Farid Luthfi

Tinggalkan Gaji Tinggi, Pilih Perusahaan Mantap

Berpikir strategis ke depan, melihat kondisi dan peluang, kemudian mengambil keputusan Tiga frasa itu kiranya pas untuk menggambarkan sosok Farid Luthfi engan langkah itu dia kini berhasil menduduki posisi direktur keuangan pt pelindo i. Setelah menjalani enam tahun kuliah, alumnus Jurusan akuntansi, Fakultas ekonomi 1976 itu merantau ke Jakarta. Dia berkarir upindo. Di perusahaan yang bergerak di bidang finansial itu Farid tak bisa berlamalama alasannya keluar dipengaruhi pandangan visionernya yang jeli memantau peluang. padahal, dia berkantor di Jakarta dan mendapatkan gaji cukup besar untuk ukuran saat itu, Rp 225 ribu. sementara, uMp nasional pada era 1980-an hanya Rp 30 ribu/bulan. Pertimbangannya, perusahaan itu tak begitu besar. Kantor di Jakarta, hanya punya perwakilan di surabaya. Jabatan-jabatan di posisi strategis banyak diisi anak muda seusianya. Farid berpikir, kapan bisa naik pangkat. selain itu, organisasinya kurang nyaman. Dia resign dan pindah ke Bapindo. Bank milik pemerintah itu dinilai lebih menjanjikan. Gajinya jauh lebih kecil dibanding sebelumnya, tapi hatinya mantap. Karirnya cukup bagus. Dia sempat menjadi kepala Wilayah Jakarta thamrin pada 1997. Namun, krisis ekonomi pada tahun-tahun itu mengakibatkan Bapindo dimerger dan menjadi Bank Mandiri. Di bank baru itu dia menjabat kepala cabang. Berpindah-pindah dari Bali sampai Kanwil Yogyakarta. setelah itu dia menjadi kandidat direktur di BuMn setelah kementerian melakukan fit and proper test. sempat digadang-gadang menduduki jabatan direktur di asDp, ternyata dia ditempatkan di Merpati untuk melakukan restrukturisasi. setelah sukses di Merpati, dia dipercaya menjadi direktur di pelindo i hingga saat ini. 

Karakter kepemimpinan Farid tak muncul begitu saja. Dia membangun diri dari bawah, merasakan kerasnya kehidupan kampus, dan menantang dirinya untuk meningkatkan kapasitas dengan berorganisasi. Dia memilih HMi dan mampu menjadi ketua komisariat, sampai akhirnya menjadi ketua cabang HMi surabaya. Ayah empat anak itu mengakui, di organisasilah dia terbiasa bertemu, berinteraksi, dan berproses dengan banyak karakter. Dia pun terlatih menghadapi situasi tertentu, menghadapi masalah, lalu menemukan jalan keluar. Hal itu menjadi bekal untuk membantunya mengarungi dunia kerja. Dia juga mampu menyatukan berbagai perbedaan. Misi perusahaan pun tercapai karena seluruh elemen bisa sejalan. Di organisasi dia diajari membawa diri. Karena tidak kaku, orang lain bisa nyaman. tugas yang dibebankan bisa dijalankan bersama-sama. Sikap luwes dengan ilmu cukup itu menjadikan program-programnya berjalan baik. tak heran jika jenjang karirnya terus meningkat. 

Unair Harus Tingkatkan Kapasitas

Unair kini tentu semakin maju dibanding kala dia kuliah. namun, kampus itu tetap harus meningkatkan kapasitas. Kualitas alumni tak bisa dilepaskan dari pengembangan dosen. Fakultas ekonomi perlu menyekolahkan dosen ke luar negeri. Bukan sekadar lulusan s-2 atau s-3 di dalam negeri.  Dalam pandangan Farid, kualitas pendidikan perguruan tinggi bisa dilihat dari kemampuan dosen. selain itu, kerja sama dengan kampus-kampus di luar negeri untuk pengembangan kapasitas mahasiwa perlu dilakukan. Ada dua keuntungan bekerja sama dengan kampus luar negeri. pertama, grade mahasiswa naik. Kedua, nama kampus terangkat, terkenal, dan bisa menjadi salah satu faktor yang membantu untuk bersaing mendapatkan pengakuan internasional. tidak kalah penting dilakukan adalah membangun kekuatan jaringan. ini salah satu kunci regenerasi kesuksesan alumni unair. Dia merasakan, sejauh ini memang tak ada alumni unair, terutama dari Fakultas ekonomi, yang ada di pelindo i. Yang ada malah dari Fakultas Hukum. Waktu mengadu nasib ke Jakarta, dia berusaha keras sendiri. Dia bermodal bonek (modal nekat) karena tak punya jaringan. namun, untuk era sekarang kekuatan jaringan itu diperlukan. sayang, usaha membangun koneksi dari almamater fakultasnya dengan perusahaan tempat dia bekerja belum ada. padahal, dengan posisinya sekarang, sangat mungkin digalang kerja sama atau Mou penempatan mahasiswa. *

Copyright © Universitas Airlangga