Abdullah Aufa Fuad

Alumni Pesantren yang Menjadi Tim Stafsus Presiden RI

Abdullah Aufa Fuad mulai dikenal publik berkat kesuksesannya dalam menciptakan aplikasi speaktograph. Alumni Fisika 

Universitas Airlangga itu menciptakan speaktograph yang telah digunakan dalam menganalisis debat Pemilihan Presiden Jilid dua 2019 lalu, antara calon presiden (capres) 1 Joko Widodo dan capres 2 Prabowo Subianto. 

Speaktograph secara sederhana merupakan aplikasi yang digunakan untuk menganalisis dan mengubah audio menjadi teks yang dapat dikelompokkan. Aplikasi karya anak bangsa tersebut dirancang dalam rangka mengurangi aksi debat kusir dan saling klaim yang terjadi pada masyarakat saat pemilu.

Alumni Santri Yang Kuliah di UNAIR

Saat di dunia pesantren, Fuad membayangkan Universitas Airlangga sebagai sesuatu yang sangat spesial dan bergengsi. Dia akhirnya memutuskan untuk berkuliah di UNAIR karena lokasinya yang juga dekat dengan kampung halamannya di Sidoarjo. 

“Menjelang SBMPTN, saya mulai kursus di rumah dengan bantuan guru les selama sebulan. Alhamdulillah akhirnya keterima di UNAIR. Dapat diterima di UNAIR bagi saya merupakan sebuah lompatan baru,” ungkapnya.

Fuad kemudian lulus dari pesantren dan kuliah di program studi Fisika UNAIR di tahun 2010. Ketika memulai perkuliahan di UNAIR, Fuad mengaku sempat mengalami culture shock, meskipun masih sama-sama di Indonesia. Dia merasakan perbedaan budaya setelah 6 tahun lamanya tinggal di lingkungan pondok pesantren. 

Hal tersebut membuatnya banyak mengalami adaptasi dalam kehidupan keseharian dan pergaulannya di kampus. Karena memasuki dunia baru, hal tersebut secara otomatis membuat Fuad memiliki rasa ingin tahu yang lebih. 

“Mungkin itu yang membuat saya kemudian menjadi sangat aktif di organisasi daripada di dunia akademik. Dunia organisasi bagi saya adalah hal baru sebagai alumni anak pesantren,” tuturnya.

Organisasi perlahan merubah hidup Fuad setelah lulus dari pesantren. 

Dia kemudian dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Kominfo di Himpunan Mahasiswa Fisika. Di tahun ketiganya di perkuliahan, Fuad mulai aktif di organisasi ekstra kampus hingga  akhirnya menjadi ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). 

“Hikmah yang bisa diambil dari aktif berorganisasi adalah kita belajar untuk tidak membuat diri kita tinggi menjulang tapi untuk membuat diri kita dapat menjaring kiri kanan kita,” terangnya.

Perjalanan Studi Fuad Hingga  Akhirnya Melanjutkan Studi Master di INSA Lyon Prancis

Tahun terakhir perkuliahan menjadi salah satu momen yang berkesan bagi Fuad. Pengalaman menggarap skripsi sangat berkesan karena sebagai mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat), membuat nilai akademik Fuad terbengkalai. Dia sempat mendapat IP Semester satu koma kala itu. 

Fuad akhirnya memutuskan untuk lebih serius dalam merancang tugas akhirnya. Dia ingin merancang topik baru dalam skripsinya, hingga akhirnya Fuad mencoba untuk memperdalam teori nanomaterial emas. Penelitian skripsi tersebut kemudian dilanjutkan oleh adik tingkatnya secara berkelanjutan setelah dia menjadi alumnus.

Setelah merampungkan tugas skripsi, Fuad sempat menganggur sambil mencari kampus untuk melanjutkan studi master. Dengan IPK 2,88 Fuad merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan di Indonesia. Dia sempat melamar di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), namun sayangnya tidak diterima. 

