Hari Purnomo

Garis Airlangga di Bursa Efek Indonesia

Deretan lukisan berjajar di rumah yang beralamat di Jalan Rudal iii Blok Q1/5 Kavling Hankam, Joglo, Jakarta Barat. Meski tak ada plang papan nama, sudah banyak yang mengenalnya sebagai nusantara arts Galery. Pemilik galeri lukisan itu adalah Hari purnomo. eits... tapi, jangan salah. Di balik kecintaannya kepada seni lukis, Hari tak sepenuhnya berprofesi di bidang seni tersebut. Alumnus unair angkaran 1987 itu adalah ekonom yang lama berkecimpung di Bursa efek indonesia (Bei). Kerja keras menempa karir di bursa membawa Hari sampai ke posisi terakhirnya, direktur di indonesia sipF. Ayah tiga anak itu mampu memerankan diri di dunia bursa sama baiknya dengan dunia lukis: sama-sama dikenal, sama-sama sukses, dan sama-sama memberikan kemanfaatan untuk orang lain. ”ceritanya panjang, bagaimana saya yang bekerja di bursa, bisa kenal lukisan,” katanya mengawali pembicaraan. Bukan hanya lahir di surabaya, Hari besar dan menempuh pendidikan di surabaya juga. Kuliah di Jurusan Manajemen sejak 1987, dia lulus pada 1992. Hari  mengawali karir kerja di pt Omya international co ltd pada 1993. Dia bisa masuk ke pt Bursa efek surabaya, pada tahun yang sama. 

Di Bes, pria energik tersebut berkarir cukup lama dan menduduki beberapa jabatan. total, pengabdiannya di Bes mencapai 14 tahun, 1993 sampai 2007. selama di Bes, Hari pernah menjabat sebagai kepala divisi riset, kepala divisi keanggotaan, kepala divisi perdagangan, dan kepala divisi pengawasan pasar. Nama Hari menjadi moncer sejak 1995. Dia diamanahi untuk menggabungkan Bursa paralel indonesia (Bpi) ke dalam Bes. Kesuksesan itu membuat dirinya dipercaya menggabungkan Bes dengan Bursa efek Jakarta (BeJ). tepat pada 2007, lahirlah Bursa efek indonesia (Bei). proses ini diabadikannya dalam sebuah buku Perjalanan Bursa Efek Surabaya Menggapai Bursa Impian. Reputasinya terus meningkat seiring keberhasilan berdirinya Bei, sebagai kepala Divisi perdagangan Derivatif, dan kepala Divisi pengembangan usaha. Hari telah berhasil membuat beberapa terobosan. Karena itu, karirnya menanjak.

Pelopor pasar Modal Syariah 

Mendapat kepercayaan, menjalankannya dengan penuh ikhtiar. ”setelah ikhtiar maksimal, biar allah yang menentukan,” begitu katanya. Dasarnya suka membuat terobosan, dia pun tertantang untuk menembus batas. Dia mulai bereksperimen dengan mengembangkan pasar modal syariah.

Kerja kerasnya itu membuahkan hasil dengan lahirnya Fatwa Mui no. 80/ Dsn-Mui/iii/2011 tentang penerapan prinsip syariah dalam Mekanisme perdagangan efek Bersifat ekuitas di pasar Reguler Bursa efek. itu bukan sembarang fatwa. legalitas tersebut membuatnya bisa membangun Online trading syariah.

”ini menjadi sarana bagi para pemodal di pasar modal indonesia untuk memperdagangkan saham secara syariah,” ucapnya.

Ketagihan mencapai target, Hari lantas mengembangkan berbagai produk di Bei. Misalnya, exchange traded Fund (etF). akhirnya muncul etF syariah, etFiDX30, etF consumer, dan etF infrastucture, dan juga pengembangan asset Backed securites (aBs). 

Dia juga dipercaya berkolaborasi dengan asian Development Bank (aDB) untuk strengthening indonesia’s capital Market dengan membentuk Dana perlindungan pemodal (investor protecton Fund) dan berhasil mendirikan indonesia sipF pada 2012.

