Emmy Cholida

Ambil Peran Kunci sebagai Regulatory

“Kalau satu pintu tertutup, masih ada banyak pintu lain yang terbuka, jadi jangan putus asa,”

Julukan Bonek rasanya patut disematkan pada Emmy Cholida. Alumnus Fakultas Farmasi Universitas Airlangga tahun 1990 yang kini bekerja sebagai Regulatory Affairs Corporate Director di PT Mitra Medis Exim. Emmy lahir dari keluarga sederhana di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada 1 Desember 1965. 

Ia ingat dengan jelas, listrik baru masuk desanya ketika dia beranjak SMP. Meski orang desa, nama Emmy telah wira-wiri di berbagai perusahaan multinasional hingga perusahaan asing, misalnya perusahaan raksasa dari Eropa dan Jepang, Servier dan Otsuka.  Tak ada yang tak kenal sosok Emmy. Ia menduduki peran kunci di perusahaan sebagai regulatory affairs. Kini Emmy tinggal di Bekasi bersama keluarga kecilnya. Karir Emmy yang begitu cemerlang dimulai ketika ia nekat merantau ke Jakarta begitu lulus kuliah dari Universitas Airlangga.

Hafalan Mati Mahasiswa Farmasi

Emmy adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Orang tuanya ingin Emmy berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri. Ia memutuskan mengambil studi Farmasi di Universitas Airlangga.

Tidak terlalu banyak kegiatan organisasi yang diikuti Emmy selama kuliah. Waktunya dihabiskan untuk memahami materi perkuliahan dan kegiatan praktikum yang cukup padat. Menurutnya cukup sulit mendapatkan nilai sempurna sebagai anak Farmasi. Tidak mengulang mata kuliah saja ia sudah bersyukur.

Saat semester dua, Emmy mendapatkan tugas menghafal daun-daun botani. Tidak hanya daunnya, tetapi juga jari-jari daunnya semua harus dihafal. Dia sempat frustasi hingga akhirnya lulus dengan nilai D. Hal itu terkenang hingga kini. Dosen saat itu, Emmy sangat ingat, adalah Prof Sukardiman yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pendidikan Universitas Airlangga. 

“Aduh, saya ingat itu kami diminta menghafalkan nama-nama daun, terus spesiesnya. Daun itu kan juga ada jari-jarinya. Itu ada spesifikasinya, itu juga harus dihafal. Aduh, bener-bener hafalan mati yang tentang tanaman gitu-gitu. Saya nggak dapat E aja udah syukur,” kenang Emmy.

Setelah lulus S1 pada 1898, sebagai apoteker, Emmy harus melanjutkan program pendidikan profesi apoteker. Saat itu, bertepatan dengan adiknya yang akan mulai kuliah. Dia cukup bimbang karena kasihan jika orang tuanya harus membiayai dua anaknya yang masih harus studi. 

Beruntungnya, kakak Emmy memberikan dukungan luar biasa. Ia menyemangati Emmy untuk terus melanjutkan studi. Selain bantuan finansial dari kakaknya, Emmy juga mengandalkan Beasiswa Supersemar untuk membiayai hidupnya selama studi.

Selama pendidikan profesi, Emmy berkesempatan belajar praktik di rumah sakit, industri, instansi pemerintah, bahkan apotek. Pada akhir studi, dia diwajibkan mengikuti ujian komprehensif apoteker. Ia tak menyangka nilainya sangat bagus. Saat itu juga Emmy menyadari bahwa minat dan bakatnya adalah sebagai praktisi.

Setelah menamatkan pendidikan profesinya pada 1990, Emmy berusaha mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) Apoteker. Untuk itu, dia diharuskan melalui Wajib Kerja Sarjana. Dia bersama dua temannya nekat pergi ke Jakarta untuk mendaftar STR di BPOM. Ternyata di BPOM Emmy juga bisa sekaligus mendapatkan Wajib Kerja Sarjana. Syukur, ada 55 lowongan Farmasi di sana. 

Emmy mencoba mendaftar dan wawancara saat itu juga. Akhirnya setelah melalui berbagai tahapan seleksi, dia dinyatakan diterima sebagai pegawai BPOM. “Jadi kalau tidak Wajib Kerja Sarjana, kita ada beberapa limitation gitu untuk kerja,” katanya.  

