Riswanda Noorisa

Tekan Penyakit Kronis dengan Alinamed

Dokter muda inovatif, mungkin kalimat tersebut pantas untuk menggambarkan salah satu alumni Universitas Airlangga yakni Riswanda Noorisa. Laki-laki kelahiran Tuban, 10 Juli 1994 itu merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga masa studi 2013-2018.Wawan, sapaan akrabnya, berhasil menciptakan aplikasi Alinamed untuk membantu masyarakat mengenai layanan kesehatan.

Aplikasi tersebut tercipta atas tekadnya untuk menekan angka penyakit kronis yang menyebabkan 71% kematian di Indonesia. Dengan memanfaatkan ilmunya yang didapat semasa kuliah, Alinamed kini dapat melayani masyarakat dalam bidang kesehatan secara praktis.

Menekuni Dunia Aplikasi Mobile

Setelah lulus, tepatnya tahun 2019, Wawan mulai merintis Aplikasi Alina Medical (Alinamed). Aplikasi tersebut merupakan platfom B2B2C telekonsultasi dan home care untuk fasilitas kesehatan segala tingkat. Platform kesehatan itu menghubungkan kebutuhan medis masyarakat dengan penyedia layanan kesehatan. Selain itu, Alinamed juga mampu membuat model prediksi penyakit berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk screening preventive penyakit kronis yang mengakibatkan 71% kematian di Indonesia.

Alinamed ciptaannya tersebut memberikan fasilitas digitalisasi layanan kesehatan konvensional seperti telekonsultasi baik dalam bentuk chat, video, maupun voice call. Tak hanya itu, Alinamed juga memberikan layanan homecare, atur jadwal kunjungan, E Rekam Medis, E Resep, E Lab, E Service, dan sebagainya.

Tidak cepat puas, Wawan juga  membangun tiga Mobile App yang diperuntukkan bagi dokter, pasien, serta farmasi. Ia juga melengkapi dengan dua website yakni Manajer Faskes serta Asisten Dokter.

“Saat ini Alinamed mampu mengintegrasikan 13 fasilitas kesehatan dan apotek di Surabaya, Sidoarjo, Jakarta, Bandung, Aceh, dan Kupang,” tambahnya.

Tak hanya Alinamed, Wawan sebelumnya juga sudah mendalami aplikasi mobile. Tahun 2018-2019 ia fokus pada Airlangga High Care Project (AHCP) yang merupakan project kolaborasi antara mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Dalam projectnya tersebut ia mengembangkan aplikasi mobile untuk screening prediksi penyakit syaraf spesifik seperti Trigeminal Neuralgia, Tension Type Headache, Migrain, Cluster Headache, dan lain lain.

Bersama tim, Wawan juga turut mengembangkan Artificial Intelligence (AI) sederhana seperti Model Supervised Data Learning. Hal itu berguna untuk menentukan prediksi penyakit dari 15 pertanyaan screening yang dijawab pasien.

Tuntas di AHCP, Wawan menambah pengalamannya dengan bergabung pada Alinea. Di sana ia membuat MVP full journey aplikasi B2C Homecare berbasis Android dan IOS. Aplikasi tersebut menghubungkan dua pengguna yaitu antara dokter dan pasien. Alinea juga bekerjasama dengan klinik di sekitar Universitas Airlangga.

Tak puas sampai disitu, Wawan juga tergabung dalam 3T1M (Tracking, Test Treatment, & Monitoring) for COVID-19 patient in DKI Jakarta. 3T1M merupakan project sosial bersama Satgas Covid Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan Diskominfo Provinsi DKI Jakarta. Tak jauh dari aplikasi mobile, di sana ia bertugas membuat sistem 3T1M (Tracking, Test Treatment, & Monitoring) berbasis aplikasi mobile dan website bagi 19 puskesmas kecamatan di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Sistem tersebut merupakan implementasi multilevel bird eye view data seperti Geo Fencing, GPS pin point, laporan identitas, laporan kondisi terkini pengobatan, laporan pelanggaran, dan data lainnya untuk membuat kebijakan berbasis data.