Kini, setelah masa tugasnya di sipF selesai, Hari mendapat amanah untuk menjadi direktur peFinDO. ”sekarang saya sedang tahap fit and proper test,” papar penghobi tenis meja ini.

Hari juga sempat menjadi dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi. Dia juga pernah jadi dosen tamu. 

Kampus yang pernah merasakan sharing ilmunya, antara lain, universitas pembangunan nasional Veteran surabaya dan sekolah tinggi ilmu ekonomi perbanas surabaya. sampai sekarang dia mengajar di universitas trisakti Jakarta. 

Dari Benci Berbuah Ribuan Manfaat

Membenci sesuatu tak perlu berlebihan. Bisa jadi kebencian itu memberikan manfaat besar di kemudian waktu. Hari mengakui, kata-kata itu berbalik kepada dirinya sendiri terkait dunia lukis. Dulu dia sangat membenci pelukis karena pernah melihat tetangganya yang menjadi pelukis.

”Dulu kalau lihat pelukis saya itu sangat benci, karena gaya hidupnya begitu. Jarang mandi, keluarganya tidak dipedulikan, malah menghabiskan waktu gambar,” bebernya.

Kini, sikap Hari berubah 180 derajat. Bukan benci, tapi dia justru bisa memberi ruang kepada pelukis untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Dia membantunya berkembang. terjadi simbiosis mutualisme. Kemanfaatan dari sisi ekonomi juga bisa dirasakannya. alhasil, dari yang awalnya membenci, kini dia menjadi gandrung akan lukisan.

Berawal dari sebuah lukisan pemberian teman, Hari memajangnya. Kemudian, datang seseorang yang berniat membelinya dengan harga wah untuk ukuran saat itu, tahun 1996, Rp 5 juta. Dilepaslah lukisan itu setelah meminta izin ke teman yang memberinya. 

”satu minggu setelah lukisan terjual, saya ada tugas ke luar negeri. ternyata lukisan itu ada di kantor yang saya kunungi ‎Terus saya tanya harganya Ternyata dia beli mahal banget, dari saya Rp 5 juta, lakunya 30 kali lipat (Rp 150 juta),” ucapnya.

Berawal dari situ, jiwa sosialnya mulai muncul. iba melihat para pelukis, dia lantas berniat membantu sesama. Dia ingin agar para pelukis indonesia meningkat taraf hidupnya. ”saya ketahui harga karya pelukis itu mahal, sementara pelukis ini nggak tahu harga lukisan di luar setinggi apa,” ucapnya.

saya bantu mereka. saya suruh buat lukisan sebanyak-banyaknya. saya bantu beli cat, kanvas, dan kebutuhan melukis lainnya. ”awalnya saya kumpulkan. saya niat bantu dengan membeli. lama-lama banyak. awalnya nggak ingin jual. Karena itu, saya beli rumah untuk menyimpan lukisan tersebut,” tandasnya. 

namun, karena kebanyakan, dia berusaha menjualnya dengan membuat pameran. ternyata, lukisan itu laku keras. nilainya pun gila-gilaan dan di luar perhitungan. itu karena memang lukisan tak ada nilai standarnya. Dari situ dia pun memberikan jalan agar para pelukis bisa menemukan jalannya sendiri, memasarkan lukisannya sendiri, dan pelukis bisa berdikari. 

”ini semua di luar nalar. ini kehendak allah. prinsip saya, kalau kamu ingin makmur, buat orang lain makmur. Kalau orang lain sejahtera, kamu tidak akan diganggu. Kalau kamu bikin orang itu tak sejahtera, kamu akan diganggu. sediakan kail. Beri jalan mereka mencapai kesuksesannya,” tuturnya.

Prinsip ”Wani Thok!”