Fuad akhirnya memutuskan untuk mencoba apply studi S2 di Prancis. Fuad membulatkan tekad untuk membuktikan bahwa IPK bukanlah segalanya. Hal tersebut dibuktikan dengan tugas skripsinya yang dia kerjakan dengan penuh kesungguhan dan kejujuran. 

Saat apply studi master di Prancis, ada tahapan tes interview daring melalui skype. Interview tersebut berlangsung menggunakan bahasa inggris. Tim interviewer menilai bahwa skripsi karya Fuad sangat bagus, bahkan hampir setara dengan penelitian mahasiswa S2. Hal itu membuatnya sangat mungkin untuk mengambil studi S2 di Prancis. 

“Alhamdulillah, berkat topik skripsi ini pula, mengantarkan saya untuk berkuliah S2 di Lyon Prancis,” ungkapnya. 

Tidak hanya itu, Fuad juga mendapatkan beasiswa dari provinsi tempat dia tinggal. Berkuliah di INSA Lyon Prancis merupakan pengalaman pertama Fuad di luar negeri. Sebelumnya, Fuad mengaku tidak pernah bepergian jauh.

“Sekalinya jauh, naik pesawat langsung ke Prancis. Kuliah S2 di Prancis menjadi life challenging tersendiri untuk saya,” terangnya. 

Fuad mengambil fokus studi Nano Science dalam perkuliahannya di Lyon kala itu. Nanoteknologi merupakan cabang sains baru yang mempelajari rekayasa hal-hal dalam skala nano. Termasuk di dalamnya mempelajari tentang isika, kimia, dan biologi. 

Merancang Aplikasi Speaktograph yang Digunakan dalam Pilpres 2019

Setelah menempuh studi S2 di Lyon Prancis, Fuad kemudian kembali ke Indonesia pada bulan November 2018. Awalnya Fuad berencana setelah lulus S2 akan melakukan refreshing selama sebulan. 

Dalam momen refreshing itu, Fuad secara tidak terduga mengikuti kegiatan open proposal. Fuad mengusulkan ide membuat sesuatu yang dapat menganalisis perkataan seseorang saat memaparkan visi misi hingga akhirnya bisa ditampilkan dalam bentuk tulisan.

“Ternyata ide tersebut disukai oleh panitia penyelenggara. Akhirnya saya bersama tim mulai menggarapnya, hingga jadilah speaktograph,” ceritanya.

Speaktograph merupakan aplikasi yang dapat mengekstrak pembicaraan menjadi teks. Speaktograph secara sederhana merupakan aplikasi yang digunakan untuk menganalisis dan mengubah audio menjadi teks yang dapat dikelompokkan. Seperti total kata yang diucapkan; banyaknya pengulangan kata; pola kalimat yang diucapkan; serta karakter yang memiliki kepercayaan diri, kearifan lokal, optimisme dan frekuensi penyebutan data atau angka.

“Di situlah kemudian publik mulai mengenal saya sebagai Direktur Speaktograph,” jelasnya. 

Selang beberapa waktu kemudian, Presiden Joko Widodo mulai mencari bibit-bibit unggul untuk dijadikan sebagai Staf Khusus Kepresidenan. Di periode keduanya, Presiden Jokowi memberikan nama pada stafsusnya sebagai Stafsus Milenial yang beranggotakan pemudapemuda Indonesia.

Dari tujuh Stafsus Milenial yang dilantik, tiga diantaranya merupakan alumni Amerika. Ada salah satu staf khusus yang mencari alumni pesantren yang juga alumni kampus Eropa dan sedang aktif di dunia startup digital. Setelah melalui berbagai proses, akhirnya Fuad diterima menjadi Tim Asisten Staf Khusus Presiden RI. 

Riwayat Pekerjaan

  • Tim Asisten Staf Khusus Presiden RI

    Sekretariat Kabinet RI

    2019 - now

  • Founder dan Direktur Utama

    PT Speaktograph Digital Indonesia, Indonesia

    2019 - now

Riwayat Pendidikan

  • S2 di INSA Lyon Prancis

  • S1 Fisika

    Universitas Airlangga

    2010 - 2015

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga