Olah Limbah Kertas Semen Jadi Produk Fashion
Nama Vania Santoso baru-baru ini masuk dalam jajaran ’30 under 30’ Forbes 2021, sebuah Majalah Bisnis dan Finansial Internasional asal Amerika Serikat. Tak heran, Alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga angkatan 2010 ini adalah sosok yang sangat menginspirasi. Pebisnis muda kelahiran Surabaya, 11 Januari 1992 itu telah berhasil menyulap limbah kertas semen menjadi produk fashion ikonis yang diberi nama heySTARTIC.
Menyelam Sambil Minum Air
Perjalanan berdirinya heySTARTIC tak lepas dari perjuangan Vani dan sang kakak, Agnes Santoso yang juga alumnus Universitas Airlangga, sebagai aktivis lingkungan. Saat itu pada awal tahun 2000 an, Vani bersama Agnes membuat komunitas lingkungan untuk mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup ramah lingkungan. Aksi itu Vani lakukan ketika masih berusia 13 tahun setelah kawasan rumahnya diterjang banjir bandang cukup parah. Dalam komunitas tersebut, salah satu fokus Vani adalah mengerjakan proyek manajemen sampah inovatif melalui bank sampah yang dikelola warga. Ia mengolah sampah plastik dan kertas semen menjadi barang-barang fashion dan aksesoris rumahan, seperti tas, dompet, keranjang belanja, dan barang lainnya.
Vani tak menyangka ide cemerlangnya mengolah karung semen menjadi produk fashion berhasil diterima pasar dengan baik. Ia mengisahkan, sejak awal memulai heySTARTIC, bahkan sebelum memiliki brand, produknya sudah mendapatkan pangsa pasar internasional. Hingga pada 2011, heySTARTIC terpilih mewakili Indonesia meraih Penghargaan Ecopreneurship Make A Difference dari Hong Kong. Sejak saat itu heySTARTIC menjadi perusahaan sosial yang memiliki nama dan mendapat label pelopor eco fashion di Indonesia. Kini Vani telah mengekspor produknya ke beberapa negara seperti Belanda, Australia, dan lainnya serta berkolaborasi dengan sejumlah brand ternama.
Apa yang dilakukan Vani dan Agnes ibarat menyelam sambil minum air, berkat heySTARTIC keduanya berhasil memberikan dampak tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga masyarakat. Dari sisi sosial, heySTARTIC telah memberdayakan masyarakat utamanya di daerah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Sedangkan dari aspek lingkungan dan ekonomi, heySTARTIC telah menambah penghasilan dan secara tidak langsung mengedukasi masyarakat.
“Selalu ada kepuasan batin, perasaan berguna terutama, ketika dampaknya terasa bagi orang lain juga. Misalnya mitra binaan yang bangga produknya dihargai, konsumen yang memuji hasil inovasi, dan lainnya,” tutur Vani.
Ceritakan Aksi Sosialnya di Panggung PBB
Berkat kepeduliannya pada lingkungan, pada usia 19 tahun Vani telah dianugerahi gelar Satya Lencana Wirakarya dari Presiden Republik Indonesia. Tak ayal, ia juga pernah didaulat sebagai Duta Lingkungan Hidup Asia Pasifik. Vani juga berhasil meraih puluhan prestasi nasional hingga internasional atas aksi sosialnya itu. Ia seringkali menjadi delegasi Indonesia pada beberapa momentum internasional, terutama terkait Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Bisa dibilang, Vani dan PBB memiliki kisah tersendiri. Kisah itu bermula jauh sejak 2007, dua tahun usai Vani membangun komunitas peduli lingkungan. Proyek sosial Vani dan Agnes yang merupakan cikal bakal terbentuknya heySTARTIC berhasil memenangkan kompetisi Lingkungan Internasional dari Volvo dan UNEP yang diselenggarakan oleh PBB di Swedia.
“Dari sana saya mendapat bantuan pendanaan sebesar 10.000 Dolar atau sekitar Rp 145 juta. Uangnya kita pakai buat bangun heySTARTIC. Sampai di tahun 2010, saya mulai menekuni dunia bisnis lewat heySTARTIC,” ungkapnya.
Vani juga pernah didaulat menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim pada 2019 lalu. Sebuah konferensi iklim untuk anak muda yang dihelat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Vani menjadi salah seorang di antara 100 Young Climate Leader terpilih yang berhasil menyisihkan 7.000 pelamar dari seluruh dunia. Vani berkesempatan memaparkan tentang bagaimana dirinya mengelola sampah dan menjadikannya sebuah peluang berbisnis yang sangat menguntungkan. Dalam momentum itu Vani juga mendapat kesempatan untuk mempresentasikan heySTARTIC di UN SDGs Media Zone dan Plenary Session Youth Take the Mic. Serta diliput Voices of America, Global Covenant of Mayors for Climate & Energy, dan media internasional lain.
Anomali Bisnis Keluarga
Vani mengaku, pengalaman dalam mengikuti berbagai kompetisi serta aktif dalam sebuah komunitas membuatnya kian terlatih dan bersemangat menekuni bisnis. Begitu juga selama kuliah. Kata Vani, heySTARTIC banyak berkembang semasa ia menyelesaikan studi di Universitas Airlangga.
Vani pernah mengangkat heySTARTIC dalam kompetisi Karya Tulis Ilmiah pada ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi. Dari sana ia mendapat arahan lebih lanjut dari berbagai fakultas. Salah satunya oleh Prof. Ganden dosen Fakultas Sains dan Teknologi. Vani dibimbing untuk mengetahui lebih lanjut mengenai proses pewarnaan dan pelapisan akhir alami yang tidak merusak lingkungan. Saat itu, akhirnya Vani terpilih sebagai Mawapres Terbaik Ketiga Nasional 2014.
Menurut Vani, heySTARTIC seperti anomali dalam bisnis keluarga. Jika umumnya bisnis keluarga turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, heySTARTIC justru sebaliknya. Dari yang awalnya berdua dengan Agnes, lambat laun kedua orang tua Vani ikut mendukung bisnis kedua putrinya. Kini Mama Vani ikut terlibat menangani kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan sang Papa, yang awalnya ogah-ogahan, kini ikut mendukung dari segi logistik. Vani sangat bersyukur dirinya mendapatkan dukungan keluarga yang sangat luar biasa.
Meski selama terjadi pandemi bisnisnya dihujani tantangan, Vani optimistis heySTARTIC bisa terus berkembang berkat dukungan dan inovasi dari para warga, seniman, serta pelaku industri kreatif yang terlibat. “heySTARTIC percaya, produk fashion bisa ramah lingkungan. Dan sebaliknya, produk daur ulang pun bisa tampil fashionable,” pungkasnya.