Ada satu hal yang menurutnya dimiliki unair, tapi tak dimiliki universitas lain: semangat keberanian. Dia mengaku, menjadi satu-satunya yang alumnus unair tak membuat Hari minder. Dia justru terpacu dan bersemangat membuktikan bahwa dia tak kalah dengan yang lain. ”Nglurug tanpa bondo”, menang tanpa ngasorake,” ucapnya saat ditanya prinsip bersaingnya. Lelaki yang sering mondar-mandir Jakarta-surabaya itu tak pernah menyangka bisa mencapai posisi seperti saat ini. padahal, lanjutnya, alumnus dari kampus lain banyak dan bagus. Demikian juga yang menjadi atasan di Bei dari ui. Yang pegang saham bukan dari unair. pesaingnya juga bagus. Yang menguji juga bukan unair, tapi dirinya mendapatkan kepercayaan di peFinDO. 

”Dari sisi keilmuan unair nggak bisa dibandingkan. ui pernah dan sering menjadi menteri, uGM, itB juga. airlangga belum banyak. Baru berapa? Bisa dihitung dengan jari satu tangan,” tuturnya. Namun, yang membedakan adalah spirit untuk bertarung dari nol, tanpa modal, tanpa relasi, dan memulai sendiri. ”Wani thok! saya dilepas sendiri dulu, emang didampingi di Bei? saya 21 tahun di Bursa. ada nggak yang mendampingi? Nggak ada. adakah alumni yang memapankan, mempromosikan? Nggak ada. Dosen saya juga nggak dulu,” tuturnya. Alumnus unair yang dikenalnya memiliki kepercayaan kepada allah yang besar. ”Sing penting usaha dhisik. pekerja keras. apa pun dilakukan, tidak pilah-pilih,” tegasnya. 

Hal itu berbeda dengan alumni kampus lain yang setiap hari bergelut dengannya di bursa. alumni ui atau uGM tidak mudah diperlakukan seperti alumni unair. ”Nggak gelem mereka, maunya khusus. Misalnya, divisi pengembangan. Mengembangkan ini, ya itu aja. Jangan dikasih macam-macam dulu. Kalau unair, pindah sini bisa, pindah sini, kerja keras. Mungkin karena merasa nggak punya, jadi mau nggak mau harus dijalani,” papar dia. 

Perbanyak Lulusan Universitas Terbaik Luar Negeri 

Pengembangan kapasitas pengajar di unair, menurut Hari, harus ditingkatkan. Dibandingkan dengan ui atau uGM secara keilmuan memang tak seimbang. ”uGM itu, banyak dari luar. ui juga. pengajarnya lulusan Harvard, Mit, Oxford, ucla. ekonomi unair ada nggak yang dari Harvard? Fisip ada nggak? ini yang harus digenjot,” tandasnya. Selain itu, kekuatan mempromosikan diri harus dibangun. Dengan begitu, dosen dan kampus tak sekadar berpikir mengajar, lalu yang penting mahasiswa lulus. pascamasa ajar, dosen juga berpikir dan membantu agar anak didiknya dipromosikan ke perusahaan yang menjadi relasi, atau bekerja sama dengan perusahaan yang besar, bukan sebatas di level lokal surabaya atau Jawa timur. 

”unair kekuatannya bukan di aktivitas kampus. Karena itu, perlu meningkatkan pengetahuan serta praktik untuk calon alumni unair. Ono ta sing tau magang di Kemenkeu. Magangnya paling lokal. ini harus dibuka. Harusnya dosennya juga bantu membuka jaringan,” tuturnya.

Dia juga menyarankan adanya kolaborasi FeB unair dengan Bei, Bank indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan untuk memberikan ranah uji coba kemampuan bagi mahasiswa terbaik di unair.

”Bentuknya bisa 10 besar tiap angkatan magang di sini. Ya, tiga bulan. pasti mau bursa. sekarang sudah ada yang magang di bursa. Kalau ada rekrutmen, murid terbaik diikutkan,” ucapnya. Alhamdulillah, kini dari 28 rekrutan baru di Bei, ada satu alumnus unair yang bisa bekerja di sana. Dia mampu lolos dari total 4 ribu pendaftar.

Copyright © Universitas Airlangga