Penerima Penghargaan 10 Pemuda Terbaik
"dunia politik sering dipandang sinis. Pintu masuk mengejar jabatan di pemerintahan dan banyak godaan. Namun, hal itu justru menarik minat Abraham Sridjaja untuk menggelutinya. Padahal, sebelumnya aktivitas itu tak pernah ada dalam bayangannya…"
Setelah Kejar Untung Terjun ke Politik
Setelah meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Airlangga, Abraham Sridjaja melanjutkan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) sebagai tahapan menuju profesi pengacara. Tes dijalani dengan baik. Hasilnya, lelaki kelahiran 30 Juni 1992 itu lulus. Tahap selanjutnya, dia magang sambil menunggu surat izin beracara terbit. ’’Itu yang saya jalani, tak pernah berpikiran masuk dunia politik,’’ katanya.
Abraham pun menjadi advokat magang sambil berbisnis. Waktu yang cukup padat membuat Abraham memilih bisnis investasi. ’’Saya lebih suka itu karena bisa disambi,’’ tuturnya.
Dia lantas berinvestasi di beberapa perusahaan start-up di Jakarta. Perusahaan itu beragam. Ada yang sudah besar, ada pula yang masih berkembang. Abraham juga menjadi founder Sridjaja Social Foundation serta core member di Generasi Muda Peduli dan Silverlining Foundation.
Pria 26 tahun tersebut berfokus pada isu kemanusiaan, pengentasan kemiskinan, serta kebodohan di Indonesia. Tahun lalu dia mewakili generasi muda sebagai delegasi Indonesia National Youth Council di forum PBB. Pada momen tersebut, dia membawa isu pendidikan. ’’Saya pikir semua aspek berawal dari pendidikan. SDM bagus itu karena pendidikan bagus,’’ ucapnya.
Abraham merupakan putra keempat Tjandra Sridjaja Pradjonggo. Alumnus doktor hukum Universitas 17 Agustus itu pengacara sekaligus pengusaha. Wajah Tjandra sering muncul dalam acara TV Indonesia Lawyer Club (ILC). Dia juga pernah menjadi bagian dari penasihat hukum Basuki Tjahaja Purnama.
Abraham yang pernah menerima penghargaan 10 Pemuda Terbaik Indonesia kategori humanitarian and/or voluntarily leadership oleh Junior Chamber International (JCI) Indonesia tidak suka politik. Dia sering mendengar politik itu kotor. ’’Karena itu, saya belum memiliki niat masuk ke politik,’’ ujarnya.
Apa yang terjadi sekarang berawal dari dikerjai seorang rekan. Abraham memperkirakan peristiwa ’’dikerjai’’ itu terjadi seusai Partai Golkar rekonsiliasi. Ada seorang rekan yang menelepon dan mengajak Abraham hadir dalam salah satu acara partai tersebut. ’’Dia mengatakan kepada saya bahwa organisasi sayap partai besar itu akan menggandeng anak muda,’’ ujar Abraham yang menirukan ucapan rekannya tersebut.
Abraham yang memiliki komunitas Sahabat Abraham menolak ajakan tersebut. Namun, rekannya itu tetap memasukkan nama Abraham sebagai unda ngan. ’’Padahal, saya sudah beberapa kali menolak tawaran itu,’’ kenang lelaki yang pernah mengikuti short course Harvard Business School Summer Course (Entrepreneurship) tersebut. Kerja keras itu pun membuat Abraham luluh. Dia menghadiri salah satu acara yang digelar organisasi sayap Partai Golkar. ’’Itu pun setelah salah seorang putra petinggi partai tersebut menelepon saya,’’ ujarnya.
Abraham menyatakan, latar belakang pendidikannya adalah hukum. Saat S-1 dan S-2, dia mengambil jurusan hukum. Jurusan ilmu politik tak pernah dia dal ami. Saat itu Abraham memang tak paham masalah politik. Dia datang untuk menghormati undangan dan ajakan putra petinggi Partai Golkar. ’’Tapi, di situ saya mulai belajar dan terlibat,’’ tuturnya.
Aksi awal dia adalah membantu tim pemenangan pilgub DKI. Agenda dan strategi yang dia jalani bersama tim cukup berhasil. Nama Abraham mulai dikenal di internal partai. Dia semakin digandrungi partai tersebut. Tak ayal, organisasi sayap lain di partai itu pun meminangnya. Salah satunya Angkatan Muda Partai Golkar. ’’Saat ini saya menjabat ketua umum di organisasi itu,’’ ujarnya.
kalau yang muda Bilang Politik kotor, yang masuk Hanya yang kotor
Lalu, apa yang membuat dia mau menjadi caleg? Abraham memiliki cerita tersendiri. Selama aktif di organisasi sayap partai, dia masih memiliki kesan bahwa politik itu kotor. Apa yang dilakukannya hanya karena dia gemar berorga nisasi. ’’Tapi, k esan itu berubah karena masukan dari salah seorang tokoh politik ternama di negeri ini,’’ ucapnya.
Awalnya Abraham enggan menyebut nama tokoh yang dimaksud. Namun, perlahan dia pun menyatakan bahwa tokoh tersebut adalah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Abraham menirukan kalimat yang diucapkan mantan gubernur DKI itu. ’’Kalau semua anak muda berpikiran bahwa politik itu kotor, akhirnya yang masuk politik adalah benar-benar orang kotor,’’ ujarnya.
Kalimat itulah yang membuka pikirannya. Politik tidak selamanya kotor. Semua berdasar integritas orang-orang yang ada di lingkungan politik itu. Apabila integritas semua tokoh politik itu bagus, politik akan menjadi bagus. ’’Sekali lagi, saya mulai terbuka,’’ ungkapnya.
Belum selesai. Ada tahapan selanjutnya yang harus dilewati, yakni meminta restu orang tua. Abraham merasa orang tuanya tidak menyetujui keinginannya itu. ’’Saya punya akal, saya meminta izin sesudah penetapan daftar caleg tetap,’’ kelakarnya.
Itu dilakukan dengan pertimbangan, caleg tidak boleh mengundurkan diri. Ada ancaman apabila alasan pengunduran diri tidak masuk akal. Salah satunya kena pidana. ’’Saya pakai cara itu,’’ katanya. Benar yang dia bayangkan, orang tuan ya langsung menolak pencalegan tersebut. Respons orang tuanya beragam. ’’Mama langsung ke Romo (pemuka agama, Red) untuk berkonsultasi, sedangkan papa tidak mau saya ke dunia politik,’’ tuturnya.
Abraham dididik untuk menjadi pengusaha dan advokat. Tidak pernah terlintas menjadi seorang politikus. ’’Saya tidak putus asa. Ini sudah menjadi keputusan,’’ ujar lelaki yang pernah mengikuti kursus di London School of Economics and Political Science (Law and Politics) tersebut.
Abraham Sridjaja adalah fenomena di dunia politik saat ini. Anak muda yang minim pemahaman politik, tapi terpanggil untuk mengabdi dan ikut bersaing menarik perhatian pemilih.
Pakar komunikasi Unair Dr. Suko Widodo menyatakan, peran anak muda di dunia politik sangat penting. Anak muda tidak berpikir monoton. Mereka selalu memandang persoalan dari berbagai sudut pandang. ’’Semakin banyak anak muda di lembaga legislatif, tentu itu semakin baik,’’ ucapnya.
Pernyataan senada disampaikan Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jatim Freddy Poernomo. Generasi muda merupakan penggerak organisasi. Mereka memiliki semangat tinggi. ’’Jalan dan masa depannya juga masih panjang,’’ ucapnya. (*)