Dalami Bidang Regulatory

Pekerjaan pertama Emmy adalah sebagai Staf Direktorat Pengawasan Obat di BPOM. Namun ia hanya bertahan selama 3 tahun 7 bulan saja. Emmy merasa lingkungan kerja sebagai PNS kurang cocok baginya. Dia menjajal untuk bekerja di perusahaan swasta. Tak lama, Emmy diterima di PT Martina Berto yang bergerak di bidang obat tradisional dan kosmetik. Posisinya saat itu sebagai Production Supervisor. Statusnya masih pegawai kontrak. Di sini, Emmy benar-benar memulai terjun di bidang Farmasi Industri.

Di Martina Berto, Emmy harus standby di tempat kerja dari fajar hingga tengah malam mengawasi produksi barang yang akan diekspor. Dia juga sempat mencetak prestasi karena berhasil menemukan barang baku setengah jadi, namun tidak terdaftar di pembukuan. 

Jika ditotal, temuan Emmy tersebut bernilai cukup fantastis, yakni Rp. 500.000.000. Perusahaan mengakui hal itu sebagai prestasi dan kinerja yang luar biasa. “Saya bener-bener enjoy bekerja saat itu,” tutur Emmy.

Tepat satu tahun berlalu, Emmy diharuskan presentasi untuk mengubah statusnya dari pegawai kontrak menjadi pegawai tetap. Saat itu, Emmy melakukan presentasi bersamaan dengan para peserta Management Trainee. “Saat itu saya presentasi untuk diangkat sebagai karyawan tetap di posisi Supervisor. Tapi mereka presentasi untuk diangkat sebagai Manager. Bagaimana bisa gitu? Saya lalu berpikir, wah ini nanti karir saya gimana, tidak bisa kalau terus di Supervisi,” katanya.

Emmy pun buru-buru mencoba beberapa lowongan pekerjaan. Saat itu ia melihat Otsuka membuka lowongan untuk bidang Regulatory. Posisi tersebut tampaknya adalah hal baru yang menantang bagi Emmy. Pada tahun 1995, ia mendaftar dan ternyata berhasil masuk. Hanya dalam satu tahun, ia berhasil mencapai posisi Manager. Di Otsuka, Emmy dibebaskan untuk berkembang dalam hal apapun. “Saya senang mendapatkan otonomi seperti itu, karena bisa mengeksplor diri saya,” pungkasnya.

Singkat cerita, karir Emmy melejit pesat di Otsuka. Tiga tahun setelah diangkat sebagai Manager, ia lalu diberi titel Senior Manager. Tiga tahun kemudian, ia naik di posisi Direktur. Total, Emmy butuh waktu tujuh tahun untuk menduduki posisi Direktur di Otsuka. Selama itulah ia mendalami bidang Regulatory.

Regulatory sendiri adalah bagian kerja yang sangat penting di sebuah perusahaan. Regulatory adalah pemegang kunci bisnis dari industri farmasi, tanpanya perusahaan tidak bisa berjalan. Oleh karena itu, seorang regulatory harus menguasai product development, regulasi, perizinan, hingga aspek hukum. Itu semua dikerjakan oleh Emmy. Sebagai Regulatory, Emmy bertugas mendapatkan nomor izin edar dari BPOM atas semua produk yang akan dipasarkan perusahaan ke suatu negara. 

“Kita tidak semata-mata menjadi kurir, membawa dokumen dari perusahaan ke BPOM. Kita juga harus bisa menguasai dosir produk dan meyakinkan otoritas untuk memberikan izin edar pada produk perusahaan. Saat kita sudah dapat izin edar, disitulah bisnis mulai ada,” jelas Emmy.

Pekerjaan seorang regulatory tidak berhenti ketika produk berhasil dipasarkan. Selama produk masih dipasarkan, maka mereka masih bertanggungjawab atas farmakovigilans, product complaint, dan mesti mengevaluasi berbagai hal. Meski pekerjaan tidak ada habisnya, Regulatory adalah bidang yang sangat menantang bagi Emmy.

Sebagai seorang regulatory, setiap tahun Emmy wajib menghadiri rapat bersama para regulatory lain dari berbagai negara. Tak luputnya, Jepang, Korea Selatan, China, Beijing, dan berbagai negara Asia telah ia kunjungi selama bekerja di Otsuka.