Kini, tak hanya fokus pada Alinamed garapannya, Wawan juga bergabung pada SIMIDI.org - Covid-19 Tracing Website for Doctor. Project tersebut merupakan kolaborasi bersama Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dalam Tim Mitigas PB IDI sejak awal pandemic melanda Indonesia. Wawan mendapat tanggung jawab untuk membuat website pelaporan mandiri untuk tracing dan tracking anggota IDI yang terkena COVID-19 di 32 provinsi yang melibatkan enam lebih cabang serta lebih dari tiga organisasi profesi kedokteran. Selain itu, ia juga turut mengolah data identitas dokter, kondisi perawatan terkini, riwayat kontak, riwayat vaksin, penggunaan ventilator dan data lainnya untuk menjadi acuan utama angka kematian dokter bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

“Kini saya juga tergabung dalam Portable Physical Examination Device (P2ED) yang merupakan alat pemeriksaan kesehatan jarak jauh berbasis IOT dan aplikasi guna meningkatkan kualitas diagnosa pasien - dokter telekonsultasi,” tambahnya.

Tak Kenal Lelah Kejar Mimpi

Semasa kuliah, Wawan tak puas dengan proses belajar di dalam kelas saja. Ia merasa perlu adanya penempaan bagi soft skill-nya untuk modal mengejar cita-citanya. Tak kurang dari empat organisasi yang sempat ia ikuti, salah satunya Surabaya Neuroscience Club (SNSC). Memasuki semester 5, ia dipercaya menjadi salah satu founder SNSC yang di kemudian hari menjadi salah satu organisasi mahasiswa resmi di FK UNAIR. Ia mendirikan organisasi tersebut atas dukungan Prof. Dr. dr. Abdul Hafid Bajamal, SP BS(K) dan Dr. dr. Asra Al Fauzi SP BS(K)., SE., MM. 

“Saya dan tim menyusun nilai-nilai dasar organisasi dan tujuan besar organisasi di masa yang akan datang,” jelasnya.

Wawan mengaku lebih memilih menambah relasi dan mengembangkan skill setnya di bidang selain kedokteran ketimbang mengikuti kompetisi. Namun ia juga tak memungkiri bahwa pendidikan yang sangat kompetitif dan ketat selama kuliah dan coass banyak membantunya menjadi pribadi yang mandiri.

Dari modal yang cukup banyak tersebut,Wawan bertekad untuk mengatasi 71% kematian di Indonesia akibat penyakit kronis dengan menggabungkan teknologi dan preventive medicine yang murah dan mudah. Alhasil terciptalah aplikasi Alinamed tersebut.

Bukan jalan yang mudah, Wawan harus menunda studinya hingga satu setengah tahun dan menolak tawaran beasiswa untuk mencapai cita-citanya. Ia bahkan sempat dijauhi atau bahkan kehilangan teman, sahabat, dan orang terdekat. Wawan juga mengaku berulang kali tertipu rekan bisnis, client, mentor, serta coach-nya.

“Saya berulang kali gagal penetrasi pasar, tidak berhasil problem market fit runway habis, pegawai di-hijack company lain, dan banyak lagi yang nantinya akan saya tulis dalam buku,” terangnya.

Kini, selain menjadi CEO Alinamed, Wawan juga sedang menjalani dokter Internship di RS Muhammadiyah Babat Lamongan. Ia juga aktif menjadi mentor dan mengisi seminar bisnis untuk startup dan UMKM di Jawa Timur serta aktif di Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jatim.

Riwayat Pekerjaan

  • Startup Mentor

    Digital Lounge Surabaya

    2020 - now

  • Program Manager

    Klinik Dokter Ayoman Keluarga

    2021 - now

  • Staff Teknologi

    Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia - Simidi.org

    2020 - now

  • Founder – CEO

    PT Alina Medika Indonesia - Alina Med

    2019 - now

Riwayat Pendidikan

  • S1 Kedokteran

    Universitas Airlangga

    2013 - 2018

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga