Atok Irawan

Dari Bantu Korban Tsunami Hingga Fokus Tangani Covid-19 

Menjadi dokter sekaligus aparatur sipil negara (ASN) mengharuskan dr. Atok Irawan, SpP., untuk selalu siap membantu masyarakat di bidang kesehatan. Tercatat, dokter 

spesialis paru tersebut pernah membantu melayani korban tsunami Maumere tahun 1992 dan kini ia fokus dalam penanganan Covid-19. 

Berawal dari bekerja di salah satu rumah sakit swasta, dr. Atok kemudian menjadi PTT di Flores Timur di mana ia membantu para korban tsunami Maumere. Selang tiga tahun kemudian ia berhasil menjadi PNS dan kini, dokter kelahiran Sidoarjo, 1 Mei 1966 tersebut menjadi Direktur RSUD Sidoarjo. 

dr. Atok Irawan mengawali masa pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada tahun 1985. Selama masa pendidikannya tersebut, ia tak hanya fokus di kelas saja tapi juga turut aktif dalam organisasi Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) sebagai sekretaris. Meskipun begitu, dr. Atok tetap “Alhamdulillah di senat jalan dan perkuliahan juga lancar karena orang tua yang membiayai jadi harus kita tuntaskan dengan maksimal,” jelasnya. 

dr. Atok menceritakan, untuk mensiasati agar organisasi tidak menganggu kuliahnya ia membuat ringkasan dalam buku kecil. Buku tersebut selalu dibawanya meskipun ada kegiatan organisasi. Bahkan teman hingga adik kelasnya pun meminjam buku tersebut untuk belajar. 

“Sering teman-teman hingga adik kelas pinjam buku itu untuk belajar. Sampai-sampai coretan asli saya hilang dan saya hanya dapat copy-nya saja,” tambahnya. 

Bagi dr. Atok, aktif di organisasi saat kuliah sangat bermanfaat ketika sudah berada di dunia kerja. Pengalaman-pengalaman yang didapatkan dalam organisasi menjadi bekal baginya sampai menjadi direktur seperti saat ini. 

dr. Atok menuturkan, setelah lulus ia sempat bekerja di rumah sakit swasta sambil menunggu pengumuman dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT). Setelah itu, ia menjadi dokter PTT selama tiga tahun di Flores Timur. Di sana, dr. Atok turut melayani korban tsunami Maumere dan mendapat penghargaan dari gubernur sebagai dokter teladan. 

“Hal itulah yang memudahkan saya untuk masuk sebagai PNS,” tambahnya. 

Sukses menjadi PNS, dr. Atok kemudian kembali ke Jawa Timur dan mengabdikan dirinya di Puskesmas Taman. Selama tiga bulan di sana, dia kemudian mengambil spesialis paru dan selesai pada 2011. dr. Atok mengaku sempat diminta untuk menjadi staf di RSUD Dr. Soetomo. Namun, karena status PNS-nya di Sidoarjo maka ia kembali dan mengabdi di RSUD Sidoarjo hingga sekarang. 

Tahun 2006, lanjutnya, karirnya tersebut semakin menanjak. Tak hanya praktik saja, dr. Atok diangkat menjadi Kasi Pelayanan Medis selama dua tahun, Kabid Pelayanan Medis tiga tahun, Wadir Pelayanan selama dua tahun. Sejak 2 November 2013, dr. Atok diangkat sebagai Direktur RSUD Sidoarjo hingga saat ini. 

Di era pandemi Covid-19, dokter spesialis paru sangat dibutuhkan untuk menangani pasien yang terdampak virus. Meskipun begitu, dr. Atok mampu menjalankan profesinya sebagai dokter sekaligus direktur dengan baik. Selain turun tangan dalam penanganan pasien Covid-19 ia juga sibuk di bidang manajerial rumah sakit. 

dr. Atok menuturkan, tugasnya sebagai direktur cukup banyak. Mulai dari perencanaan yang secara strategi untuk 5 tahun ke depan, membuat rencana anggaran tiap tahun, monitoring dan evaluasi, serta mengecek hasil kinerja pegawai. Namun yang paling dibutuhkan seorang direktur, tambahnya, ialah sering turun ke lapangan untuk mengetahui persis keinginan masyarakat. 

Dia juga harus mengetahui semua SDM dapat bekerja secara optimal. Kesejahteraan SDM pun turut menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang direktur. Selain itu, keamanan dan keselamatan SDM dan pasien juga harus diwujudkan dengan baik olehnya. 

“Direktur itu kan singkatan nderek tour, jadi yang terpenting dari tugas kami sering-sering keliling tidak hanya di balik meja saja membaca dan menandatangani dokumen,” jelasnya. 

Tak hanya itu, pengembangan rumah sakit juga merupakan tugas direktur. Di tengah Covid-19, tambah dr. Atok, mayoritas rumah sakit difokuskan anggarannya untuk menghadapi virus tersebut. Namun, di bawah kepemimpinannya RSUD Sidoarjo dapat mengembangkan rumah sakitnya tambah mengganggu anggaran rumah sakit untuk menghadapi Covid-19. 

“Di era pandemi Covid ini kami bisa operasional mesin MRI 3 tesla bulan lalu dan kami akan membangun gedung radioterapi. Ini hasil perencanaan yang kami buat sebelum era JKN sehingga rumah sakit tidak terganggu anggarannya,” tambahnya. 

Sebagai direktur, lanjutnya, harus betul-betul mempunyai visi ke depan, memiliki perencanaan yang baik, sambil memastikan apa yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Di samping juga harus menjaga komunikasi kekompakan antara dokter spesialis dengan manajemen. 

dr. Atok menuturkan, bekerja sebagai ibadah merupakan motivasi bagi dirinya. Oleh karena itu, dia selalu merasa enjoy dengan pekerjaannya tersebut. Ketika ada rintangan yang menghadang, dia yakin bahwa Allah SWT pasti akan memberikan jalan keluarnya. Terlebih saat pandemi Covid-19, ada anggapan masyarakat bahwa rumah sakit mengcovidkan pasien. Juga anggapan pasien diimbuh atau tidak dipulangkan. 

“Tuduhan-tuduhan seperti ini yang membuat kami sedih hati. Namun ya sudahlah memang mereka belum mengerti apa yang sudah kita kerjakan,” ungkapnya. 

Bagi UNAIR, dr. Atok berharap, alumninya turut mewarnai masyarakat. Sebagai alumni dari salah satu kampus terbaik di Indonesia, sangat luar biasa jika dapat mewarnai seluruh aspek kehidupan di masyarakat. Alumni juga harus peduli kepada masyarakat dan merasa bangga membawa nama UNAIR. 

Riwayat Pekerjaan

  • Direktur

    RSUD Sidoarjo

    2013 - now

  • Wakil Direktur pelayanan

    RSUD Sidoarjo

    2011 - 2013

  • Kabid Pelayanan Medis

    RSUD Sidoarjo

    2008 - 2011

  • Kasi Pelayanan Medis

    RSUD Sidoarjo

    2006 - 2008

Riwayat Pendidikan

  • Spesialis Paru Fakultas Kedokteran

    Universitas Airlangga

    2024

  • S1 Kedokteran

    Universitas Airlangga

    1991

Alumni Berprestasi

Copyright © Universitas Airlangga