Posisi Emmy saat itu sudah nyaman, dia dipercaya oleh atasan, dan semua karyawan menghormatinya. Hingga suatu ketika, temannya yang bekerja di Servier, sebuah perusahaan Eropa, menghubunginya menawarkan posisi Head of Regulatory Affairs. Emmy merasa tertantang untuk mengambil tawaran tersebut. Saat itu usianya tepat 40 tahun.

Dari empat kandidat, Emmy terpilih. Servier sendiri sangat menghormati seorang Regulatory. Seorang Regulatory adalah VVIP di Servier. Perusahaan itu meyakini, tidak akan ada bisnis jika Regulatornya tidak benar. “Apa yang saya rasa ternyata match dengan filosofinya Servier, makanya saya semakin yakin dan ke Paris untuk interview,” kata Emmy.

Saat itu perusahaan bahkan memberinya tiket bisnis untuk terbang ke Paris hanya untuk interview selama dua hari. Emmy merasa sangat dihargai. Sejak dia mengirimkan CV pada Desember 2004, 5 bulan kemudian, tepatnya pada Juni 2005, Emmy mendapatkan kabar baik bahwa ia diterima di Servier. Dia resmi bergabung dengan Servier pada 5 september 2005. Posisinya Head Departemen, selevel dengan Direktur, hanya saja berbeda penyebutan.

Setelah 5 tahun di Servier, Emmy Kembali mendapatkan tawaran di sebuah perusahaan United State dan dia tertarik. Apalagi, perusahaan dari US itu mendukung Emmy untuk studi lanjut S2. Mendengar itu, Servier pun tak tinggal diam. Servier berusaha memperjuangkan Emmy dengan menawarkannya studi S2. Akhirnya Emmy memilih tetap di Servier dan melanjutkan studi S2 Ilmu Hukum di Universitas Indonesia pada tahun 2010 dengan dibiayai oleh perusahaan.

Sejalan dengan ilmu baru yang dipelajarinya, Servier memberinya amanah baru sebagai Head of Regulatory & Public Affairs. Dengan jabatan itu, ranah pekerjaan Emmy juga ikut meluas ke ranah Legal, Compliance, Pharmacovigilance, hingga Market Access. “Ada mungkin 10 pekerjaan baru yang seharusnya dipegang oleh 10 orang, itu dilimpahkan ke saya. Tapi tidak apa-apa, saya senang. Pekerjaan dan tugas itu saya tidak pernah mengeluh, karena saya anggap itu ilmu,” ucapnya.

Mendekati masa pensiunnya, Emmy masih banyak dicari oleh sejumlah perusahaan multinasional hingga perusahaan asing. Misalnya saja PT HDI, PT CNI, PT Amarox Global Pharma, dan PT Mitra Medis Exim, yang memerlukan konsultasi di bidang regulatory bisnis. Selain itu, Emmy kini juga menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi. 

Cita-cita lamanya seakan terwujud satu per satu. Emmy juga sering berkunjung ke Universitas Airlangga khususnya di Fakultas Farmasi. Bukan sebagai alumni biasa, namun sebagai pembicara di berbagai event Fakultas Farmasi. Ia kerap membagikan cerita perjalanan karirnya kepada para mahasiswa.

“Bekerjalah dengan hati, enjoy dengan pekerjaan kita, cintai pekerjaan. Baru kita bisa perform, dan long term,” pesannya.

Riwayat Pekerjaan

  • Regulatory Affairs Corporate Director

    PT Mitra Medis Exim

    2023 - now

  • Head of Regulatory & Public Affairs (Corporate Directory)

    PT Servier Indonesia

    2010 - 2023

  • Head of Regulatory Affairs (Director)

    PT Servier Indonesia 2005 – 2010

    2005 - 2010

  • Regulatory Affairs Director

    PT Otsuka Indonesia

    2003 - 2005

  • Senior Registration Manager

    PT Otsuka Indonesia

    2000 - 2003

  • Registration Manager

    PT Otsuka Indonesia

    1997 - 2000

  • Registration Officer & CRA

    PT Otsuka Indonesia

    1995 - 1996

  • Production Supervisor

    PT Martina Berto

    1994 - 1995

  • Staf

    Direktorat Pengawasan Obat Dirjen POM

    1990 - 1994

Riwayat Pendidikan

  • S2 - Hukum

    Universitas Indonesia

    2010 - 2012

  • Program Apoteker

    Universitas Airlangga

    1989 - 1990

  • S1 - Farmasi

    Universitas Airlangga

    1984 - 1989

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga