya. Menurut Anggi, semua pengalaman tersebut akan berguna untuk masa depan.

“Selagi masih muda maka habiskan jatah gagalmu. Untuk menjadi eksportir bukan sesuatu yang mudah dan tentu membutuhkan keuletan karena urusan ekspor tidak dapat dilakukan secara instan,” ungkapnya.

Terakhir, Anggi berharap UNAIR dapat mempersiapkan para mahasiswanya untuk siap menjadi wirausaha karena peluang bisnis akan semakin besar ke depannya. Ketika kampus dapat mencetak mahasiswa yang siap berbisnis, tambah Anggi, maka hal tersebut akan turut mengurangi angka pengangguran. 

“Apabila kampus dapat mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi pebisnis, maka dia tidak akan merasa kebingungan untuk mencari pekerjaan setelah lulus,” tutupnya. 

Riwayat Pekerjaan

  • Chief Executive Officer

    CV Grandis Home

    2015 - now

  • Site Industrial Hygienist Assistant

    ExxonMobil Cepu Ltd

    2013 - 2015

  • Safety Officer

    PT. Citra Panji Manunggal

    2012 - 2013

  • OJT Industrial Hygienist

    Total E&P Indonesia

    2012

Riwayat Pendidikan

  • S1 Kesehatan Masyarakat

    Universitas Airlangga

    2008 - 2012

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga